NovelToon NovelToon
Majikanku Ayah Anakku

Majikanku Ayah Anakku

Status: tamat
Genre:Keluarga
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: el nurmala

Alby dan Putri adalah dua remaja yang tumbuh bersama. Kedua orang tua mereka yang cukup dekat, membuat kedua anak mereka juga bersahabat.

Tidak hanya persahabatan, bahkan indahnya mahligai pernikahan juga sempat mereka rasakan. Namun karena ada kesalahpahaman, keduanya memutuskan untuk berpisah.

Bagaimana jika pasangan itu dipertemukan lagi dalam keadaan yang berbeda. Apakah Alby yang kini seorang Dokter masih mencintai Putri yang menjadi ART-nya?

Kesalahpahaman apa yang membuat mereka sampai memutuskan untuk berpisah?

Simak cerita selengkapnya ya...
Happy reading.

------------
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada nama, tempat, atau kejadian yang sama, itu hanya kebetulan semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el nurmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kilas balik Putri (bagian 1)

Happy reading...

Tak ada sinar mentari yang terlihat di siang ini. Langit yang membentang seolah diselimuti awan yang menghitam. Putri duduk termenung menatap nanar derasnya air hujan.

"Alfi sudah pulang sekolah belum ya? Atau jangan-jangan dia kehujanan di tengah jalan. Mana hujannya deras, bagaimana kalau jalan itu banjir. Itu kan jalannya menurun," ujar Putri cemas.

Ia kembali menatap ponsel untuk kesekian kali. Menunggu kabar dari Hani, salah satu tetangganya yang merupakan ibunda Acil.

Saat layar ponselnya menyala, cepat-cepat ia membuka pesan yang sedang ditunggunya.

"Syukurlah," gumam Putri. Hani memberi kabar bahwasanya anak-anak belum boleh keluar kelas karena hujan yang semakin deras.

Di sela-sela suara air hujan, samar-samar Putri mendengar bunyi klakson dari arah depan. Putri bergegas menuju ruang tamu dan membukakan pintu setelah mengintip siapa yang datang.

"Arif belum pulang, Put?" tanya Alby yang bergegas masuk rumah.

"Belum. Mau kubuatkan teh hangat?" Tawarnya.

"Boleh. Aku ke atas dulu mengganti bajuku."

"Sudah makan, Al?"

"Sudah. Kamu belum makan?" tanya Alby menghentikan langkahnya dan menoleh pada Putri.

Putri tidak menjawab pertanyaan Alby. Namun sepertinya Alby sudah bisa menebak jawabannya.

Kilatan petir yang disusul suara guntur membuat Putri terlonjak. Wanita yang sedang menuangkan air panas ke dalam cangkir itu berkali-kali mengusap dada karena rasa terkejutnya.

"Berapa gulanya, Al?" tanya Putri saat melihat Alby berjalan dari arah tangga.

"Iya, itu. Satu saja," sahut Alby sambil menatap gula batu yang ditunjukkan Putri.

Putri memasukkan gula itu dan membiarkannya larut. Tubuhnya terlonjak tapi bukan karena suara alam, melainkan karena tangan Alby yang melingkar di pinggangnya.

"Al." Putri mencoba untuk menolak.

"Sebentar saja," sahut Alby yang membenamkan wajahnya di tengkuk leher Putri. Menghirup aroma surai wanita yang sudah sangat lama ia rindukan.

Putri menguatkan hatinya. Merasa takut jika Alby sampai mendengar degup jantungnya yang meronta.

"Al..."

"Aku rindu, Put." Bisiknya, membuat bulu kuduk Putri meremang seketika.

"Jangan bohong kamu, Al. Kamu lupa ya, jelek-jelek begini aku cukup mengenalmu. Kamu itu tidak pandai berbohong," ujar Putri berusaha sedatar mungkin.

"Aku memang tidak pintar berbohong. Begitu juga dengan kamu. Dan saat ini, katakan padaku apa kamu juga merindukanku?" Ujarnya pelan.

Alby mengeratkan tautan tangannya. Perlahan ia memberanikan diri mengecup surai itu. Berharap Putri juga merasakan hal yang sama.

"Untuk apa aku merindukan kamu. Aku tidak sebodoh itu," sahut Putri pelan.

"Kamu bohong, Put."

"Lepaskan, Al. Aku tidak mau Arif melihat hal seperti ini."

"Arif tidak akan pulang dalam derasnya hujan. Lagi pula hujan ini membuatku kedinginan. Hmm, sudah lama kita tidak berpelukan seperti ini." Alby menempatkan wajahnya di ceruk leher Putri. Membuat wanita yang dipeluknya itu merasa kegelian.

"Al, kamu apa-apaan sih?"

"Kenapa? Kamu lupa ya aku ini siapa?"

Putri membuang nafasnya dan berkata, "Sekarang kamu majikanku. Lalu, apa begini sikap seorang majikan terhadap pembantunya?"

"Bukan itu, Putri."

"Lalu apa?"

"Aku ini masih suami kamu," bisik Alby.

Seketika Putri terkesiap. Tubuhnya seakan terpaku dengan setiap sendi yang terasa membeku. Suami? Benarkah pria ini masih suaminya?

"Kamu bercanda, Al. Mana ada kata suami atau istri lagi diantara kita," ujar Putri sebisa mungkin terdengar datar.

"Kalau tidak ada, maka aku akan membuatnya menjadi ada. Aku tidak merasa pernah menalak dirimu. Semarah apapun aku saat itu. Bukankah itu artinnya kita belum berpisah?"

"Tapi kamu meninggalkan aku terlalu lama," sahut Putri.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Putri? Kamu tidak ada di desa saat aku pulang. Bertahun-tahun aku hidup dalam kebencian karena berfikir kamu sudah menikah dengan Noval. Tapi kenyataannya tidak seperti apa yang aku pikirkan selama ini. Dan anak berusia sepuluh tahun itu, apa dia anakku?" Alby mencecar wanita yang sudah melepaskan tautan tangannya.

Alby bisa melihat bagaimana reaksi Putri saat ini. Ia terlihat bingung harus menjelaskan dari mana atau harus bagaimana menutupi kebenarannya.

"Putri, jawab aku!" Tegasnya.

"I-tu... aku... Tidak ada gunanya kita membahasnya, Al. Toh kamu akan segera berumah tangga. Menyongsong masa depan dengan Intan."

"Tidak akan ada masa depan dengan orang lain, Put. Bagiku, kamu tidak lekang oleh masa. Masa lalu, saat ini dan masa depan." Ujarnya.

"Kok aku ngerasa seperti lagu kenangan, tidak lekang oleh masa." Gumamnya.

"Aku serius, Putri. Jawab pertanyaanku." Tegasnya.

"Apa, yang mana? Pertanyaan kamu banyak, Al. Aku bingung mau jawab yang mana dulu." Kilahnya.

"Bagaimana kejadian yang sebenarnya? Sini duduk! Nanti kamu banyak alasan," pinta Alby sambil menarik kursi di depannya.

"Harusnya kamu itu nanya gini dari dulu, Al. Waktu kejadian, jadinya kan nggak basi. Kalau sekarang, percuma saja kamu tahu kebenarannya juga." Ujarnya malas.

"Iya, aku yang salah. Saat itu aku nggak minta penjelasan dari kamu. Maaf ya."

"Aku sudah memaafkan. Lagi pula saat itu kita masih remaja. Belum bisa berfikir secara dewasa. Kapan pernikahanmu dengan Intan, Al?" tanya Putri mengalihkan pembicaraan.

"Jawab dulu pertanyaanku." Tegasnya.

Putri mendelik kesal dan mau tak mau ia pun mulai bercerita.

Flashback on

Pagi ini, cuaca nampak sangat cerah. Bu Rita dan Pak Aming baru saja pergi ke rumah salah satu kerabat mereka di desa tetangga. Putri yang kini tinggal sendiri di rumah, menyesali penolakannya pada Alby kemarin.

"Harusnya aku ikut saja. Acara kelulusan itu pasti rame. Aku juga bisa bertemu lagi dengan teman-temanku. Aah, tapi apa benar mereka temanku? Sejak aku dikeluarkan dari sekolah, tidak ada satupun dari mereka yang datang menanyakan kabarku." Gumamnya.

Teman yang dimaksudkan Putri adalah teman sekolah dari desa lain. Jangankan mereka yang jauh, bahkan temannya yang satu desa pun enggan untuk sekedar bertegur sapa bila berjumpa.

Putri baru saja selesai mandi. Saat ia sedang memakai bajunya, ia dikejutkan dengan suara pintu kamar yang dibuka kasar seseorang.

"Noval! Apa-apaan ini, kamu masuk tanpa izin ke rumahku?" pekik Putri.

Bukannya menjawab, Noval justru menyeringai. Pria itu berjalan menghampiri Putri yang mengenakan dress rumahan model sabrina.

Putri merasa terkejut sekaligus gugup. Ia menarik kerah bajunya yang semula terbuka memperlihatkan pundaknya.

"Mau apa kamu, Val? Keluar dari kamarku! Keluar dari rumahku! Keluar!" Pekik Putri sekuat tenaga.

Noval terlihat seperti orang bodoh. Jalannya tidak tegak, penampilannya juga sangat berantakan.

"Aku suka sama kamu, Putri. Dan aku marah dengan penolakanmu selama ini," ujar Noval dengan langkah yang semakin dekat dengan Putri.

"A-apa maksud ucapanmu itu. Aku sudah menikah. Jadi jangan menggangguku." Tegasnya.

"Heh, pers*tan dengan pernikahanmu. Aku tidak perduli. Alby memang suamimu, tapi aku... Noval, yang akan mengambil kehormatanmu." Ujarnya sambil menunjuk pada dadanya sendiri.

Putri merasa mulai terpojok. Ia sama sekali tidak menyangka, Noval yang juga temannya berkata hal tidak senonoh itu padanya. Dan apa ini? Nafas Noval beraroma cukup menyengat. Sorot matanya juga seperti tidak fokus, apa Noval saat ini sedang mabuk?

1
💃🏻
Noval lbh manly cocok karakter alby
💃🏻
Jijik bgt kelakuan intan, dokter dg kode etiknya tp etikanya minus/Puke/
Safa Almira
bagus
Mesri Sihaloho
bagus sih jujur aja pada Alfi
Mesri Sihaloho
pasti si Noval,,pak dokter terlalu lambat masa tidak mau cari i formasi tentang putri..lamban kau pak dokter
rahma hartati
Cerita Bodoh Bin Tolol Lihat si Putri ini..
Boleh tdk tamat sekolah tp Jangan Mau di Goblokin Lelaki.. Apa lg Mantan Suami yg Gak Jelasa Statusnya.
Di katakan Mantan Suami, Nikahnya masih Nikah Sirih, bukan Nikah Syah Secara Hukum Negara.
Oh Putri Goblok, Mudah x memaafkan..
Rika
bagus
Maura
👍🙏
Pras Tiyo
Luar biasa
bunda DF 💞
sika bgt sm ceritanya. 😍😍😍
Maizaton Othman
Cerita rakyat,kisah kehidupan yg nyata,nama &watak yg sesuai,alur cerita bersahaja,santai,konflik sederhana dan masuk akal,tahniah.
Nanik Lestyawati
keren
Irra Ajahh
wahhhhh,,, sos sweet bngt
aku suka cerita nya gx bertele2 terus bisa saling memafkan
sukses buat author nya,,, semangatt
Irra Ajahh
cerita ny bagus
Julia Juliawati
bagus ceritanya ka
Atika Darmawati
ya ampun gak tau si Alfi... papa nya lg kejar setoran pompa trssss...
MASTER Rexo1Ming
hai
Atika Darmawati
ok
Sri Wahyuni
bagus ceritanya
Novaz Yanti
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!