Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Putri Laeouya Belajar
Bunga-bunga pemberian ratu, semuanya di tanam di wilayah utama, Putri meminta pelayan memperhatikan dengan baik bunga-bunga itu serta pohon-pohon yang baru ditanam kemarin, agar disiram.
"Yang Mulia, seberapa dalam lubang yang dibuat di ujung sana?" tanya Tirt Hala.
"Buat dalam dan luas, itu untuk stok dan penyimpanan air pada musim-musim yang silih berganti," jawab Putri Laeouya. "Bawa saya ke sana, saya akan melihatnya!"
"Baik!" Tirt Hala menggendong Putri dan membawanya melayang ke arah pelayan yang menggali tanah dan batu-batu.
"Gali terus sampai dalam dan luas, dari sana sampai sana luasnya, lebih dalam lagi."
Mereka tampak saling memandang, bingung satu sama lain dan bertanya-tanya, untuk apa lubang yang bahkan sudah sedalam 5 meter ini di gali terus?
"Teruslah menggali, aku akan memantau sampai batas mana!" kata Putri. "Tirt Hala, bawa saya ke hutan, saya ingin melihat 10 pelayan yang saya suruh tadi!"
"Baik Yang Mulia Putri."
Putri dan Tirt Hala sampai dengan cepat di hutan. Tampak 5 pelayan sibuk membuat gentong dari tanah liat. 3 orang mengambil daun pandan berduri dan bambu, dua orang lagi sibuk mencari rotan dan akar-akar yang kokoh.
"Bagus!" puji Putri.
"Hormat pada Yang Mulia Putri!" ucap mereka serempak dan memberikan salam penghormatan saat melihat Putri Laeouya datang.
"Musim semi ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengumpulkan apa yang bisa dikumpulkan, jadi semangat dan bekerja keraslah, agar bisa bertahan saat musim salju dan musim gugur nanti."
"Baik, Yang Mulia Putri," sahut mereka.
"Buat gentong lebih tinggi dari ini, lebih besar lagi, buat setinggi kalian dan besar! Gentong ini buat wadah penyimpanan air kita saat musim gugur dan salju nanti. Jadi, cepat buat dan buat yang banyak."
"Baik, Yang Mulia Putri."
"Tirt Hala, kapan kelompok pendeta dan penyihir datang kembali ke kerajaan kita?"
"Biasanya, pendeta dan penyihir akan berkunjung setiap tahun, lalu untuk persembahan sekali lima tahun, Yang Mulia Putri. Tahun lalu, sudah ada acara persembahan, jadi acara persembahan akan datang empat tahun lagi, kalau acara kunjungan tahunan, dua pekan lagi," jawab Tirt Hala.
"Oh. Kalau pasar gelap dan pasar bawah kapan saja dibuka?"
"Kalau pasar gelap saat bulan purnama 14. Bulan penuh, merata kekuatan para makhluk setengah siluman dan hewan kultivasi membangkitkan energinya. Kalau pasar bawah, akan di buka dua kali dalam setahun. Apa Yang Mulia Putri ingin pergi ke dua tempat ini?"
"Ya, saya ingin. Tapi, mungkin sulit. Pasar gelap harus mempunyai kekuatan, harus ada surat rekomendasi dan juga untuk masuk ke pasar gelap harus membayar ratusan keping emas. Sementara pasar bawah, walaupun masuk tidak dipersulit, tapi barang yang dijual di sana semuanya bagus dan mahal. Untuk sekarang, kita tidak memiliki uang, uang yang kita miliki hanya untuk bertahan hidup." Putri Laeouya menghela nafas.
"Apa kau pernah dengar pasar liar?" Putri Laeouya bertanya dengan suara pelan.
Tirt Hala mengangguk ragu. "Pernah Yang Mulia Putri."
"Kau pernah ke sana?"
Tirt Hala menggeleng. "Hanya sekedar mendengar dari teman. Katanya, pasar itu menjual laki-laki dan perempuan untuk bersenang-senang."
"Kalau begitu, cari tahu tempat itu, mulai besok tugas barumu itu, cari tahu tentang pasar liar itu, dan temukan orang-orang yang bekerja di sana, apalagi pemiliknya, semua detailnya."
"Baik, Yang Mulia Putri."
Malam hari.
Tempat tinggal yang mereka buat, perdana telah ditempati, walau tak nyaman dan tak indah, tapi bisa untuk tidur. Ada tikar yang terbuat dari pandan berduri, ada kasur yang terbuat dari serat-serat daun, cukup untuk menghangatkan tubuh. Para pelayan pun juga memiliki selimut pribadi dari barang bawaan mereka.
"Nona Deana, penerang ini buatan Anda?" Salah satu pelayan bertanya pada Deana.
"Iya, saya belajar sendiri saat ujian kerajaan terakir, bertahan di hutan. Saya kehabisan bekal, jadi saya membuat ini," jelas Deana.
Tabungnya terbuat dari besi bagian bawah, bagian atas untuk mengeluarkan cahaya api terbuat dari kaca. Cara menggunakan nya juga unik, hanya perlu memasukkan kayu panjang kering ke dalam besi, semakin bagus, kuat, dan kering kayu, semakin bagus dan tahan lama penerangan itu bekerja.
"Ini sangat bagus, Nona," puji pelayan.
"Nanti, jika berhasil menjual kerajinan dari daun pandan duri di pasar, aku akan membeli beberapa besi lagi untuk membuat penerang ini, kita butuh banyak penerang. Apalagi jika musim salju datang."
"Apa ini bisa digunakan saat musim salju, Nona?" tanya pelayan lain tercengang.
"Bisa, saya dan Putri bertahan dengan penerangan ini, kecuali terlalu dingin. Kami berhemat dan menggunakan ini, makanya hal pertama yang harus dilakukan adalah pembuatan gudang kayu dan gentong air."
Para pelayan yang mendengar mengangguk.
Sementara Putri, dia bersama Tirt Hala dan tiga pelayan lainnya dikediaman lama. Putri kecil itu tertidur, sehingga Deana pergi sendirian ke wilayah utama untuk memastikan penerangan dan keadaan para pelayan yang baru pertama kali tinggal di tempat baru.
"Besok, sebagian dari kita akan berburu ke dalam hutan, jadi segeralah istirahat. Masih banyak pekerjaan yang menanti, apalagi tentang kediaman ini, ini sangat tidak aman saat musim gugur dan musim salju." Deana menatap bangunan yang baru selesai apa adanya ini.
"Nona, benar."
"Ya sudah, saya harus kembali ke sisi Yang Mulia Putri. Kalian semua baik-baik di sini."
Putri menatap buku-buku yang diberikan Deana.
"Tulisan apa ini?" Putri Laeouya tidak mengerti dan tidak tahu satu pun.
"Tentu saja Yang Mulia Putri belum tahu, karena masih kecil, jadi biar saya ajarkan ya!" kata Deana. "Kita harus belajar dari dasar dulu, mengenal huruf dan angka, baru kata dan kalimat."
"Aku ini mahasiswa, kok aku nggak bisa baca tulisan ini? Ini seharusnya gampang aku baca!" Putri Laeouya benar-benar bingung. "Apa efek aku berada dalam tubuh bayi? Jadi tubuhku mengikuti seberapa umurku?"
"Ayo, aku ajarkan putri," ajak Deana.
"Ini, A. Ayo baca!"
"A."
"Ini B."
"B."
"Bagus, ayo kita coba menulisnya ya, pegang dulu alat tulisnya," pinta Deana.
"Astaga, aku seharusnya bisa! Ini kan mudah!" Putri Laeouya terkejut melihat jari mungilnya yang berumur tiga tahun itu tidak bisa memegang alat tulis, apalagi menulis huruf A. Dia hanya membuat coretan panjang.
"Apa-apaan ini. Aku seharusnya bisa!" Putri frustasi. "Rupanya semuanya hanya bisa dalam otakku, tubuhku sama sekali tidak bisa melakukan apapun!"
"Tidak apa-apa putri, anda masih sangat kecil, nanti juga bisa!" Deana memberi semangat.
"Deana, aku ini sudah besar, seorang anak kuliahan, bagaimana tidak bisa menulis huruf A!" Putri menatap Deana, dia frustasi sendiri.