Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.
Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.
Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.
******
"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Aku Suamimu
Cukup lama Bima menunggu, dia tidak sadar juga perannya apa di sana. Hingga pria itu terperanjat kala Lengkara muncul dengan langkah gontai seakan hilang harapan. Tatapan tajam seolah menghunus relung hati Bima hingga pria itu memalingkan muka.
Perasaan malu dan bersalah seolah menyatu hingga membuatnya memilki ketakutan tersendiri pada Lengkara. Terlebih lagi, beberapa saat lalu ibunya sempat mengatakan bahwa semua ini juga merupakan tanggung jawab Bima, bukan Yudha sendiri.
Tanpa bicara, Lengkara berlalu begitu saja usai melayangkan tatapan mautnya. Apapun alasan Yudha, tetap saja dia tak suka. Menyeret orang lain demi menyelesaikan masalah mereka sama halnya dengan menimbulkan masalah baru yang membuatnya turut kesal pada Bima juga.
Lengkara seolah hancur tak bersisa, nelangsa hidupnya mengingat gelengan kepala dari Yudha. Lagi dan lagi penolakan yang dia terima, seyakin itu Yudha melepasnya? Mungkin Yudha butuh waktu, atau sebenarnya dia yang butuh agar mengerti maksud hati Yudha yang menginginkan dia bahagia dengan cara lain.
Sementara Bima, seseorang yang Yudha percayai bisa membuatnya bahagia bahkan diam saja. Tidakkah seharusnya pria itu mengejar dan berusaha menjelaskan? Minimal minta maaf sedikit saja, dalam tangisnya Lengkara membatin dan mengutuk pria polos yang coba-coba membohonginya.
Lengkara menghentakkan kaki, kekesalan menyeruak memenuhi rongga dadanya bahkan rintik hujan yang mulai mendera tidak lagi tidak pedulikan. Kekesalan Lengkara kian menjadi kala menyadari seseorang yang dia bayar hari ini hilang begitu saja, tidak hanya orang, tapi mobilnya juga demikian.
"Kenapa semua menyebalkan?! Tinggalkan saja aku ... ya bahkan seseorang yang kubayar juga berkhianat!!" pekik Lengkara terduduk lemas seraya menutup telinganya, sedari tadi dia merasa belum puas sekalipun tenggorokannya sudah teramat sakit.
Mata Lengkara kembali membasah, jujur saja dia sudah lemas sebenarnya. Andai di rumah utama, mungkin saat ini dia akan menenggelamkan wajahnya di atas tempat tidur. Siang ini hujan, tapi hati Lengkara bahkan lebih panas dari kemarin-kemarin.
Dia masih terduduk lemas, hingga wanita itu merasakan seseorang melindungi tubuhnya. Perlahan dia mendongak, Lengkara terpaku kala menyadari Bima tengah berdiri memagang payung di sana. Masih dengan wajah datar dan tatapan sayu khasnya, Bima mengatupkan bibir seolah menahan diri untuk bicara.
"Ulahmu, 'kan?" selidik Lengkara tanpa basa-basi dan berdiri di hadapan Bima. Entah apa alasannya, tapi yang jelas pria yang dia bayar tadi pagi mana mungkin pergi jika tidak mendapat ancaman.
"Hm, aku yang memintanya pergi," jawab Bima jujur, begitu adanya dan memang benar Bima yang mengusir pria itu.
Bukan tanpa alasan, sejak pertama kali meninggalkan rumah Bima sudah curiga. Ditambah lagi ketika dia kembali pria itu belum pergi, tidak butuh banyak bicara pria itu justru takut dan memilih pergi begitu saja.
"Woah egois juga ternyata ... dalam rangka apa kamu mengusirnya? Hah?"
Lengkara seakan lupa bagaimana caranya bicara pada Bima kemarin-kemarin. Rahangnya mengeras dan kini bersedekap dada seolah tengah menabuh genderang perang. Kepalanya sudah sakit menghadapi Yudha, kini Bima juga ikut-ikutan ngajak gila.
"Dia mengganggu ketenangan mataku ... lagi pula kau bisa pulang bersamaku, jika papa tahu soal ini sudah pasti dia akan_"
"Akan apa? Akan marah? Hahahahaha tidak salah? Andai papa tahu aku mengintaimu maka dia tidak akan marah, tapi merasa bersalah dan justru marah padamu kenapa bisa lengah? Bima-Bima ... jika memang bukan skillmu ada baiknya berpikir dulu, menipu tidak segampang itu," ucapnya tanpa melepaskan Bima dari tatapannya, sementara pria itu hanya menghela napas perlahan sebelum kemudian memijat pangkal hidungnya.
"Masuklah ... hujan tidak akan reda, kamu bisa kedinginan di luar."
Sempurna sekali caranya menghindari kemarahan Lengkara. Wanita itu bahkan dibuat menganga tak percaya kala Bima menarik pergelangan tangannya, sedikit lembut dan tidak sekasar kemarin.
"Lepaskan aku!!" sentak Lengkara menghempaskan tangan Bima, tapi anehnya sekalipun tidak kasar genggaman itu tidak terlepas sama sekali.
"Hujan, Lengkara," desis Bima tetap enggan melepas wanita itu, sementara air mata Lengkara kembali luruh bersamaan dengan curah hujan yang kian mendera.
"Terserah, apa pedulimu ... lepaskan aku!!" teriak Lengkara meninggi, mungkin saat ini Yudha juga melihat bagaimana usaha Bima menenangkannya.
"Aku suamimu, Ra ... kali ini saja, jangan pembangkang."
Lengkara mengerjap pelan, seketika menghela napas panjang dan melemah usai Bima mengucapkan kalimat itu. Ya, seperti ucapan papanya beberapa waktu lalu, tepat di hari Bima dirawat di rumah sakit akibat alergi daging merah.
"Bagaimanapun dan apapun keadaannya, dia suamimu sekarang."
Lengkara masih mengingatnya begitu jelas, dan kini justru Bima pertegas. Kendati demikian, Lengkara masih tetap diam di posisinya dan enggan untuk melangkah, kembali masuk ke rumah itu.
"Ayo masuk, Ra ... Yudha juga tidak ingin kamu begini."
"Aku tidak mau di sini," lirih Lengkara pelan, tapi Bima dapat mendengarnya dengan jelas.
"Apapun itu, intinya masuk dulu," ucap Bima tidak lagi menerima penolakan, Lengkara juga demikian. Mungkin dia masih berpikir dua kali jika harus basah kuyup dalam guyuran hujan kali ini.
.
.
- To Be Continued -
bikin pedih mata...
ada luka yg tak terlihat tp bs dirasa.
kl diposisi lengkara apa jadinya