AIR MATA ISTRIKU KARMAKU

Satu minggu sudah Ronan pergi meninggalkan putri semata wayangnya seorang diri menghadapi kepedihan dalam pernikahan toxic yang dijalaninya.

Tapi, pelayat yang datang masih saja tak berkurang sedikitpun. Diantara pelayat banyak orang yang tak Azkia kenal datang mengucapkan bela sungkawa.

Mereka adalah orang – orang yang pernah Ronan bantu ketika sedang mengalami kesulitan.

Dan ketika mendengar jika seseorang yang pernah menolong mereka telah meninggal dunia, mereka pun datang tanpa diminta.

Begitu juga dengan Jacob yang merasa menyesal karena terlambat datang sehingga tak bisa menghadiri pemakaman Ronan karena mengurusi perusahaannya yang tiba – tiba bermasalah diluar negeri.

Azkia sedikit menautkan alisnya heran waktu bik Surti memintanya untuk menemui salah satu pelayat yang hadir sambil membawa sebuah surat ditangannya.

“ Non, perkenalkan ini adalah den Jacob sepupu non Sindy sahabat online nya non Azkia…..”, ucap bik Surti memeprkenalkan lelaki yang duduk dihadapannya itu.

Azkia sedikit terkejut waktu mendengar nama Sindy disebutkan. Sedetik kemudian, diapun mengingat jika sahabatnya itu pernah memberikan nomor sepupunya jika suatu saat Azkia membutuhkan pertolongan.

“ Maaf saya baru muncul sekarang karena harus membereskan permasalahan perusahaan diluar negeri sehingga tak bisa mengantarkan om Ronan ketempat peristirahatannya….”, ucap Jacob penuh penyesalan.

“ Tidak apa….”

“ Saya cuma minta doanya saja untuk papa….”, ucap Azkia tersenyum ramah.

Sebenarnya ada sesuatu yang menganjal dalam hati Azkia bagaimana bik Surti bisa sampai mengenal Jacob sedangkan dia saja tak pernah bertemu dengan sepupu dari sahabat onlinenya tersebut.

Setelah diceritakan semuanya, barulah Azkia mengerti jika Jacob datang atas permintaan Sindy, tapi sayangnya lelaki itu tak bisa bertemu dengannya karena banyaknya bodyguard didepan ruang rawat inapnya sehingga lelaki itu terpaksa harus menemui papanya.

“ Sebelum meninggal, tuan sempat menitipkan surat untuk den Jacob…..”

“ Tuan juga berpesan agar saya memberikan surat ini dihadapan non Azkia…..”

“ Saya harap den Jacob bisa membacakan isinya disini sehingga non Azkia juga mengetahui isi surat tersebut….”, ucap bik Surti menyampaikan amanah dari Ronan.

Setelah mengatakan hal tersebut, bik Surti pamit ke dapur untuk menyiapkan camilan baru karena banyaknya toples yang sudah habis isinya.

Jacobpun segera membuka amplop yang diberikan oleh bik Surti kepadanya dan membacakan isinya sehingga Azkia bisa mengetahui isi surat yang ditulis oleh papanya tersebut.

Ardan memicingkan kedua matanya melihat Azkia berbincang akrab dengan seseorang yang sangat dikenalnya.

“ Bagaimana Azkia bisa mengenal Jacob ?...”, batin Ardan penasaran.

Diapun segera menghentikan bik Surti untuk memastikan jika lelaki yang sedang bersama dengan istrinya itu adalah Jacob Wang, musuh bebuyutannya.

“ Siapa yang sedang bersama Azkia itu bik….”

“ Apa bik Surti kenal ?....”, tanya Ardan dengan tatapan penuh selidik.

“ Oh, den Jacob…”

“ Itu teman non Azkia….”

“ Tentu saja bibi kenal….”

“ Selain akrab dengan non Azkia den Jacob juga dekat dengan tuan besar….”, ucap bik Surti antusias.

Melihat raut kecemburuan diwajah Ardan, bik Surti merasa puas setidaknya lelaki itu bisa merasakan sakit hati seperti yang Azkia rasakan.

“ Makan tuch cemburu…..”, batin bik Surti sengit.

Azkia yang tak mengetahui tatapan tajam Ardan terlihat serius membahas isi surat yang diberikan sang papa kepada Jacob.

“ Kapan kamu akan mulai bekerja diperusahaan….”, tanya Jacob antusias.

“ Mungkin besok….”, ucap Azkia dengan kedua bola mata keatas memikirkan apa esok hari dia ada agenda lain atau tidak.

“ Ya sudah….”

“ Kabari saja aku begitu kamu tiba dikantor….”, ucap Jacob sambil menyerahkan ponselnya agar Azkia menulis nomornya disana.

“ Dan mengenai kasusmu ?....”

“ Apa kamu tak ingin melaporkannya kepihak berwajib ?....”, tanya Jacob penasaran.

“ Untuk sementara tidak dulu….”

“ Tapi jika dia berusaha menganggu proses perceraian yang kuajukan, maka tidak ada cara lain selain melaporkannya bukan….”, ucap Azkia sambil menyerahkan ponsel Jacob setelah menulis nomor teleponnya disana.

“ Baiklah jika itu yang menjadi keputusanmu, aku mendukungmu sepenuhnya….”, ucap Jacob tersenyum lebar.

“ Aku akan menyediakan pengacara terbaik untukmu karena aku sangat yakin jika suamimu akan menggagalkan perceraian yang kamu ajukan itu….”, ucap Jacob menambahkan sambil mengerling nakal.

Azkia semula sedikit terkejut dengan Jacob yang tiba – tiba meliriknya nakal, tapi setelah dia mengetahui jika Ardan sedang mengamatinya maka Azkiapun menanggapi candaan sepupu Sindy tersebu dengan lapang dada.

Keakraban yang ditunjukkan oleh Jacob dan Azkia membuat hati Ardan panas oleh api cemburu.

Meski Ardan berusaha menolak sekuat tenaga rasa cemburu yang mulai hinggap dihatinya, nyatanya hal itutak berhasil malah semakin bertambah kuat.

Azkia tersenyum penuh kepuasan dalam hati melihat wajah suaminya memerah menahan amarah.

" Ini baru permulaan...."

" Setelah ini, aku pastikan kamu akan lebih sakit hati daripada yang selama ini aku rasakan.....", batin Azkia penuh dendam.

Melihat tamu yang datang semakin banyak, Jacob pun tak ingin terlalu menyita waktu Azkia untuk menemaninya.

“ Ok….”

“ Sampai jumpa esok hari….”

“ Jangan lupa untuk mengabari aku….”, ucap Jacob pamit.

Setelah mobil yang dikendarai Jacob pergi meninggalkan rumah, Azkia yang hendak masuk kedalam lengannya ditarik dari belakang oleh Ardan dengan keras.

“ Siapa dia ?....”, tanya Ardan tajam.

Meski dia tahu siapa yang datang, namun karena perasaan cemburu terhadap sang istri diapun pura – pura bertanya kepada Azkia.

“ Temanku….”, jawab Azkia singkat.

Ardan yang hendak berteriak karena tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Azkia mengurungkan niatnya ketika ada tamu yang datang menghampiri.

“ Kamu berhutang penjelasan padaku\, j****g…..”, bisik Ardan dengan suara rendah dan penuh penekanan.

Sejak papa Azkia meninggal, sepasang suami istri tersebut hampir tak pernah berbicara satu dengan yang lainnya.

Ardan memang tak pernah absen mendampinginya Azkia menerima tamu, tapi keduanya saling diam dan hanya berbicara ketika tamu bertanya tanpa adanya interaksi yang berarti diantara keduanya.

Dan kini ketika Ardan kembali berbicara dengannya, lelaki itu langsung berbicara kasar kepadanya membuat Azkia merasa muak.

Jika yang ada dalam tubuh tersebut adalah jiwa Azkia yang asli mungkin saat ini gadis itu akan menangis dalam diam.

Tapi Azkia dengan jiwa berbeda bersumpah jika dipemakaman adalah hari terakhirnya dia menangis dan selanjutnya tak akan ada siapapun yang bisa membuatnya bersedih, termasuk Ardan suaminya.

Ketika tamu agak berkurang banyak, Ardan yang melihat Azkia berada didapur sendirian segera menghampiri sang istri sambil berbisik lirih.

“ Jelaskan padaku semuanya….”, ucap Ardan tajam.

“ Untuk apa…”, ucap Azkia acuh.

“ Karena aku adalah suamimu, jadi kamu harus menjelaskan semuanya padaku….”, ucap Ardan mulai tersulut emosi.

“ Suami ?....”

“ Sejak kapan aku memiliki suami….”

“ Bukankah bagimu aku hanyalah pembantu dan j****g yang memuaskan nafsumu….”\, ucap Azkia telak.

Mendengar ucapan sang istri, Ardan kesulitan untuk menjawab karena memang itu adalah fakta yang sebenarnya.

Tapi egonya yang terluka karena cemburu buta membuat lelaki tersebut tetap menatap sang istri dengan tatapan membunuh.

Dan biasanya, Azkia yang ditatap seperti itu akan langsung ketakutan dan tak akan berani melawan dirinya lagi dengan tatapan nanar.

Tapi fakta yang didapati oleh Ardan saat ini jauh dari harapan. Bukan hanya tak takut dengan tatapannya, tapi istrinya tersebut juga berani balik menatap tajam dirinya seolah menantang kesabarannya membuatnya hanya bisa menahan kesal dalam hati.

" Semakin berani saja dia padaku !!!...."

" Lihat saja, begitu pulang aku kasih hukuman agar dia tak bisa menatapku senyalang ini !!!.....", batin Ardan penuh amarah.