"Sudah sedari dulu, aku memang hanya pemuas nafsu di ranjang mu, jadi jangan meminta lebih untuk menikahiku, karna aku tak ingin berurusan dengan istrimu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut gadis cantik bernama Diana, ia ikhlas menjadi selir dari seorang Mafia berdarah dingin padahal keduanya sudah menjalin cinta sedari masih duduk di bangku SMA.
Lalu apa alasan yang membuat Diana bisa menjadi simpanan dari pria yang amat mencintainya itu?
Mampukah ia bertahan dengan hubungan yang selalu disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SCSM 26
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Bu, dee mohon bangun" jerit Diana putus asa karna Ibu tak kunjung membuka kedua matanya.
"Aku akan gendong ibu, kamu cepet turun" titah Adam tak kalah panik.
Diana mengangguk paham dengan wajah basah karna air mata.
Ia turun mengikuti Adam yang membawa ibu ke UGD.
"Tolong ibu saya" ucap Adam Saat wanita kesayangan kekasihnya sudah di baringkan di brangkar pasien.
Adam dan Diana sedikit berlari mengikuti tiga perawat yang membawa ibu, namun langkah keduanya berhenti karna tak di izinkan untuk ikut masuk.
"Maaf, keluarga bisa tunggu disini"
"Tapi saya mau masuk, Sus. Izinkan saya menemani Ibu" rengek Diana memohon. Namun, perawat tetap menggelengkan kepalanya lalu menutup pintu.
Adam membawa Diana duduk di kursi tunggu, ia tak melepas genggaman wanitanya itu sama sekali, Adam memeberikan rasa aman dan nyaman untuk Diana.
"Kamu sabar ya, kamu harus kuat, Sayang"
"Aku takut, aku bener-bener takut kali ini" ucap Diana lirih dengan air mata semakin membanjiri wajahnya yang pucat.
Lima belas menit menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang pemeriksaan.
Pasangan kekasih itu pun langsung bangkit dari duduk menghampiri Pria gaya berbaju putih khas kedokteran.
"Dengan keluarga pasien?" tanya nya sambil membetulkan letak kaca mata.
"Saya anaknya, bagaimana keadaan ibu saya, Dok?"
Dokter tersenyum kecil sebelum akhirnya ia menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya secara pelan.
"Cepat katakan, Dok" ucap Adam mulai tak enak hati dan khawatir.
"Mohon maaf, pasien tidak bisa di selamatkan"
Diana yang terkulai lemas hampir ambruk jika saja Adam tak menahannya, gadis berlesunh pipi itu benar-benar hilang keseimbangan dan akhirnya pingsan.
*****
"Dee, bangun sayang. Kita urus ibu pulang yuk, kasihan" bisik Adam karna lebih dari tiga puluh menit kekasihnya tak kunjung sadar.
Amel yang berada di sisi Diana pun hanya bisa menangis karna merasa sangat kasiahan dengan apa yang di alami sahabatnya itu.
"Gue urus ibu dulu, lo temenin Dee ya, kabarin gue kalo udah siuman" pesan Adam pada Amel yang di balas anggukan kepala.
Adam keluar dari ruangan Diana menuju ruangan dimana kini Jenasah ibu sedang dipersiapkan oleh pihak rumah sakit untuk di bawa pulang. Bapak yang ada disana tak berkata sepatah katapun, entah apa yang sedang di pikirkan oleh pria baya yang senang mabuk dan judi itu.
"Bapak bisa bawa pulang ibu lebih dulu karna mobil jenazahnya sudah siap, aku akan menyusul nanti jika Diana sadar"
"Baiklah" jawab bapak tanpa menoleh sama sekali pada kekasih anaknya itu.
Adam kembali ke ruangan Diana saat mendapat pesan dari Amel jika gadis itu sudah siuman, dengan langkah panjangnya kini ia sudah sampai di sisi ranjang tempat Diana berbaring sambil menangis.
"Ibu, Dam.. ibuku"
"Ibumu sudah tenang dan gak akan ngerasain sakit lagi" jawab Adam denga terus mengusap kepala Diana di dadanya.
"Kenapa? apa yang membuat ibu meninggal, Dam. Kamu tahu kan kan kalau ibu hanya mengeluh pusing, bahkan saat minggu lalu berobat pun dokter tak mengatakan apa-apa" Diana yang tadi langsung tak sadarkan diri memang belum tahu pasti apa penyebab meningganya ibu yang menurutnya sangat mendadak, meski beberapa bulan ini sakit-sakitan tapi Diana tak menyangka jika ibu akan pergi secepat ini.
"Gula darah dan Kolesterol ibu naik, ibu juga terkena DBD"
