Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Cukup lama mereka berdiam di dalam mobil setelah Ryo membawa Briana menjauh dari kantor polisi lalu tiba di depan rumah Briana.
"Thanks karena kamu sudah menemaniku hari ini. Aku masuk dulu". Ujar Briana dengan datar sembari ingin membuka pintu mobil.
"Briana". Ryo meraih tangan Briana untuk mencegahnya keluar. Ia paham sekali bahwa Briana sangat membutuhkan seseorang di sisinya untuk meluapkan emosinya.
Briana membalikkan badannya lalu menangis sejadi-jadinya. Ryo pun memeluknya sembari membelai rambutnya tanpa berkata sedikitpun. Ia sengaja membiarkan Briana meluapkan air matanya yang selama ini ia tahan.
Begitu Briana tenang, Ryo pun mengajak Briana untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Sekarang kamu enggak usah mikirin apapun. Kamu harus istirahat karena kamu pasti sangat lelah seharian ini". Ryo berkata sembari meminta Briana untuk merebahkan tubuhnya ke tempat tidur lalu menyelimutinya.
Briana mengangguk pelan lalu menarik tangan Ryo ketika ia beranjak.
"Kamu mau kemana?".
"Ke sofa itu sambil nemenin kamu tidur". Jawabnya menunjuk ke arah sofa yang tak jauh dari tempat tidur Briana.
"Stay here please. I'm scare". Briana memintanya untuk berada di dekatnya sebab ia tidak ingin jauh dari Ryo.
Ryo mengangguk lalu meletakkan sebuah kursi di sisi kiri tempat tidur Briana lalu duduk sembari menggenggam tangannya.
"Ya sudah! Pejamkan mata kamu. Mata kamu sudah bengkak gini. Sudah kayak ikan emas koki saja he he he". Celetuknya sembari mengusap mata Briana yang bengkak sebab puas menangis di pelukannya.
Briana sedikit merasa terhibur lalu meraih tangan Ryo. "Kamu jangan kemana-mana ya?". Pintanya.
"Iya. Aku janji enggak akan ninggalin kamu". Ucapnya setelah ia mencium tangan Briana yang ia genggam.
Briana pun memejamkan matanya setelah ia tersenyum lebar dan mulai terlena menikmati tangan Ryo yang menepuk-nepuk tangannya dengan lembut seperti menidurkan anak bayi.
Beberapa jam kemudian Ryo tersentak dari tidurnya ketika Briana mengigau ketakutan, sepertinya ia mendapatkan mimpi buruk itu lagi.
"Bri... Briana... Sayang....". Ryo berusaha membangunkannya sambil menepuk-nepuk pipinya dengan lembut. "Briana".
"Aaaaaaa.....". Briana berteriak histeris lalu terbangun dari tidurnya.
Ryo dengan sigap memeluknya.
"Briana, aku disini. Kamu yang tenang. Itu hanya mimpi buruk, kamu enggak perlu takut". Ucapnya sembari mengusap punggung Briana.
Perlahan Briana merasa lebih tenang lalu mengatakan sesuatu dengan terbata.
"A...aku mimpi kejadian kematian Anya dan Chiko yang sebenarnya".
"Maksud kamu, kamu tahu kejadian kematian mereka?". Ryo mengerutkan dahinya.
Briana mengangguk.
"Iya. Bahkan aku melihat pelakunya secara langsung".
"Apa? Kamu tahu siapa orangnya?". Ryo semakin penasaran sehingga membuat Briana merasakan sakit pada kepalanya.
"Ssh... Auh...". Rintihnya sembari memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Kamu kenapa?". Ryo memegang kedua lengan Briana sembari cemas melihatnya kesakitan.
"Kepalaku selalu terasa sakit kalau aku mengingat kejadian-kejadian itu apalagi memaksa untuk mengingatnya". Ucapnya dan rasa sakit pada kepalanya terasa semakin sakit.
"Ya sudah. Kamu jangan paksakan diri kamu lagi untuk mengingat kejadian itu. Kan aku sudah bilang, kamu jangan mikirin apapun. Biar aku saja yang membereskan semuanya. Aku enggak mau kamu kenapa-kenapa. Kamu istirahat saja. Oke?!". Tuturnya begitu ia menyelimuti kembali tubuh Briana.
"Kamu jangan kemana-mana". Pintanya kembali dengan memelas.
Ryo mengangguk pelan sambil tersenyum dan mengusap pipinya dengan lembut.
Setelah Ryo memastikan Briana benar-benar tertidur pulas. Ryo pun segera beranjak dari tempat duduknya lalu memerintahkan seseorang dari balik ponselnya untuk menyelidiki sesuatu.
"Tolong loe selidiki kasus yang sudah gue kirim ke surel loe. Gue curiga dugaan gue benar selama ini. Iya. Gue tunggu kabar itu secepatnya". Ucapnya pada si penerima panggilan lalu menutupnya.
Tak lama Ryo pun menerima laporan dari orang yang barusan ia telpon.
"Ketua ternyata benar dugaan loe". Isi teks tersebut yang dikirim dengan berbarengan beberapa foto-foto.
Mata Ryo terbelalak dan memerah melihat foto-foto itu.
"Kali ini gue enggak akan membiarkan loe lolos lagi. Dan gue pastikan loe akan berakhir secepatnya karena sudah mengganggu Briana selama ini". Ujarnya dengan penuh kemarahan begitu ia melihat foto-foto tersebut.
"Bri... Aku janji, aku enggak akan memberikan ampunan kepada siapapun yang sudah membuat kamu seperti ini". Sambungnya setelah ia duduk kembali di sisi Briana sambil menggenggam tangan Briana yang sedikit dingin.
...
Dengan perlahan Briana membuka matanya. Semuanya terlihat jelas hingga matanya terbelalak ketika ia tidak melihat sosok Ryo di sisinya. Ia begitu panik.
"Ryo kemana? Dia sudah pergi? Tapi dia sudah janji sama aku untuk tidak meninggalkanku. Kenapa dia berbohong sama aku?". Ucapnya dalam hati sembari mondar-mandir seperti orang depresi.
"Good morning princess". Tiba-tiba Ryo muncul menyapanya dengan ceria sembari membawakan sarapan untuknya.
Secepat kilat Briana menghampiri lalu memeluknya begitu ia melihat Ryo sehingga membuat Ryo terkejut dan nyaris menjatuhkan makanan dan minuman yang ia bawa.
"Aku pikir kamu sudah pergi meninggalkan aku. Aku takut". Ucapnya dengan cemas namun terlihat lega.
Ryo tertawa kecil lalu melonggarkan tubuhnya.
"He he he... Aku itu laki-laki sejati. Jadi enggak mungkin aku mengingkari janjiku apalagi janjiku sama kamu wanita yang aku cintai". Tuturnya dengan lembut sambil menatap wajah Briana yang masih sembab.
"Terus kamu habis darimana?". Tanyanya.
"Memangnya kamu enggak melihat aku seperti habis dari mana?". Ryo malah bertanya balik sembari memperlihatkan dirinya yang masih mengenakan celemek dan membawa nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan segelas jus.
Briana pun melihatnya dari atas kepala sampai kebawah kakinya. "Kamu masak sarapan untuk aku?".
"Yups. Aku masak nasi goreng dan jus jeruk spesial for my lovely princess". Ryo pun mempersembahkan sarapan buatannya yang terlihat lezat.
Briana tersentuh atas sikap Ryo yang begitu romantis. Ia pun menyambutnya lalu bersiap untuk menyantapnya.
"Mungkin ini bakal jadi pengalaman pertamaku sarapan di tempat tidur dengan nasi goreng he he he". Ucapnya sembari melihat piring itu.
Ryo menjadi merasa tidak nyaman, sepertinya ia melakukan kesalahan lagi setiap kali ia memberikan makanan untuk Briana.
"Pengalaman pertama? Jadi kamu sama sekali enggak pernah sarapan dengan nasi goreng?".
Briana menggelengkan kepalanya.
"Lebih tepatnya ini pertama kalinya aku makan nasi goreng selama hidupku". Ia berkata dengan rendah agar Ryo tidak tersinggung.
"Beneran?! Kamu bercanda kan? Ha ha ha". Ryo sulit mempercayainya.
"Aku serius. Aku enggak bercanda. Memangnya aku terlihat lagi bercanda ha?". Briana menyunggingkan senyumannya.
"Jadi selama ini kamu itu makan apa saja sih? Sampai-sampai nasi goreng pun kamu sama sekali enggak pernah mencicipinya". Ryo benar-benar hampir enggak bisa berkata apa-apa.
"Em... Ya aku biasanya makan salad, sandwich, sereal, steak, caviar dan spaghetti itu pun kalau lagi pengen makan spaghetti saja". Jawab Briana dengan sedikit sarkastik namun berhati-hati agar tidak dianggap sombong.
"Oh my god...!!! Ternyata kamu memang benar-benar bule banget ya. Sampai-sampai makanan yang kamu makan pun sama sekali enggak ada makanan Indonesia nya. Pantasan saja kamu seperti orang yang tidak berselera makan setiap kali aku bawakan makanan dari rumahku hiks hiks. Jangan bilang semua makanan yang aku bawa kemarin-kemarin itu baru pertama kali kamu nyoba makannya!". Ryo baru teringat akan hal itu.
Briana mengangguk pelan sembari menggigit bibir bawahnya dan itu semakin membuat Ryo merasa minder sehingga ia berpikir bahwa dunia mereka sangat jauh berbeda meski mereka sama-sama berasal dari orang kaya.