Ternyata Dia Adalah Aku

"Kamu ini ya son, " ujar pak Wibowo pada Albian.

"Besok aku akan ke sekolah itu Dad, " ujar Albian.

"Terserah, " jawab pak Wibowo.

Namun pak Wibowo heran dengan anak nya yang tiba-tiba terdiam, bahkan kini wajah nya sudah terlihat gelap seperti orang yang menahan amarah.

"Son ada apa, ?" tanya pak Wibowo sambil menepuk pelan bahu Albian.

"Kurang ajar.. berani sekali mereka memperlakukan wanita ku seburuk itu, " ujar Albian yang tiba-tiba marah.

"Kenapa Son, ?" tanya pak Wibowo yang heran dengan tingkah sang anak.

"Bacalah laporan itu, " jawab Albian sambil menyodorkan kertas yang dia baca.

Dengan cermat pak Wibowo membaca laporan yang Albian berikan, tak lama setelah pak Wibowo membacanya, sikapnya sama seperti Albian.. pak Wibowo tak terima jika sang penolong anak nya di perlakukan bagaikan seorang bi-na-tang.

"Dimana Susilo saat anak itu di tindas, ?" ujar pak Wibowo yang mempertanyakan keberadaan pak Susilo.

"Sungguh keluarga yang sangat tak berperasaan, " ujar pak Wibowo sambil terus membaca lembar demi lembar kertas yang terdapati semua tentang Siska.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan Son, ?" tanya pak Wibowo.

"Untuk hal lebih aku belum punya kuasa Dad, tapi untuk memberikan pelajaran.. akan ku putuskan semua kerja sama mu bersama keluarga Wicaksono itu, " jawab Albian dengan dingin.

………………

"Kenapa sih, kok pada resek banget, padahal nih ya gue tuh cuma mau bersenang-senang, " ujar Nadia yang terus menggerutu karna kesal dengan sikap teman-teman nya.

"Nadia sayang.. " panggil seseorang yang membuat langkah Nadia terhenti.

"Sayang.. " seru Nadia setelah melihat dengan jelas siapa yang memanggilnya.

"Kok bete gitu sayang, " ujar pria itu.. yang tak lain adalah pak Soni rekan bisnis ayah nya sendiri.

"Iya sayang aku lagi sedih, " jawab Nadia sambil merangkul pinggang pria baru baya itu.

"Cerita dong sama Om, " ujar pak Soni.

"Iihh.. masa disini Om, " ujar Nadia yang semakin bertingkah manja.

"Mau di tempat biasa, ?" tanya pak Soni.

"Boleh, " jawab Nadia sambil terus bergelayut manja pada pak Soni.

Mereka berlalu pergi menuju ke hotel yang selalu mereka singgahi, dan kebetulan keberadaan hotel itu tak begitu jauh dari klub tempat Nadia bermain.

"Sayang Om kangen, " ujar pak Soni sambil mencium pundak Nadia dari belakang.

"Sama Om, aku juga kangen sama Om aahhh.. " ujar Nadia yang di akhiri desahan karna pundak nya di lumat oleh pak Soni.

"Sayang Om gak kuat, " ujar pak Soni dengan suara serak nya.

"Uang jajan nya dulu Om, " ujar Nadia.

"Sayang semuanya akan Om kirim seperti biasa.. aahh asal kamu puaskan Om malam ini, " ujar pak Soni di selingi desahan karna tangan Nadia dengan nakal nya meraba senjata pak Soni.

"Aaahhhh.. kamu memang yang terbaik sayang aahhh.. " ujar pak Soni yang terus mendesah karna ulah Nadia.

Dan terjadilah pergulatan yang panas, antara pak Soni dan Nadia.. ini bukan lah hal pertama buat mereka, karna mereka sudah sering melakukan hal itu, bahkan Nadia sudah melepas ke-pe-ra-wa-nan nya semenjak kelas tiga SMP.

Namun tanpa mereka sadari, apa yang mereka lakukan saat ini telah terekam jelas oleh kamera CCTV, dan jika mau.. dengan sekali klik vidio mereka akan tersebar secara live.

Tapi ini belum waktunya, jadi biarkan mereka bermain dulu sampai puas.. lalu setelah itu, jatuhkan mereka secara langsung, agar mereka merasakan sakit yang tiada terkira.

Mak said:ihh.. tadi katanya mau cerita, tapi kok malah anu-anu.

………………

"Apa Ayah sudah lihat vidio nya, ?" tanya Vino pada pak Susilo.

"Ya Ayah sudah melihatnya, " jawab pak Susilo.

"Lalu bagaimana sekarang Ayah, ?" tanya Vino.

"Untuk sekarang Ayah akan menyelidiki semuanya, " jawab pak Susilo.

"Lalu bi Ipah dan Nadia, ?" tanya Vino lagi.

"Biar mereka jadi urusan Ayah.. dan Ayah minta, agar kamu jangan bersikap gegabah, " ujar pak Susilo.

"Tapi adik ku.. adik ku dimana Ayah hiks.. hiks, ?" tanya Vino dengan terisak, semenjak Merida masuk rumah sakit, dan Vino mengetahui bahwa Nadia bukan adik nya.. Vino mulai merasakan kekhawatiran untuk adik Vino yang asli, Vino tak tau dimana dia berada.

"Kamu jangan panik Vino, karna Ayah pasti akan menemukan keberadaan adik mu, " ujar pak Susilo membujuk Vino agar tak berlarut-larut dalam kesedihannya.

"Tapi Ayah..

"Bersabarlah, Ayah pasti akan menemukannya, dan untuk ibu mu.. tetaplah temani dia, " ujar pak Susilo memotong kata-kata Vino.

"Vino, dimana adik mu Siska, ?" tanya pak Susilo yang baru sadar tak melihat keberadaan Siska.

"Dia.. dia.. " ujar Vino tergagap.

"Ada apa dengan Siska Vino, ?" tanya pak Susilo yang curiga dengan tingkah Vino.

"Dia sudah pergi Ayah, " jawab Vino pelan.

"Apa maksudnya dia pergi Vino,? " desak pak Susilo.

"Sebenarnya Siska di usir ibu, " ujar Vino.

"Apa!!??? kenapa Siska bisa sampai di usir, ?" tanya pak Susilo.

"Itu.. Itu.. eemm.. " uang Vino terbata-bata.

"Bicara yang jelas Vino, " bentak pak Susilo yang kesal dengan tingkah anak nya itu.

"Itu semua karna Nadia.. Nadia bilang Siska suka pergi ke klab malam, dan sudah melakukan hal yang tak senonoh yang akan mencemari nama keluarga besar kita, " ujar Vino menjelaskan.

"Dan kalian percaya, ?" tanya pak Susilo, Vino pun hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan pak Susilo.

"Astaga Vino... sejak kapan kalian menjadi orang-orang bodoh, ?" ujar pak Susilo yang tak mengerti dengan pola pikir anak dan istrinya itu.

"Maaf Ayah, " ujar Vino yang menyesal akan perbuatan nya.

"Maaf dari ku tak kan membuat Siska kembali, " ujar pak Susilo dingin.

"Putri ku.. dimana putriku, " teriak Merida bangun dari pingsan nya dan langsung mencari keberadaan putrinya.

"Ibu, "

"Sayang, " ujar Vino dan pak Susilo serempak, lalu menghampiri Merida yang keadaan nya tak baik-baik saja.

"Hiks.. hiks.. hiks.. putri ku.. kamu dimana nak.. putri ku, " ujar Merida yang terus meracau.

"Dokter.. suster.. " teriak pak Susilo memanggil dokter dan suster.

"Maaf.. Tuan besar dan Tuan muda, harap kalian tenang dulu, " ujar dokter Natalie yang sudah berada di ruangan itu.

"Anak ku.. dimana anak ku.. anak ku.. kenapa kau ambil anak ku, ?" racau Merida yang bahkan kini tangan nya sudah tak diam, Merida sekali-kali akan menjambak rambutnya, dan kadang dia memukul-mukul dadanya sendiri.

"Nyonya harap tenang, " ujar dokter Natalie lembut.

"Dokter dimana anak ku, " tanya Merida pada dokter Natalie.

"Dia ada Nyonya, dan saat ini dia sedang tertidur, " jawab dokter Natalie dengan lembut.

"Dia gak ada, dia.. ada yang ngambil Dok, " ujar Merida lagi.

"Tidak Nyonya.. maka dari itu, harap Nyonya tenang ya, " jawab dokter Natalie.

"Tapi dia gak nangis kan, ?" tanya kembali Merida.

"Nyonya tenang saja ya, semuanya baik-baik saja, "ujar dokter Natalie.

"Benar ya dok, " tanya Merida.

"Nyonya tenang...

Bersambung