NovelToon NovelToon
Sad Wedding

Sad Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:469
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Aldi Pov

Lama sudah aku tak bertegur sapa dengan Anna, dan itu membuat hatiku sedikit merasa hampa. Aku sebenarnya tak memberikan Anna pelajaran atas semua kebohongan yang Anna ucapkan beberapa waktu lalu. Tapi, aku hanya masih belum siap jika aku mengetahui beberapa kebohongan yang Anna sembunyikan kepadaku.

Setiap malam di kota Bandung, aku selalu berdoa jika Anna disana tak bersedih atas kelakuanku beberapa hari terakhir ini. Aku berharap Anna tak merasa kesepian saat dia sendiri di dalam kamar kami, dan memeluk guling sebagai penggantiku.

Ah, jika seperti ini. Aku merasa bersalah kepadanya. Dalam benak ku selalu bertanya apakah Anna baik baik saja? Atau dia sedang sakit? Sudah 3 hari aku bekerja di Bandung, karena ada masalah aku yang harus menangani ini dengan tanganku sendiri.

"Siapkan tiket, aku akan kembali ke Surabaya siang ini." ucapku kepada sekertarisku. Dan tanpa menunggu jawaban darinya ku matikan panggilan ku kepadanya. Aku tak bisa mendiami Anna lama lama. Aku nerindukan aroma tubuhnya dan juga pelukan hangatnya.

Percuma aku bekerja disini jika fikiranku hanya ada padanya. Memikirkan apa yang sedang dia lakukan? Apa dia sedih?

Dia makan teratur apa enggak? Dan sebagainya. Dan keputusanku aku harus pulang.

Sore aku telah tiba di apartemen. Aku sengaja tak memberitahu Anna dan Vio jika aku akan pulang hari ini. Karena aku tahu jika Anna pasti akan ada dirumah dan menyambutku.

Tapi, khayalan itu sirna saat ku buka pintu apartemen dan kosong. Anna tak ada disini itu yang aku fikirkan. Tanpa banyak bicara aku menghubungi Anna lewat WhatsApp aku mengiriminya pesan. Aku sedang tak mood untuk bicara dengannya. Hanya butuh satu menit Anna sudah menerima pesanku dan aku yakin dalam hitungan Lima Belas Menit, dia akan sampai.

Satu menit..

Dua menit..

Hingga..

Tiga belas menit, aku mendengar seseorang memasukkan kata sandi apartemen dan aku yakin itu adalah Anna.

Aku yang sedari tadi menunggunya di sofa hanya melihat wajah sendu itu tanpa banyak bicara. Dia menunduk dan hanya ada padanya. Memikirkan apa yang sedang dia lakukan? Apa dia sedih?

Dia makan teratur apa enggak? Dan sebagainya. Dan keputusanku aku harus pulang.

Sore aku telah tiba di apartemen. Aku sengaja tak memberitahu Anna dan Vio jika aku akan pulang hari ini. Karena aku tahu jika Anna pasti akan ada dirumah dan menyambutku.

Tapi, khayalan itu sirna saat ku buka pintu apartemen dan kosong. Anna tak ada disini itu yang aku fikirkan. Tanpa banyak bicara aku menghubungi Anna lewat WhatsApp aku mengiriminya pesan. Aku sedang tak mood untuk bicara dengannya. Hanya butuh satu menit Anna sudah menerima pesanku dan aku yakin dalam hitungan Lima Belas Menit, dia akan sampai.

Satu menit..

Dua menit..

Hingga..

Tiga belas menit, aku mendengar seseorang memasukkan kata sandi apartemen dan aku yakin itu adalah Anna.

Aku yang sedari tadi menunggunya di sofa hanya melihat wajah sendu itu tanpa banyak bicara. Dia menunduk dan hanya ada padanya. Memikirkan apa yang sedang dia lakukan? Apa dia sedih?

Dia makan teratur apa enggak? Dan sebagainya. Dan keputusanku aku harus pulang.

Sore aku telah tiba di apartemen. Aku sengaja tak memberitahu Anna dan Vio jika aku akan pulang hari ini. Karena aku tahu jika Anna pasti akan ada dirumah dan menyambutku.

Tapi, khayalan itu sirna saat ku buka pintu apartemen dan kosong. Anna tak ada disini itu yang aku fikirkan. Tanpa banyak bicara aku menghubungi Anna lewat WhatsApp aku mengiriminya pesan. Aku sedang tak mood untuk bicara dengannya. Hanya butuh satu menit Anna sudah menerima pesanku dan aku yakin dalam hitungan Lima Belas Menit, dia akan sampai.

Satu menit..

Dua menit..

Hingga..

Tiga belas menit, aku mendengar seseorang memasukkan kata sandi apartemen dan aku yakin itu adalah Anna.

Aku yang sedari tadi menunggunya di sofa hanya melihat wajah sendu itu tanpa banyak bicara. Dia menunduk dan tak berani menatapku. Itulah ciri ciri Anna jika dia sedang salah. "Dari mana saja kau?" ucapku kesal kepadanya. Aku sudah mengkhayal jika pulang aku akan segera makan masakan yang dia buat, tapi itu hanyalah harapan semu.

"Aku.. Aku..."

"Aku, Aku apa? Kau menemui Putra lagi?" bentakku dihadapannya. Dia tak menjawab hanya diam. "Benar, kau menemuinya. Aku bisa melihat itu dari sorot matamu." imbuhku. Ntah kenapa saat aku tahu jika Anna mempunyai mantan kekasih yang bernama Putra emosi yang tak pernah aku tunjukkan kepada Anna kini meledak lagi. Bahkan aku merasakan jika emosi ini semakin besar.

"Tidak, Al. Aku tadi hanya bertemu dengan Indra."

"Jika kau tak bertemu dengan Putra, kau beralih ke Indra?" ucapku dingin. "Kau tahu? Aku sejak kemarin mencemaskanmu tapi kau malah berkencan dengan pria lain? Apa kau sekarang punya niatan untuk berselingkuh di belakangku, Anna??"

ucapku tajam kepadanya.

"Apa maksudmu?"

"Sudahlah, aku faham betul tipe wanita sepertimu. Kau tak puas dengan hanya satu pria bukan?" ucapanku semakin tak terkendali.

"Kau fikir aku wanita apa, Huh? Kau selalu memandangku remeh, kau fikir jika sifatku sepicik itu? Jika aku ada masalah denganmu maka aku akan mencari pria lain untuk menyembuhkan hatiku! Jangan kau samakan aku dengan wanita yang telah kau tiduri selama ini!!"

Plakk!!!

Tamparan itu tak dapat di hindari oleh Anna, pipi dan mata Anna memerah karena tamparan yang di lakukan oleh Aldi. Sedangkan Aldi hanya bisa tertegun menatap apa yang baru saja dia lakukan.

"Wanita yang aku tiduri? Siapa menurutmu? Mila? Atau kau? Aku hanya meniduri dua wanita itu saja." ucapku tak terima.

Ku lihat dia yang masih tak mau mengangkat wajahnya. Ah, sial kenapa juga aku menamparnya?? "Kau sudah puas menyakitiku?" pertanyaan Anna membuat hati Aldi sakit. "Kapan kau berhenti menyakitiku? Aku fikir kita akan saling mencintai satu sama lain, tapi aku salah. Kau tak mencintaiku sedalam aku mencintaimu. Asalkan kau tahu, jika ini tentang Putra kau tak perlu khawatir, aku hanya mencintaimu. Bahkan ketika aku menjalin hubungan dengan Putra sekalipun aku masih mencintaimu. Hatiku tak pernah bergetar untuknya, hati ini hanya bergetar saat aku menatapmu dan saat kau tersenyum kepadaku. Apa ini balasan ku karena terlalu mencintaimu, hm? Jika iya, aku berhenti, Al.. Dan aku ucapkan banyak banyak terima kasih." ucap Anna sambil meneteskan air mata nya.

Aldi membeku atas apa yang baru saja Anna ucapkan. Anna akan meninggalkannya, dan itu tak boleh. Yah, dia tak mau kehilangan Anna. Anna membalik tubuhnya dan beranjak pergi dari hadapan Aldi, tapi dengan cepat tangan Aldi sudah menariknya dalam pelukan yang dia berikan.

"Maafkan Aku An!!" ucapnya pelan menyesali atas apa yang dia lakukan beberapa menit yang lalu.

Anna tak menjawab, dia hanya terisak di dada bidang Aldi. "Maaf, Maafkan aku An!!" ucap Aldi lagi ketika dia sadar jika tubuh Anna bergetar karena tangisannya.

Anna mengurai pelukan yang Aldi berikan kepadanya. Dengan tatapan sendu penuh luka dia menatap mata Aldi, "Jangan terluka atas suatu kebenaran nanti, Al.. Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun dan kau masih disini..." Anna menunjuk hatinya.

"Kau masih bertahta di dalam hatiku. Bertahta dengan agung disini. Aku tak akan mencari penggantimu.." ucap Anna sambil menekan dadanya yang sakit atas perlakuan Aldi terhadapnya.

"Kau tak perlu khawatir aku baik baik saja." ucap Anna sebelum dia melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen.

Satu langkah,, Dua langkah..

Brukk...

Anna pingsan tepat di dekat pintu masuk. "Anna..." ucap Aldi panik lalu menggendong tubuh Anna ala bridal style. Dan membawanya ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Anna langsung di bawa ke ruang perawatan. Dokter yang memeriksa Anna tersenyum dengan apa yang sedang Anna alami. Tak butuh waktu lama untuk memeriksa Anna, hingga akhirnya Dokter itu keluar dari ruang pemeriksaan.

Dengan tergopoh Aldi yang melihat Dokter yang memeriksa Anna keluar dari ruangan Anna langsung di beri pertanyaan oleh Aldi. "Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Aldi khawatir dengan keadaan Anna.

Dokter yang memeriksa Anna tersenyum lembut dengan fakta yang akan dia ucapkan. "Selamat pak." ucapnya di sertai senyuman. "Istri bapak hamil, dan sudah berjalan Enam minggu." imbuhnya membuat Aldi tak percaya. Anna hamil, anaknya..

"Lalu, kenapa dia tadi pingsan?"

"Karena perutnya kosong dan dia banyak fikiran. Jadi, tolong perhatikan istri anda lagi, Pak. Apalagi usia kandungan Enam minggu sangat rentan akan perkembangan bayi. Jika bayi tak di beri asupan gizi, dia tak akan berkembang di dalam perut istri anda." ucap Dokter yang bernama Ilham itu panjang lebar memberi penuturan kepada Aldi.

"Terlebih kandungan istri anda tergolong lemah. Jadi sewaktu waktu bisa saja bayi itu tak berkembang atau lebih menakutkan yaitu keguguran." imbuh Dokter Ilham, "Saya akan memberikan beberapa resep obat dan vitamin penguat kandungan agar kandungan istri anda kuat." walau ucapannya tak masuk sepenuhnya ke dalam otak Aldi, dokter itu telah mengatakan apa yang harus dia katakan. Dan setelah mengatakan hal itu dokter itupun pergi meninggalkan Aldi yang hanya membeku di tempatnya.

Anna stress, Anna tak makan, Anna Hamil.. Kenyataan itu mau tak mau membuat senyuman di bibir Aldi. Bukan karena Anna stress dan Anna tak makan dengan teratur, tapi kenyataan jika Anna hamil anaknya darah dagingnya. Dengan langkah lebar Aldi masuk kedalam ruangan di mana didalamnya ada Anna yang masih tidur pulas masih belum tersadar dari pingsannya.

Aldi menggenggam tangan Anna dan mengecupnya beberapa kali, dia merasa pria yang bahagia di dunia ini. Perasaan marah di hatinya sudah menguap ntah kemana yang ada hanya perasaan haru dan bahagia. "Aku tak akan menyakitimu dan msmbuatmu kecewa lagi.." janji Aldi.

Sesuai dengan apa yang Aldi ucapkan, dia memperlakukan Anna dengan baik. Dan tidak mengecewakan Anna. Aldi tetap setia menunggu Anna siuman dari pingsannya, dia menggenggam tangan Anna dengan erat seakan tak akan ada hari esok.

Anna mengerjapkan matanya bau obat obatan membuatnya mual seakan ingin muntah. Ini dimana? Tanyanya dalam hati, dia ingin bangun dari posisinya tapi tangannya tengah di genggam dengan erat oleh tangan Aldi.

Dia hanya mendesah, merasakan perlakuan Aldi yang seperti Bunglon yang selalu berubah ubah. Terkadang baik, terkadang kasar. Ah, rasanya dia lelah dengan semua yang Aldi lakukan. Walaupun dia masih mencintai suami gantengnya itu, tapi jika dia di perlakukan seperti ini, dia juga akan lebih memilih buat meninggalkan Aldi.

Bukan karena dia tak cinta, tapi dia hanya perlu menenangkan fikirannya. Apalagi dengan apa yang Aldi perbuat saat sebelum dia pingsan. Tapi, kenapa dia pingsan? Apa karena penyakit maaghnya kambuh? Atau apa? Ah, terserah lah,, nanti saja dia akan bertanya sendiri pada dokter.

"Kau sudah bangun?" Anna terlonjak kaget dengan teguran Aldi. Yah, karena terlalu banyak dia bermonolog dan bertanya pada diri sendiri dia tak sadar jika suaminya sudah bangun dari tidurnya.

"Ah?" ucapnya kaget. "Hmm.." imbuhnya lagi. Aldi menanggapi itu dengan senyuman yang membuat jantung Anna berdebar lagi. Ah, jantung sialan!! Jangan terlalu murahan seperti ini. Umpatnya dalam hati.

"Kamu mau makan apa? Akan aku belikan.."

"Tidak perlu, aku sudah makan." ucapnya ketus.

"Kalau begitu, minumlah vitamin ini." ucap Aldi sambil menyodorkan air mineral dan vitamin penguat kandungan.

"Aku baik-baik saja. Jadi aku akan pulang sekarang!!"

"Anna.."

"Al, sudahlah,, aku sudah lelah dengan semua ini. Terlebih kau sekarang sudah main tangan denganku!!" ucap Anna lirih. "Aku mau pulang, bukan ke apartemenmu. Tapi ke rumahku."

"Apa maksudmu?" tanya Aldi sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Aku mau tinggal dengan kedua orang tuaku lagi." Maaf Al. Ini yang terbaik. Imbuh Anna dalam hati.

"Kau ingin kita pisah ranjang?" tanya Aldi tak percaya dengan ucapan Anna. Anna menganggukkan kepalanya. "Tidak!! Kau sudah jadi tanggung jawabku setelah kita menikah. Jadi apa nanti kata kedua orang tuamu saat kau memutuskan buat pisah ranjang denganku!! Jangan gila Anna." bentak Aldi seakan dia tak perduli dimana dia berada.

"Aku, Aku mau kita bercerai..."

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!