NovelToon NovelToon
Salah Baca Mantra

Salah Baca Mantra

Status: tamat
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Preman / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:91.2k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.

Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.

Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Tangan Bagja begitu cekatan saat memasak. Jemarinya lincah mengaduk ayam kecap yang kuahnya perlahan mengental, memunculkan aroma manis gurih yang begitu menggoda. Wajahnya serius, alisnya sedikit berkerut, seakan memasak bukan sekadar kegiatan rumah tangga, melainkan seni yang menuntut ketelitian.

Sementara itu, Galuh berdiri di sampingnya sambil mengawasi. Pekerjaannya menanak nasi, mencuci lalapan, dan membuat sambal sudah selesai. Kini dia hanya menjadi penonton yang menunggu dengan sabar—atau lebih tepatnya dengan rasa lapar yang sulit ditahan.

"Itu sudah matang?" tanya Galuh sambil menelan ludah. Matanya tak beranjak dari ayam kecap yang berwarna cokelat pekat, berkilau terkena cahaya lampu dapur. Kuahnya mendidih, gelembung-gelembung kecil naik ke permukaan dan pecah satu per satu.

"Sebentar lagi," jawab Bagja sambil mengaduk perlahan, suaranya tenang, tapi membuat Galuh semakin tidak sabar.

Kruuuuk.

Perut Galuh tiba-tiba berbunyi keras. Ia spontan memegang perutnya dengan wajah merah padam, sementara Bagja menoleh, lalu tersenyum geli.

"Kamu lapar sekali, ya?" tanyanya, menahan tawa.

"Jelaslah! Aku belum makan sejak siang. Capek beres-beres rumah, mana ada tenaga," jawab Galuh, bibirnya mengerucut kesal.

"Kasihan sekali istriku ini." Bagja tertawa pelan, lalu mengusap pucuk kepala Galuh dengan lembut. Sentuhannya membuat hati Galuh hangat, meski wajahnya tetap pura-pura kesal. "Sana duduk dulu, aku pindahkan dulu ayamnya ke wadah."

Mendengar itu, Galuh langsung tersenyum lebar. Harapannya segera terwujud. Dia benar-benar kelaparan. Tadi siang, satu-satunya yang masuk ke perutnya hanyalah batagor dari tukang dagang keliling. Wajar kalau perutnya sekarang terasa melilit.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah duduk di meja makan. Aroma ayam kecap semakin kuat, bercampur dengan wangi sambal buatan Galuh dan kesegaran lalapan. Galuh langsung melahap makanannya dengan penuh semangat. Suapan pertama saja sudah membuatnya mendesah puas.

“Hmm... enak banget,” gumamnya, tidak malu-malu.

Bagja hanya terkekeh melihat istrinya makan dengan lahap. “Pelan-pelan, nanti keselek.”

Tapi Galuh tak peduli. Tiga potong ayam kecap langsung habis di piringnya, ditambah dua kali nambah nasi. Sesekali dia menyendok sambal, lalu menyobek lalapan segar. Nikmat sekali.

Sementara itu, Bagja hanya makan dengan tenang. Dia sesekali menatap Galuh yang sedang asyik mengunyah, senyum kecil tak lepas dari wajahnya. Dalam hati, ia merasa bahagia. Momen sederhana seperti ini membuat rumah kecil mereka terasa lengkap.

Setelah perut kenyang, Galuh menyandarkan tubuhnya ke kursi. Nafasnya sedikit berat karena kekenyangan. “Aa, masakanmu selalu bikin aku lupa diri.”

“Kalau begitu, jangan pernah coba masak sendiri, nanti aku kalah,” jawab Bagja menggoda.

Galuh tertawa lemah, tangannya mengusap perut yang sudah penuh. “Ya, itu sudah jelas.”

Hening sejenak. Hanya suara sendok yang beradu dengan piring ketika Bagja merapikan sisa makanan. Kemudian Galuh berkata, “Kita ke rumah Ibu sebelum magrib atau setelah salat magrib?”

“Sebelum magrib saja. Masih ada waktu empat puluh menit sebelum azan,” jawab Bagja sambil membereskan meja.

Galuh mengangguk. Mereka memang sudah berencana untuk menginap di rumah Pak Wira malam ini. Ada pembicaraan penting mengenai acara syukuran rumah baru mereka.

“Aa, mandi dulu. Biar aku yang cuci piring,” ucap Galuh ketika melihat Bagja hendak menuangkan sabun ke wadah.

Namun Bagja malah tersenyum nakal. “Kita mandi bersama, yuk!” Kedua alisnya naik turun, membuat Galuh melotot.

“Enggak mau. Sana cepat mandi!” titah Galuh sambil mendorong bahu suaminya.

Bagja hanya terkekeh, lalu berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, Galuh langsung bergerak cepat. Dengan kecepatan super, ia mencuci semua bekas masakan dan makan barusan. Hatinya lega ketika selesai tepat bersamaan dengan pintu kamar mandi terbuka. Begitu Bagja keluar, giliran Galuh masuk untuk membersihkan dirinya.

Sore itu, mereka tiba di rumah Pak Wira. Suasana rumah terasa hangat dan penuh kebersamaan. Bau khas teh manis dari dapur menyambut hidung mereka. Mereka duduk di ruang tengah, bercengkerama sambil menunggu azan magrib.

Pak Wira membuka percakapan dengan suara mantap. “Acara syukuran diadakan hari Minggu saja, nanti. Waktunya ba’da magrib. Kalau ba’da Ashar, takutnya orang masih lelah pulang kerja, atau masih dalam perjalanan.”

Bagja mengangguk setuju. “Iya, Pak. Ba’da magrib lebih pas.”

Galuh duduk di samping Bagja, sesekali menyanggupi. Ia membayangkan rumah barunya nanti akan dipenuhi kerabat, tetangga, dan sahabat yang datang mendoakan. Ada rasa bangga sekaligus canggung karena ini pertama kalinya ia benar-benar menjadi nyonya rumah.

Dari luar, terdengar suara hiruk-pikuk alun-alun. Malam ini adalah malam terakhir hiburan rakyat diadakan. Warga masih berbondong-bondong datang. Dentuman musik dangdut samar-samar terdengar dari kejauhan, bercampur dengan suara tawa anak-anak yang bermain kembang api.

“Dulu, kalau musim panen, Pak Dhika sering adakan wayang golek,” kata Pak Wira sambil tersenyum mengenang. “Dia senang berbagi kebahagiaan dengan warga.”

Galuh mendengarkan sambil tersenyum kecil. Kehidupan di kampung ini memang sederhana, tapi hangat. Tidak ada yang benar-benar merasa sendirian, karena semua saling mendukung.

Tiba-tiba, Bu Kania yang sedari tadi diam, menoleh ke arah Galuh. “Galuh, apa berencana langsung punya anak, atau KB dulu?”

Pertanyaan itu membuat suasana mendadak hening. Galuh tercekat, wajahnya berubah merah. Bagja spontan menoleh, matanya membesar sedikit.

Galuh membuka mulut, tapi tak langsung menjawab. Pertanyaan itu sederhana, tapi menyentuh hal besar yang sejak awal belum benar-benar mereka bicarakan.

1
Nar Sih
kmu mesti bersyukur pinya suami seperti bagja ya galuh yg pinter msk kaya dan tampan☺️
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Nar Sih
galuh teryata msih mlu ,tenang galuh bnr kta suami mu
🌸Santi Suki🌸: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nar Sih
jdi inggat sabrina dan akang zidan nih kak,galuh dan bagja punya pagilan sendiri nih ,yg bikin ngskak😂😂
🌸Santi Suki🌸: 😅😅😅😅😅
total 1 replies
Nar Sih
bnr,,psngan yg luar biasa kocak ,waah gimana nanti klau mereka punya ank pasti lucu juga😂
🌸Santi Suki🌸: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
ms. S
awalnya ga terlalu tertarik tapi malah jadi sng buat baca karena ceritanya real bgt dgn kehidupan kita tanpa ada ceo CEO an yg kdg ga masuk akal. suasan desa dan cita2 meraih hidup lebih baik yg bisa kita dapat disini. good job Thor
Nar Sih
psngn pengantin yg bnr,,kocak 😂
Sugiharti Rusli
bahagia itu memang sederhana, bisa berkumpul bersama orang yang kita sayangi dengan tulus, terkadang bukan sekandung tapi hubungannya bisa sangat erat yah
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang mereka sudah jadi sahabat rasa saudara kan,,,
Sugiharti Rusli
semoga persahabatan mereka tetap terjalin sampai nanti mereka punya anak keturunan yah,,,
Sugiharti Rusli
baguslah pada akhirnya mereka sudah punya jodohnya masing" yah sekarang,,,
Sugiharti Rusli
oh ternyata panggilan anaknya Bagja dan Galuh jadi Agung yah😆😆😆
🌸Santi Suki🌸: 😁 Ya. Semua ambil nama tengah untuk panggilan sehari-hari
total 1 replies
Sugiharti Rusli
anak pertamannya laki" ternyata yah, semoga jadi anak yang sholeh, nama panggilannya Muhammad apa Agung tuh jadinya si bayik😁😁😁
Sugiharti Rusli
wah tanggal kelahiran putra pertama Bagja dan Galuh pada akhirnya sama dengan tanggal pernikahan Ryan dan Meylin nih
Sugiharti Rusli
semoga saja segera bisa menghalalkan neng Aisyah juga secepatnya yah Wa, mana tahu tiba" ada rejeki tak terduga kan,,,
Sugiharti Rusli
waduh Dewa kamu sepertinya tinggal menunggu giliran sambil menunggu tabungan cukup yah🤔🤔🤔
Sugiharti Rusli
apalagi walo tidak mewah tapi pernikahan mereka penuh khidmad dan rasa bahagia dari Ryan dan Meylin
Sugiharti Rusli
wah akhirnya si Ryan dan Meylin sudah halal juga dia yah💞💞💞
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang ada Bagja yang jadi suami Galuh dan juga berteman dengan mereka sejak kecil,,,
Sugiharti Rusli
kalo Dewa sepertinya sudah menganggap Galuh saudara sendiri karena dia sudah dianggap anak oleh kedua ortu Galuh
Sugiharti Rusli
kalo Ryan dari dulu memang sukanya sa si Meylin kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!