Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Aska memandang sang adik dari jauh, dia ingin mendekat tapi terlalu malu pada adiknya, apalagi mendapatkan penolakan sang adik sejak tadi.
Baginya yang penting kehidupan adiknya baik-baik saja, setidaknya adiknya tidak akan lagi merasakan bagaimana diperlakukan tidak adil seperti dirumahnya bersama keluarganya sendiri
"Aku sungguh kakak yang sangat jahat". Tangisnya pecah seketika diatas motor saat tukang ojek itu berbalik ke tempat semula dia berada.
Sang ojek hanya mendengar tangisan dari balik punggungnya, entah apa yang terjadi pada mas yang menjadi penumpang di motornya itu.
Sesampainya di cafe tempat mobil Aska terparkir, mereka turun dengan perlahan dan masih meninggalkan jejak airmata pada Aska.
"Apapun masalah bapak, jangan menyerah pak, mungkin saat ini masih belum bisa memaafkan bapak, nanti juga akan ada jalan keluar". Sang ojek menepuk pundak Aska memberi semangat.
Aska menunduk mendengar nasehat itu, apakah dia akan mengatakan hal seperti itu padanya jika tahu bagaimana permasalahan sebenarnya dan betapa teganya dia dan keluarganya pada sang adik selama ini.
"Terima kasih pak, ini ongkosnya". Aska menyerahkan beberapa uang biru untuk tukang ojek tersebut kemudian berbalik dan berjalan gontai ke mobilnya.
Penolakan kasar dan terang-terangan dari sang adik menghancurkan harga dirinya dan juga ego nya yang selama ini dia tunjukkan.
Hatinya terasa remuk akan hal itu, bagaimana dengan perasaan Rere yang telah disakiti olehnya dan keluarganya berkali-kali.
Dia mengusap kasar wajahnya dan mengacak rambutnya frustasi, apa yang harus dia katakan pada sang ibu nanti.
Saat dia berada di rumah, seluruh keluarganya kini menunggunya dan menatapnya dengan tajam.
"Aku pulang, Ada apa?? ". Tanyanya dengan penasaran dengan Raut wajahnya mereka yang tampak tak bersahabat.
"Apa kamu akan menikah dengan perempuan tidak jelas asal usulnya?? ". Pak Rauf menatap murka sang anak karena tidak mengatakan hal apapun padanya.
"Maksud ayah apa?? ". Dia menatap ayahnya dnegan kening mengkerut karena tidak mengerti.
Mendengar jawaban sang anak, pak Rauf murka seketika, anaknya seakan pura-pura tidak tahu.
"Kata ibumu kamu akan menikah, tapi dengan anak yatim piatu?? ". Ucap Pak Rauf meninggi.
"Loh memangnya kenapa jika dia yatim piatu ayah??, dia masih punya paman dan juga kerja bagus dari keluarga baik, terus apa masalahnya ayah?? ". Aska menatap tajam sang ayah karena tidak terima kalau calon istrinya di hina dengan kata tak jelas asal usulnya.
"Bagaimana kalau dia anak haram yang sengaja dipelihara oleh pamannya??, atau dia sengaja ditinggalkan oleh orang tuanya ". Pak Rauf kini berdiri menatap nyalang pada sang anak.
Mata Aska membelalak, ayahnya seenaknya berkata tanpa tahu latar belakang calon istrinya.
" Ayah jangan bicara sembarangan, dia anak yang lahir dari orangtua baik-baik, orangtuanya itu orang terhormat di lingkungannya, jangan keterlaluan ayah". Bentak Aska membalas tatapan ayahnya lebih tajam dari sebelumnya, bahkan suaranya lebih besar dari sebelumnya.
Plak.. Tamparan keras diterima aska dari sang ayah.
Aska terhuyung mendapatkan tamparan keras itu tapi dia beruntung karena dia menyeimbangkan dirinya.
Marsya tertawa puas dalam hati, dia Sengaja mengompori sang ayah agar ayahnya murka pada Aska karena menikahi wanita yatim piatu.
Dia akan membuat Aska keluar dari rumah ini seperti Rere, agar tidak ada lagi mencari masalah dengannya.
"Ayah". Bu Lastri menjerit melihat sang anak ditampar oleh sang suami.
" Diam ditempat mu bu, ayah tidak sudi punya menantu yatim piatu yang tidak jelas". Hardik Pak Rauf melotot pada istrinya.
Hasutan Marsya betul-betul bekerja pada sang ayah angkat sampai dia murka dan menghina orang seenaknya.
"Jangan membentak dan meneriaki ibuku seperti itu!!". Murka Aska maju berhadapan dengan sang ayah.
Dia tidak terima ibunya diperlakukan seperti itu oleh sang ayah, dia bahkan tidak pernah berkata besar pada sang ibu.
"Kurang ajar, pergi kau dari sini!!, ayah tidak sudi punya anak tidak tahu diri seperti mu ". Pak Rauf semakin murka melihat anaknya semakin berani padanya.
"Sayangnya aku tidak mau, memang ayah siapa yang berani mengusirku?? ". Aska menatap ayahnya dengan sinis.
Mereka semua membulatkan matanya, dia tidak menyangka jika Aska berani pada ayah mereka.
"Kau melawan ayah??, kau tidak tahu malu, sudah ayah usir tapi tak mau pergi?? ". Geram sang ayah kepada anak tertuanya itu.
"Hahahah". Aska tertawa sumbang memandang nanar sang ayah.
Semua yang ada disana menatap heran Aska yang tertawa seperti itu kepada ayahnya. Entah apa yang Salah dari perkataan keluarga mereka itu.
Sedangkan ibu Lastri sudah ketakutan setengah mati karena anaknya bersikap seperti itu pada ayahnya, dia takut kalau suaminya akan memukul anaknya lebih dari ini.
"Ini rumahku ayah, ayah lupa, kalau akulah yang menebus sertifikat tanah dan rumah ini dan dalam surat perjanjian itu, aku yang memiliki rumah ini setelah adik-adik ku menikah??". Aska menatap sinis sang ayah yang terpaku bak patung dihadapannya.
Mereka semua mengedipkan matanya berusaha mencerna perkataan Aska barusan, mereka baru ingat Aska lah yang menebus sertifikat rumah karena rumah ini dulu di gadai untuk biaya kuliah Marsya.
"Aku tidak peduli apa yang ayah pikirkan, jika ayah tidak setuju dengan pilihanku, ayah bisa bawah anak-anak ayah yang lain pergi dari sini, jadi jangan macam-macam". Aska menghampiri sang ibu kemudian memeluknya dengan sayang.
"Kau mengusir kami yang telah membesarkan dan membiayai kamu??". Pak Rauf menatap anak anaknya dengan tatapan tidak percaya.
Dia bahkan berkedip beberapa kali untuk menyakinkan dirinya jika anaknya ini betul-betul mengatakan hal itu padanya.
"Jika tidak mau aku usir, tutup mulut kalian dan jangan bertingkah seenaknya disini, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti ibuku, termasuk ayah ". Aska menarik tangan sang ibu kemudian pergi dari sana.
Tapi sebelum jauh, dia membalikkan sedikit kepalanya kemudian berkata.
"Aku akan tetap menikah dengan pilihanku, suka atau tidak, kalian harus mengikutinya, jika tidak, silahkan pergi dari rumahku!! ". Aska berjalan sambil merangkul sang ibu dengan penuh sayang.
Dia tidak perduli dengan kemarahan sang ayah padanya, baginya sudah cukup Rere yang membuatnya jadi manusia jahat karena tidak bisa membela adiknya, kini dia akan jadi orang pertama yang melindungi ibunya.
Pak Rauf mengepalkan tangannya, dia tidak menyangka jika keputusan nya yang memberikan rumah ini pada Aska untuk membayar uang sertifikat itu menjadi boomerang untuknya.
Marsya mengeram dalam hati, dia sampai lupa perjanjian dana yang dikeluarkan oleh Aska untuk menebus sertifikat itu, dan sekarang dia akan susah menyingkirkan Aska dari rumah ini.
"Sial, aku harus cari cara lain agar Aska pergi dari sini