Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Ayu kini tengah beristirahat begitu pun dengan ketiga perempuan beda usai lainnya. sedangkan Para lelaki kini sudah pulang.
Handphone mereka bersamaan berbunyi karena adanya notifikasi dari Sintia menanyakan keadaan Ayu.
"Bagaimana keadaan kamu Ayu, kamu baik-baik saja kan, aku dengar dari Rafa tadi ada keributan disana?? Tanyanya dengan khawatir.
"Kami baik-baik saja Nak, kamu juga akan jadi tante lagi karena kini Ayu sedang mengandung". Ketikan balasan dari Shofiyah membuat Sintia kegirangan.
"Beneran bunda?? Tanya Sintia
Bunda serius?? Tanya Sultan
"Beneran nak, kami sedang berada dirumah bunda sekarang karena Ayu ingin ketenangan, dia khawatir jika orangtuanya akan datang lagi terus menerus membuatnya stres, dia juga takut Aiman tahu tentang kehamilan Ayu nantinya". Balas Shofiyan lagi.
"Ya hanya aku yang tidak disana". Cemberut Sintia karena tahu jika semua iparnya ada disana.
"Iya biar Ayu disana saja untuk sementara, Aku yakin Aiman tidak akan pernah berani kerumah bunda setelah semua yang terjadi".
Mereka memang sudah mengeluarkan Aiman dari grup whatsapp keluarga mereka, mereka tidak ingin pembicaraan tentang kehidupan Ayu diketahui olehnya, dan itu dilakukan oleh Almira sebagai bentuk kekesalannya pada adik iparnya itu.
"Aiman sudah tidak ada di grup kan?? Sintia menyadari jika mereka membahas kehamilan Ayu takutnya malah terbongkar karena pesan grup.
"Tentu, aku mengeluarkannya tadi saat dirumah". Balasan Almira.
"Syukurlah, aku sempat khawatir tadi membahasnya, selamat yah Ayu akhirnya sekian tahun menunggu kamu mendapatkan nya juga, kamu harus banyak istirahat, jangan banyak pikiran dan paling penting, perbaiki pola makan agar asupan di kecil didalam terpenuhi".
"Iya kak, terima kasih yah".
Mereka kini berada dikamar masing-masing dan membalas chat Yang ada di handphone mereka.
"Ternyata mereka semua sudah membuang ku". Ucap Aiman menatap nanar grup keluarganya yang mengeluarkannya tadi.
Dia baru sempat memeriksa handphone nya karena kesibukannya di toko yang dia kelola.
"Sebegitu fatal lah kesalahanku sampai mereka semua membuang dan memperlakukan ku seperti ini?? Aiman meneteskan Air matanya karena tidak tahan.
"Kamu kenapa Aiman, kok menangis". Ucap Aira melihat Aiman sejak tadi diam menatap handphone nya dan kini malah menangis.
"Tidak apa-apa, bagaimana hari ini kamu baik-baik saja?? Tanya Aiman dengan lembut.
"Bagaimana mau baik-baik aja, kalau perhiasan ku kau ambil paksa kayak tadi". Kesal Aira mendelik tidak suka.
"Aku hanya meminjamnya Aira, aku membutuhkan modal untuk usaha, toh hasilnya nanti akan nikmati sama-sama, jangan memulai keributan Aira, perhiasan mu masih banyak". Aiman menatap istrinya itu denagn kesal
Ada saja yang dia permasalahkan agar membuat keributan dengannya, entah itu bawan bayi atau seperti apa.
"Tapi itu perhiasan ku yang paling mahal Aiman, dan itu tidak ada dijual dimanapun karena itu rancangan khusus". Cemberut Aira berusaha mengambil hati Aiman.
"Maaf yah, aku terpaksa melakukannya, kamu tahu sendiri, aku harus memulai segalanya dari nol saat pergi dari rumah, dan lebih memilihmu". Ucap Aiman merasa bersalah.
"Tapi nanti setelah ada Hasilnya, kamu harus membelikan ku yang baru dan lebih cantik, aku tidak mau tahu". Ucapnya dengan manja
"Iya tenang saja, aku akan melakukan yang terbaik, kamu sabar dulu yah". Aiman mengelus kepala Aira dengan sayang.
"Dasar laki-laki dungu, jika bukan karena mencarikan bapak untuk anak yang ku kandung dan nantinya bisa melarikan diri, aku tidak akan mau kembali dengan lelaki kere seperti mu". Sinis Aira tanpa Aiman tahu.
Keesokan harinya, Aiman memulai aktivitas seperti biasanya, dia memastikan rumahnya bersih sebelum dia berangkat bekerja, dia tahu Aira kini sedang hamil besar itulah sebabnya Aira tidak bisa bergerak banyak jadi dia mengalah melakukannya.
"Aku pergi dulu Aira, kamu baik-baik dirumah, jangan kemana-mana". Ucapnya mengelus kepala Aira dengan sayang.
Aira hanya tersenyum palsu melihat ketulusan Aiman itu, dia merasa ingin muntah karena dia tidak peduli dengan cinta tapi dia sangat peduli dengan uang.
"Baguslah dia pergi, menyebalkan sekali". Ucapnya begitu Aiman sudah keluar dari rumah.
Drt. drt.. suara seringan telpon dari dalam ruang terdengar.
"aaist sialan mau apalagi dia". Kesal Aira melihat nama tertera di layar handphone nya.
"Ada apa?? tanyanya dengan ketus.
"oh calm down honey, aku hanya meminta uang seperti biasa, jangan lupa". Ucap dari seberang.
"Aku tidak punya uang, Aiman sudah bangkrut". Kesal Aira dengan malas.
"Oh itu urusan mu sayang, jangan sampai aku mengatakannya pada Aiman siapa aku". Ucapnya dengan santai tapi penuh ancaman.
"Lakukan saja, toh dia memang sudah kere, sekalipun kau memberitahukannya dan menceraikan ku, kau tidak akan mendapatkan apa-apa, lagian jika Aiman menceriakan ku, aku bisa membuang anak ini ke panti dan pergi". Ucap Aira dnegan jengkel.
"Jangan menantang ku Aira, kau tahu aku seperti apa". Geram orang dibalik telpon.
"Dengar Rayhan, sudah kukatakan Aiman itu sudah bangkrut, dia sudah tak punya apapun yang bisa diperas, bahkan dia aduh berhenti dari tempat kerjanya dan baru merintis usaha kecil-kecilan". Sungut Aira dengan jengkel
"Aku tidak percaya Aira jangan membohongi ku, Aku lihat Aiman masih punya mobil dan rumah mewah, jadi jangan membodohi ku". Rayhan masuk kedalam rumah.
"Aku tidak membodohi mu memang kami masih tetap tinggal dia ni, karena dia diusir dan dibuang dari keluarganya, tapi dia tidak punya uang karena uangnya sudah kuhabiskan untuk menutup mulut sialan mu itu". Umpat Aira dnegan kasar.
Rayhan yang berada diluar langsung masuk begitu mendengar umpatan Aira padanya. Matanya menyorot tajam Aira yang mematung saat melihatnya berada didalam rumahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini". Ucapnya tergagap.
"Sudah ku bilang Aira, jangan pernah membohongi ku, aku meminta uang dan kau harus memberikannya, jangan pernah membuatku marah". Ucapnya penuh penekanan.
" Aku sudah bilang Aiman itu sudah tidak punya banyak uang seperti dulu, aku tidak memegang uang bahkan perhiasan ku sudah dia gadai untuk kebangun usahanya". Kesal Aira untuk menutupi ketakutannya.
Dia takut jika Aiman pulang dan melihat serta mendengar apa yang mereka bicarakan, bisa gawat itu.
"Kamu coba membohongi ku kan Aira, aku tidak akan tinggal diam jika kamu berusaha menipu ku". Rayhan memegang lengan Aira dengan kasar.
"Itu kenyataannya Rayhan, Aiman sudah tak memberiku uang bahkan untuk keperluan rumah, dia hanya mengajakku belanja bulanan dan mingguan, sungguh aku tidak membohongi ku".
"Kau pikir aku percaya, aku akan mencari Aiman dan mengatakan jika anak yang kau kandung itu adalah anakku bukan anaknya, aku akan memberi tahu dia jika kamu selama ini membohonginya". Teriak Rayhan dnegan kesal.
"Tidak perlu, aku disini dan mendengar semuanya". Ucap Aiman dengan dingin dan tatapan tajam