Perselingkuhan istri dan sahabatnya, membuat Vicky Zean trauma untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita. Selama lima tahun, ia memilih menjadi Single Daddy untuk putra kesayangannya.
Namun, kini, ia justru tertarik dengan seorang gadis belia yang baru akan lulus jenjang SMA, Rhea Athalia hanya karena pertemuan singkat yang mengesankan baginya.
Meski perbedaan usia yang terpaut sangat jauh, Vicky tetap menjadikan Rhea sebagai target cintanya dan membuat beberapa jebakan agar Rhea bisa jatuh ke dalam pelukannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Makan Tuan
Rhea kini menceritakan jika bisnis papanya mengalami kerugian besar karena ditipu oleh temannya yang kebetulan join bisnis bersama. Kerugian kali ini membuat papanya terlilit banyak hutang sampai jika dihitung-hitung, harta kepemilikan papanya akan habis tak bersisa.
Di saat keadaan yang sangat genting, ada tawaran kerja sama yang sangat menggiurkan untuk papa Rhea. Namun, syaratnya sangat berat, yaitu menikahkan Rhea dengan pria yang seumuran dengan papanya. Bahkan anaknya sendiri adalah teman sekelas Rhea.
“Gila kan, By? Masa’ aku mau dilamar sama Papanya Hazel? Gak lucu banget, kan?” celoteh Rhea dengan nada kesal dan kali ini membuat Vicky tertegun mendengarnya.
“Papanya Hazel, temen kamu yang kemarin juga ke kantor kepala sekolah itu, kan?” tanya Vicky memastikan dan Rhea pun mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya.
“Yup! Bener banget! Aku kan jadi ilfeel. Padahal Hazel tuh baik banget lo! Tapi setelah tahu kalo papanya ternyata gila, mendingan sekarang jaga jarak aja sama dia!”
Cerita Rhea kali ini secara tidak langsung membuat Vicky kehilangan saingan untuk mendapatkan Rhea. Jangan ditanya lagi bagaimana hati Vicky yang bersorak penuh kemenangan mendengar cerita Rhea kali ini.
“Wah, sikap kamu udah bener banget, Dinda! Gak perlu lagi deket-deket sama anaknya! Takut nanti malah minta kamu buat jadi mama tirinya loh!” timpal Vicky yang sedikit memprovokasi Rhea.
“Emm, gak mungkin juga sih, By! Soalnya Hazel pernah cerita kalo dia gak setuju papanya nikah lagi!”
“Oooh, jadi itu masalah kamu?” tanya Vicky dan Rhea langsung menggelengkan kepalanya.
“Bukan, By! Aku kan belum selesai ceritanya!” balas Rhea yang benar-benar menganggap Vicky sebagai temannya sendiri.
Rhea kemudian menceritakan jika tadi malam Om Iwan dan Hazel datang ke rumahnya. Awalnya Rhea sangat cemas karena takut jika Om Iwan datang untuk merayunya agar mau menjadi istrinya. Ternyata dugaan Rhea salah besar. Dari sini, Rhea mengatakan jika ada perusahaan besar yang sudah membantu bisnis papanya.
“Bagus, dong, Dinda! Berarti sekarang bisnis papa kamu udah aman!” timpal Vicky.
“Tapi syaratnya tidak jauh beda sama Om Iwan, Direktur kaya raya yang gila itu juga meminta papa untuk menikahkan aku dengannya!” balas Rhea membuat Vicky menelan ludahnya kasar.
“Direktur Gila?” Vicky mengulang kata-kata Rhea yang sedikit membuatnya tertohok.
“Iya, By! Mana mungkin gak gila? Dia itu kan udah kaya raya. Kalo misalnya tampangnya pas-pasan atau mungkin di bawah pasaran, bisa di make over di salon, kan?”
“Aku yakin deh, direktur gila itu pasti bisa dapat istri dengan model yang dia mau. Bukan malah jadiin aku sebagai alat pembayaran bisnis!”
Ucapan Rhea kali ini membuat Vicky langsung beranjak dari tempat duduknya dan berpindah duduk di meja rias sambil mengamati wajahnya. Kemudian ia berbalik dan duduk memandang ke arah Rhea.
“Emang tampang di bawah pasaran itu kayak apa, sih, Dinda?” tanya Vicky yang tampak sangat penasaran.
Kali ini Rhea mengerutkan dahinya untuk mencari standar pasaran pria pada umumnya.
“Emm, gimana, ya, By? Pokoknya gak enak lah kalo dipandang!” balas Rhea yang tidak tahu harus menjawab apa.
Sedangkan Vicky langsung membuang nafasnya kasar, ‘Jadi menurut dia, aku tuh tampang di bawah pasaran?’ gumam Vicky dalam hati.
‘Aaarrrggghhh! Standar cowok yang disukai Rhea nih sebenernya kayak gimana sih?’ batin Vicky yang sudah mulai kalang kabut mendengarkan cerita Rhea.
“By…!” panggil Rhea dengan nada yang sedikit manja.
“Hmmm!”
“Jangan bilang papa sama mama, ya kalo aku kaburnya ke sini!” pinta Rhea sambil memperlihatkan puppy eyesnya.
Vicky menghela nafasnya Panjang mendengar permintaan Rhea barusan. Bukan ia tidak mengizinkan Rhea untuk tinggal di rumahnya. Tapi, ia tidak mau Rhea menjadi anak yang melawan dengan orang tuanya.
Vicky justru ingin Rhea menghadapi masalahnya dengan cara yang baik, bukan kabur seperti sekarang ini.
“Gini, deh! Papa sama mama maksa buat nikah cepet, gak?” tanya Vicky dan Rhea langsung menjawabnya dengan gelengan kepala.
“Enggak, By! Kata Papa tidak harus menikah dalam waktu dekat ini dan aku masih bisa melanjutkan kuliah.”
“Okey! Trus, masalahnya sekarang itu apa?”
Pertanyaan Vicky kali ini membuat Rhea terdiam.
“Dinda tahu gak? Apa yang dilakukan sama papa itu tidak lain adalah buat kebaikan kamu! Dia susah payah bekerja membangun bisnis juga kan buat biaya kuliah dinda!”
“Kalaupun papa mau menjodohkan dinda sama kolega bisnis papa saat ini, tentunya bukan orang yang sama seperti Om Iwan. Papa tuh gak mungkin loh salah pilih buat anak kesayangannya sendiri!” tutur Vicky menasehati Rhea.
Rhea masih terdiam dan tidak menimpali ucapan Vicky sedikit pun.
“Mereka sekarang juga pasti kalut banget kehilangan kamu yang tiba-tiba kabur dari rumah. Coba deh kamu fikirin gimana perasaan mereka saat ini! Dinda pastinya gak mau kan kalo papa sama mama kenapa-napa?” tanya Vicky dan Rhea langsung menggelengkan kepalanya.
“Gak mau, By!”
“Ya udah, sekarang coba Dinda bilang apa yang kamu mau. Biar aku yang coba bilang sama papa kamu!” tutur Vicky membuat Rhea langsung mengerutkan dahinya.
“Serius, By?” tanya Rhea dengan nada tidak percaya.
“Iya, Dinda!”
“Hubby beneran mau bantuin aku?” tanya Rhea dengan mata yang berbinar.
Panggilan ‘hubby’ yang barusan terkeluar dari mulut Rhea seketika membuat dada Vicky terasa begitu sesak. Terlebih Rhea benar-benar menyebutnya tanpa beban sedikit pun dan Vicky hanya bisa menjawab dengan anggukan kepalanya.
Rhea pun menggeser tempat duduknya dan mendekati Vicky yang masih duduk di kursi di depan meja rias. Kemudian tiba-tiba Rhea memegang tangan Vicky dan menggenggamnya erat.
“Hubby kan punya Hotel Bintang Lima tuh. Nah, kebetulan Restorannya juga baru mulai dirintis. Gimana kalo hubby join aja sama Restoran punya papa?” tanya Rhea membuat Vicky menelan ludahnya kasar.
“Kali ini, aku yang akan turun tangan untuk membantu memasak di dapur restoran dan dijamin restorannya akan ramai! Jadi, Papa gak perlu lagi menjalin kerja sama dengan kolega yang sebelumnya.”
Permintaan Rhea kali ini membuat Vicky merasa susah untuk bernafas. Bagaimana tidak? Hotelnya memang sudah menjalin kerja sama dengan Restoran milik Papa Rhea. Jika Rhea mengetahui hal ini, tentunya ia akan sangat kecewa dengan Vicky.
Namun, jika Vicky menyetujui permintaan Rhea kali ini, sudah tentu Vicky akan semakin susah untuk mendapatkan Rhea dan nantinya Rhea juga akan mudah menjalin hubungan dengan siapapun saat ia mulai masuk kuliah.
“Please, By!” pinta Rhea memohon pada Vicky dengan sungguh-sungguh.
“Hubby bukan seperti Direktur gila yang aku ceritakan tadi, kan?” lanjut Rhea lagi.
Vicky berdehem pelan sambil memikirkan jawaban apa yang tepat untuk ia sampaikan kepada Rhea. Permintaan ini benar-benar sangat sulit untuknya.