Dikhianati, oleh mantan suaminya dengan sahabat baiknya, lalu dicerai paksa tanpa diberi harta Gono gini membuat Maura Larasati sangat hancur.
Ditengah rasa terpuruk juga sakit hati, Maura berniat menjebak seorang pria hidung belang yang bisa membantunya balas dendam.
Tapi ternyata, dia malah tanpa sengaja melakukan ONS itu dengan Mantan kakak Iparnya. Arkana Angkasa, CEO Angkasa Groups yang selama ini dikabarkan menderita Impo*en, karena tidak pernah dekat dengan perempuan manapun.
Lalu akhirnya, siapa diantara mereka berdua yang merasa dijebak dan yang terjebak karena kesalahan itu?
Penasaran cus baca ya reader🥰
Tolong tinggalkan like komen dan tap love setelah membaca sebagai penyemangat otor supaya terus up.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Terus Berdebat, Kenapa?
Kepala Maura terasa pusing, tapi bukan lagi karena minuman yang tadi sempat diminumnya saat berada di Bar, melainkan karena gugup dengan ajakan Arkana, pria yang merupakan mantan kakak iparnya, yang sekarang sudah berubah status menjadi suaminya.
Untuk menutupi rasa gugupnya karena akan bercinta dengan pria itu, begitu mereka sampai dihotel.
Saat itu Maura pura pura sibuk melihat keponselnya, dengan membuka secara acak aplikasi media sosial miliknya.
" Kau gugup?" tegur Arkana, yang tentu saja langsung dijawab gelengan oleh Maura, meski sejujurnya iya.
" Nggak, ngapain gugup kan cuma tidur bareng sebelum malam ini kita juga udah melakukannya meski dalam keadaan nggak sadar," jawab Maura dengan suara berusaha terdengar sebiasa mungkin.
" Ini kan bukan yang pertama, kenapa kau sampai merasa gugup," ejek pria itu dengan sengaja.
Mendengar itu reflek Maura mendengus kesal pada pria itu.
" Huh, biar bukan yang pertama, tapi Mas Arka itu pria pertama setelah aku bercerai dengan Mas Bayu. Aku nggak pernah berhubungan berlebihan dengan pria lain selama dulu menjadi istri Mas Bayu, jadi wajar aja kalau aku merasa gugup sekarang!" jawab Maura emosi.
" Kalau kau sudah bisa bicara ketus seperti itu, berarti kau sudah baik baik saja sekarang." ucap Arkana yang langsung membuat Maura sadar, kalau perkataan pria itu barusan dilakukanya dengan sengaja, supaya dia tidak lagi tegang seperti sebelumnya.
" Cara menghibur yang unik," sindir Maura, dengan menatap kearah pria disampingnya dengan sinis.
" Aku tidak menghiburmu, aku hanya mengatakan apa yang terlintas di pikiranku," balas Arkana tanpa merubah ekspresinya.
" Mas Arka selalu begitu?" tanya Maura, berusaha mengorek apa yang pria itu rasakan juga pikirkan, tentangnya sekarang.
" Bagian yang mana?" tanya Balik pria itu.
" Sikap Mas dengan perempuan yang menjadi teman kencan Mas selama ini?" tanya Maura penasaran.
Arkana menatap kearah Maura dengan diam, ekspresi wajahnya datar, membuat Maura tidak bisa menebak apa isi kepala pria itu sekarang.
" Kau selalu seperti ini?" tanya pria itu tiba tiba dengan dahi mengernyit.
" Maksud Mas?"
" Menanyakan masalalu pasanganmu disaat yang tidak tepat," ucap pria itu dengan nada tidak suka.
Maura terdiam dan merasa, sepertinya barusan dia sudah menanyakan ranah pertanyaan yang terlalu pribadi kepada pria itu.Itu bisa dilihat dari raut wajah Arkana sekarang padanya.
Meski sejujurnya dia boleh tau Soal itu kalau mereka memang pasangan sungguhan, tapi karena mereka hanya pasangan kontrak yang menerapkan prinsip simbiosis mutualisme. Jadi seperti perkataan pria itu barusan, pertanyaannya yang berkaitan dengan sikap pria itu pada perempuan dimasa lalunya, sepertinya sedikit berlebihan untuk ditanyakannya sekarang.
Seingat Maura, meski Arkana selalu bicara dan bertindak semaunya padanya. Tapi sejak mereka tidak sengaja sudah tidur bersama malam itu, sampai detik ini. Pria itu tidak pernah menanyakan tentang hubungannya dengan Bayu, bahkan setiap kali dirinya mengaitkan hubungan mereka berdua supaya pria itu berhenti memaksakan kehendaknya padanya, Arkana sangat marah dan selalu dengan tegas bilang kalau dia dan Bayu adalah dia sosok berbeda, jangan pernah berpikir untuk menyamakannya.
Menyadari itu Maura jadi meras bersalah pada pria itu. Harusnya dia menanyakan ini dilain waktu, tidak malam ini dimalam pernikahan mereka yang seharusnya mereka isi dengan pembicaraan mesra dan romantis. Tapi ini....Mereka berdua terus saja berdebat tanpa henti, hanya karena masalah sepele Kenapa, batin Maura heran sendiri.
Dulu waktu dia baru menikah dengan Bayu, seluruh waktu mereka berdua isi dengan pembicaraan manis dan mesra, berbeda sekali dengan yang terjadi pada dirinya dan Arkana sekarang.
Meski hubungan mereka hanya sementara, tapi itu dilakukan atas kesepakatan bersama dan dalam keadaan sadar.
Seharusnya mereka berdua bisa bersikap layaknya pasangan kontrak, tapi yang terjadi sekarang adalah mereka berdua seperti musuh, musuh dalam segala hal, termasuk dalam urusan gairah, batin Maura semakin tidak habis pikir.
Maura terus saja sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tidak sadar kalau akhirnya mobil yang mereka naiki itu berhenti, karena sudah sampai di Cottage yang mereka tempati untuk malam ini.
" Tuan, nyonya kita sudah sampai," ucap supir sewaan yang mengantar mereka kesana.
" Sampai?" celetuk Maura sadar.
" Iya, ayo turun," ajak Arkana dengan keluar dari mobil sewaan itu, diikuti oleh Maura dengan ekspresi masih tidak percaya kalau akhirnya mereka tiba juga di tempat mereka menginap. Kalau sudah sampai disana, itu berarti setelah berada didalam kamar mereka akan melakukan malam pengantin mereka, kan.
Punya pemikiran itu, langkah Maura langsung ragu untuk mengikuti Arkana masuk kedalam Cottage.
Dia berusaha berpikir untuk mencari alasan yang masuk akal pada pria itu sekarang, supaya tidak perlu masuk kedalam. Tapi apa alasannya? Maura tidak bisa menemukan sedikitpun alasan masuk akal diotaknya, untuk menghindari itu.
Yang dia lakukan malah terus berjalan dibelakang pria itu, sampai akhirnya mereka benar benar berada didalam Cottage.
" Mandilah lebih dulu," perintah Arkana begitu mereka berada didalam.
" Hah! Harus ya?" tanyanya dengan wajah enggan.
Arkana mengeryitkan dahinya, mendengar pertanyaan Maura yang terdengar konyol ditelinganya, tapi memang perempuan yang baru tadi pagi resmi menyandang status sebagai nyonya Arkana Angkasa itu pernah bicara normal, tanpa perlu memberi alasan aneh sejak mereka mulai dekat, jawabannya adalah tidak.
Biasanya Arkana tidak pernah mau menanggapi dan langsung mengusir pergi, kalau ada perempuan yang bicara seperti yang dilakukan Maura sejak tadi padanya dengan tegas.
Tapi entah mengapa saat Maura yang mengatakannya, pria itu merasa tidak keberatan, bahkan bisa dibilang menikmatinya.
Ya, sejak mereka tidak sengaja sudah tidur bersama malam itu, entah mengapa Arkana merasa punya ikatan tak terlihat dengan Perempuan yang pernah menikahi adik tirinya itu.
Perasaan baru yang dirasakannya dengan seorang perempuan yang seharusnya disingkirkannya, karena pernah menjadi bagian dari keluarga yang tidak ingin diakuinya ada.Tapi entah kenapa bukan itu yang dilakukannya.
Keputusan pertama yang diputuskannya tanpa menggunakan logikanya sebagai seorang Arkana Angkasa, yang dikenal dengan sikap tak kenal komprominya, baik dalam hubungan asmara maupun bisnis.
Perempuan ini sudah membuat logikanya hilang, meski tidak ingin diakuinya. Tapi itu lah sebenarnya dirasakan oleh Arkana sekarang.
Semua yang ada pada perempuan itu membuatnya langsung merasa tidak menjadi dirinya sendiri.Konyol tapi itulah kenyataannya, karena kendali dirinya benar benar hilang.
Seperti sekarang, sebenarnya dia ingin langsung menerkam Maura seperti yang dilakukannya di Bar tadi, tapi sekuat tenaga ditahannya. karena apa ? Karena dia bukan hanya ingin bersama secara fisik dengan Maura. Tapi lebih dari itu, meski Arkana tidak tau apa nama perasaannya itu sekarang tapi itulah yang diinginkannya sekarang.
Sebuah penyatuan tubuh, juga penyatuan jiwa.
..