"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.
PERINGATAN PEMBACA:
Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:
· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.
· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.
· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).
· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.
©isaalyn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeju, Setahun Kemudian
Matahari musim semi—hangatnya menyentuh tanah Jeju, menciptakan suasana yang seolah mengajak jiwa-jiwa yang terluka untuk beristirahat. Ombak berdebur lembut, menyapu pasir putih yang bersih, seolah berbisik tentang kenangan yang terpendam.
Di sana, seorang wanita paruh baya, Nyonya Lee, dengan rambut beruban yang berkilau di bawah sinar matahari, berdiri di depan batu nisan kecil yang sederhana. Semak-semak camellia yang bermekaran mengelilinginya, seolah memberikan pelukan hangat pada kenangan yang terukir di sana.
"Batu nisan ini," pikirnya, "tulisannya—‘Jeong Hayeon & Anaknya - Akhirnya Damai di Tanah Airnya’—seolah mengisyaratkan sebuah perjalanan pulang yang penuh harapan."
Setahun berlalu sejak Seung Jo pergi, dan Nyonya Lee, dengan hati yang berat, menjual toko rotinya di Seoul. Uang itu—sebagian—digunakan untuk memindahkan sisa jenazah Hayeon dan anaknya ke Jeju, pulau yang selalu dirindukan Hayeon.
Dia membeli sepetak tanah kecil di dekat laut, tempat yang tenang dan indah, untuk menguburkan mereka.
Kenangan itu—seung Jo ditemukan tak bernyawa di perpustakaan pribadi, memeluk selimut terakhir Hayeon—masih membekas dalam pikirannya. Pelayan tua itu, setia hingga akhir, ingin memberikan sarapan, namun takdir berkata lain.
Daejun, Nyonya Lee, dan pelayan tua itu mengurus pemakaman Seung Jo di Seoul sebelum akhirnya membawa mereka ke Jeju.
Seung Jo—dalam wasiatnya—meminta untuk beristirahat di samping Hayeon dan anak mereka. Daejun kini tinggal di Jeju, mengurus makam ketiganya, sementara pelayan tua itu kembali ke keluarganya.
Dengan lembut, Nyonya Lee meletakkan seikat camellia segar di depan nisan. "Hayeon-ah," bisiknya, tangannya mengelus nisan itu, "kamu akhirnya pulang."
Di sebelah makam anaknya, batu nisan lain yang lebih sederhana, hampir tersembunyi di rerumputan, hanya bertuliskan: "J.S.J."—inisial Jin Seung Jo. Sebagian abunya tersebar di laut, sementara yang lain dimakamkan di bukit ini, mengawasi Hayeon yang akhirnya beristirahat.
Mungkin ini adalah permintaan terakhirnya—atau mungkin interpretasi dari pelaksana wasiat yang merasa dia pantas menjaga kedamaian mereka, tanpa mengganggu.
Sementara itu, di Seoul, kehidupan terus berlanjut. Junho, yang kini mengambil alih bisnis Seung Jo, merasa kemenangannya hampa. Tanpa musuh yang layak, hidupnya terasa monoton. Dia mulai melakukan hal-hal yang semakin berbahaya, seolah mencari sensasi yang hilang.
Mansion Seung Jo kini menjadi perpustakaan umum—anak-anak berlarian di koridor yang dulunya sunyi, tawa mereka menggantikan bisikan ketakutan. Sejarah kelam tempat ini seolah terlupakan, dan mungkin itu yang terbaik.
Di sebuah toko pernak-pernik antik di Insadong, seorang wanita muda tertarik pada liontin perak berbentuk ular yang dipajang. Liontin yang sama yang pernah dikirim Seung Jo kepada Hayeon—sekarang terdampar di sini, tak terduga.
"Indah," gumamnya, lalu pergi, tanpa menyadari kisah sedih yang melekat pada perhiasan kecil itu.
Di Jeju, angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma laut dan bunga camellia. Dua jiwa yang terluka akhirnya menemukan kedamaian di tanah yang indah ini, sementara seorang pria yang terjebak dalam dendamnya beristirahat tidak jauh dari mereka—terdampar dalam keheningan dan penyesalan.
Dan kehidupan, seperti ombak yang terus menerpa pantai, terus berjalan—menutupi luka-luka lama dengan kenangan baru, perlahan menyembuhkan segala rasa sakit, meninggalkan hanya kedamaian dan pelajaran abadi tentang cinta, kehilangan, dan penebusan. Ah, kehidupan... terus berputar, tak pernah berhenti.