Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha Bertahan
Acara makan malam itu berjalan dengan lancar. Hayden juga sudah menepati perkataannya pada Nayla untul bersikap sewajarnya saja di depan umum. Tidak menunjukkan keakraban lebih dari sekedar kolega bisnis.
Seperti saat itu, saat Nayla sedang mencicipi hidangan di meja dessert. Hayden berdiri di seberang meja dan diam-diam terus menatap gadis itu. Saat tatapan keduanya bertemu, Nayla hanya mengangguk singkat sebagai sapaan. Dan berharap hal itu tidak terlihat aneh di mata orang-orang.
Satu hal yang pasti di yakini Nayla malam itu tentang Hayden adalah, selain seorang pebisnis sukses diusia muda. Ia juga seorang pemuda yang baik.
Setelah mengantarkan para tamu pulang, Stefan dan Nayla juga bersiap untuk pulang. Di situlah, Stefan baru sempat mengecek ponselnya. Ia terkejut banyaknya notif panggilan yang masuk. Salah satunya adalah dari Roselyn. Ia juga membaca pesan yang ditinggalkan pengawalnya di rumah kalau Roselyn sebelumnya sempat pergi dan setelah pulang ia terlihat begitu pucat.
Tanpa membuang waktu lagi Stefan segera pulang dan meninggalkan Nayla begitu saja di tempat acara makan malam itu. Saat Nayla keluar setelah dari kamar mandi ia tak melihat Stefan dan mobilnya di sana. Tempat itu sudah sepi.
"Haahhh ..." Helaan nafas panjang ia keluarkan. Ia sudah tak ada tenaga lagi untuk mengumpat pada Stefan. Ia berusaha menenangkan dirinya dan mengatakan pada dirinya sendiri kalau dia akhirnya bebas sendirian.
Alih-alih pulang, Nayla berjalan ke arah taman. Ia melepaskan high heelsnya dan perlahan berjalan di atas rumput. Dingin dan sedikit menggelitik telapak kakinya. Membuat Nayla tersenyum senang. Ia merasa bebas. Bahkan, dinginnya angin malam tak membuatnya ingin beranjak dari sana.
"Anda akan sakit jika terlalu lama seperti ini, My Lady ..."
Nayla terperanjat saat tiba-tiba sebuah tangan kekar memakaikannya sebuah mantel. Suara beratnya juga membuat Nayla reflek menoleh kebelakang. Dan di sanalah ia melihat Hayden yang sedang menatapnya dengan khawatir.
"Selamat malam tuan Hayden." Ucapnya dengan senyum lembut.
"Haahh. Itu curang nona." Seru Hayden sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia begitu gemas melihat senyum gadis di depannya itu. Rasanya Hayden ingin sekali menarik Nayla ke dalam pelukannya. Nayla hanya menatapnya bingung.
"Oh ya, kenapa anda di sini tuan? Seingat saya sudah melihat anda keluar." Tanya Nayla bingung.
"Iya memang. Tapi, saya belum jauh. Lalu, saya tak sengaja melihat mobil suami anda melaju kencang tapi tanpa ada anda di dalamnya. Karena khawatir, saya memutuskan kembali dan di sinilah saya melihat anda." Ucap Hayden menjelaskan. Nayla hanya mengangguk-angguk mengerti.
"Malam semakin larut. Udara semakin dingin. Mari saya akan mengantarkan anda My Lady." Tawar Hayden lembut.
"Terima kasih tuan. Maaf saya akan sedikit merepotkan anda lagi." Ucap Nayla menerima ajakan itu.
Setelah itu, Hayden segera mengantar Nayla pulang. Tak berselang lama keduanya pun sampai. Hayden dengan segera membukakan pintu mobil untuk Nayla.
"Selamat beristirahat nona. Sampai jumpa lagi." Pamit Hayden sebelum pergi.
Setelah itu Nayla segera masuk ke rumah. Sebelumnya ia sempat melihat mobil Stefan sudah terparkir. Ia yakin dengan pasti, suaminya itu sedang berada di paviliun belakang. Nayla tak memusingkan itu, dan terus berjalan ke kamarnya. Ia tak ingin terjerat dengan drama kedua orang itu.
Nayla ingin segera berendam air hangat untuk merilekskan tubuhnya dari rasa lelah hari itu. Lisa segera membantu menyiapkan air hangat ke dalam bath up. Sedangkan Nayla dibantu oleh Ana dan Risa melepaskan aksesoris yang menghiasi tubuhnya.
Belum lagi air hangatnya penuh. Seorang pelayan datang menyampaikan pesan dari Stefan untuk meminta bertemu dengan Nayla saat itu juga. Alis Nayla kembali berkerut. Ia sudah sangat lelah, drama apa lagi yang akan terjadi kali ini.
Walaupun enggan, Nayla tetap memilih mendatangi Stefan. Pelayan tadi mengajak Nayla ke kamar Stefan. Di sepanjang jalan, hati Nayla terasa berat seiring dengan langkahnya yang semakin dekat dengan suaminya itu berada.
Namun, baginya saat itu mendatangi Stefan adalah pilihan yang jauh leih baik, daripada pria itu yang menerobos ke kamarnya. Sesampainya Nayla di kamar Stefan, ia melihat suaminya itu sedang duduk di kursi di samping tempat tidurnya. Mata Nayla juga tertuju pada seorang gadis yang tengah tertidur di ranjang dengan handuk di dahinya.
Nayla mendesis ringan. Ia tak menyangka, akhirnya Stefan membawa gadis itu masuk ke kediaman utama. Dan Ntah kenapa sekarang pria itu justru memanggilnya ke sana. Apa dia bermaksud memamerkannya atau membuatnya cemburu?! Terserah apa maunya hal itu tak mempan sama sekali untuk Nayla. Ia sudah jengah melihat drama kedua orang itu.
Saat mendengar Nayla datang, Stefan segera menatap ke arahnya. Sedagkan, Nayla menatapnya dingin dengan ekspresi datar.
"Kenap kau memanggilku ke sini?" Tanya Nayla buka suara karna Stefan tak kunjung membuka mulutnya.
"Kata-kata kasar apa lagi yang kau katakan pada Roselyn, sampai ia pulang dengan suasana hati yang kacau hingga membuatnya sakit seperti ini?!" Tuntut Stefan diakhiri dengan helaan nafas panjang.
"Hah?! Kata-kata kasar? Aku tak punya waktu untuk melakukan itu. Kalau memang bisa aku bisa mengatakannya sekarang." Ujar Nayla menantang dengan sudut bibir yang melengkung ke atas. Stefan cukup tersinggung melihat itu.
"Aku tak mau mendengar omong kosongmu Nayla!" Seru Stefan dengan nada bicara yang mulai meninggi.
"Justru aku yang harus mengatakan itu padamu Stef! Berhentilah menyudutkanku dengan omong kosongmu itu! Berhentilah terus mengaitkanku dengan simpananmu itu! Aku sudah mengatakan itu berulang-ulang kali, Stefan!" Seru Nayla yang juga mulai emosi. Ia lelah selalu berdebat hal yang sama berkali-kali.
Setelah mengataka itu, Nayla meliht Roselyn sedikit menggeliat tak tenang dalam tidurnya. Dengan perhatian Stefan berusaha menenangkan gadis itu dengan lembut.
"Tidak bisakah kau lihat Nay. Dia hanyalah seorang gadis muda lugu yang kesepian. Dia tak punya keluarga dan kekayaan sepertimu. Dia selalu hidup menderita sampai ketika ia bertemu denganku. Aku ingin terus membuatnya bahagia dan tersenyum." Oceh Stefan tanpa melihat Nayla sama sekali.
Nayla terdiam mendengar ocehan yang seperti omong kosong itu. Ia bertanya-tanya, dengan cerita itu lantas apa yang diinginkan Stefan darinya? Apa pria itu menyuruhnya iba dan akhirnya berbelas kasih ada gadis yang sudah menghancurkan kedamaian rumah tangganya? Kalau benar seperti itu, Stefan benar-benar gila!
"Yang percaya dan terbuai dengan kepolosan gadis itu kau Stefan, bukan aku! Jangan mencoba membujukku untuk bersikap baik padanya." Seru Nayla dengan nada tajam.
"Kau memang wanita yang mengerikan Nayla. Kau sungguh kejam pada seorang gadis lugu yang hanya ingin bahagia." Seru Stefan sebelum menggenggam tangan Roselyn dengan lembut.
Setelah mendengr perkataan Stefan itu, udara di ruangan itu terasa semakin berat bagi Nayla. Ia mungkin terlihat bodoh saat itu. Sudah jelas pengkhianatan suaminya itu. Tapi, ia memilih diam dan belum mengambil langkah tegas.
Nayla berusaha mengatur nafasnya lagi. Ia meyakinkan pada dirinya sendiri. Ini bukanlah waktu yang tepat. Persiapannya belum selesai. Ia tak mau, efek dari masalah rumah tangganya dengan Stefan mempengaruhi banyak orang. Ia harus bertahan sedikit lebih lama lagi.
.
.
.
Bersambung ...