NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH LIMA : LUKA KECIL

“Apakah Anda keluarga pasien?” tanya dokter yang menangani Mandala.

“I-iya. Saya teman dekatnya, Dok,” jawab Gita agak gugup. Kekhawatiran tampak jelas, atas kondisi Mandala saat ini.

“Bagaimana keadaan teman saya, Dok?” Gita memberanikan diri bertanya. Diabaikannya rasa cemas dan takut, yang terus menggelayuti dari semenjak tiba di rumah sakit.

“Kondisi pasien sudah mulai stabil. Luka tusuk berada di bagian pundak sebelah kiri. Sungguh beruntung karena tidak mengenai organ vital,” jelas sang dokter.

“Syukurlah. Jadi, bagaimana sekarang?” tanya Gita lagi, masih dengan raut cemas.

“Kami sudah melakukan pembersihan luka, menghentikan pendarahan, dan tentu saja melakukan penjahitan. Pasien juga sudah diberi obat antibiotik serta pereda nyeri agar tidak terjadi infeksi,” jelas dokter itu lagi.

“Apakah harus dioperasi?”

Sang dokter menggeleng pelan. “Untuk saat ini tidak diperlukan tindakan operasi karena luka yang dialami tidak terlalu dalam dan berbahaya. Namun, pasien harus dirawat selama beberapa hari di sini, agar mempermudah kami dalam memantau kondisinya.”

“Oh, i-iya.” Gita mengangguk ragu. Dia bingung harus bagaimana.

“Siapa yang akan menemani pasien selama dirawat di sini?” tanya sang dokter.

“Sa-saya, Dok.” Gita tidak punya pilihan. Lagi pula, dia tak tahu harus meminta bantuan kepada siapa. “Saya yang akan menemaninya selama berada di sini,” ucap gadis itu, seakan ingin mempertegas jawaban sebelumnya.

“Baiklah. Ada perawat yang berjaga. Jika Anda memerlukan bantuan, silakan hubungi saja. Satu hal yang paling penting adalah pastikan agar pasien tidak terlalu banyak menggerakkan pundak. Terlebih, jika sudah dibawa pulang ke rumah.”

Gita mengangguk sebagai tanda mengerti.

Setelah sang dokter berlalu, Gita langsung masuk ke ruang perawatan, berhubung Mandala sudah dipindahkan ke sana. Dia mendapati pria itu berbaring dengan posisi menyamping ke sebelah kanan.

Gita melangkah hati-hati ke dekat ranjang tempat Mandala berbaring. Dia berdiri di sisi sebelah kanan, menatap nanar pria yang terluka karena berusaha melindunginya.

Entah apa yang harus dilakukan. Gita hanya terpaku tanpa mengalihkan perhatian sedkit pun dari Mandala, yang terpejam karena pengaruh obat.

“Mas Maman,” sebut Gita lirih, seraya menyentuh punggung tangan Mandala. Dia duduk di kursi yang tersedia, sambil terus mengusap-usap lembut punggung tangan pria itu. Beruntung karena Mandala tidak terganggu olehnya.

“Terima kasih,” ucap Gita lagi, masih dengan suara teramat lirih.

Sejuta penyesalan memenuhi rongga dada. Inilah yang Gita takutkan. Menyeret dan membahayakan hidup seseorang, yang tak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu dari Rais.

Walaupun sekarang Rais sudah diamankan oleh pihak kepolisian, tetapi tak membuat Gita merasa mendapatkan kebebasan mutlak. Kekhawatiran besar tetap ada. Dia tahu pria itu bisa melakukan apa saja.

......................

“Gita ….”

Seorang pria paruh baya melangkah hati-hati dalam keremangan ruangan.

“Gita …. Bersembunyi di mana kamu?”

Suara si pria mengesankan bahwa dirinya tengah bermain petak umpet, dengan gadis kecil yang bersembunyi di celah sempit antara bufet dan kursi.

“Ayah pasti akan menemukanmu, Anak manis,” ucap si pria lagi, yang menyebut dirinya sebagai ‘ayah’.

Namun, gadis kecil yang tengah bersembunyi justru terlihat sangat ketakutan. Dia memeluk erat lutut yang dilipat. Harapannya hanya satu, yaitu tidak ditemukan oleh sang ayah.

“Nah!”

Gadis kecil itu terkejut bukan main. Rona ketakutan tergambar jelas dari paras manisnya. Dia menggeleng kencang, menolak ketika pria yang tadi mencarinya menarik tangan, memaksa agar keluar dari tempat persembunyian.

“Tidak! Aku tidak mau, Ayah!” tolak si gadis kecil. Dia meronta, berharap sang ayah melepaskannya.

Akan tetapi, pria dewasa itu justru tertawa lebar, lalu menggendong si gadis kecil.

“Aku tidak mau, Ayah! Aku tidak mau! Aku tidak mau! Turunkan aku ...."

Gita mengerjap. Sejenak, gadis berambut panjang itu terdiam demi mengatur laju napas yang memburu. Detak jantungnya pun memacu lebih kencang dari kondisi normal, seakan ada sesuatu yang membuatnya dilanda rasa takut luar biasa.

“Gita. Kenapa?"

Suara berat Mandala membuat Gita tersadar sepenuhnya. Dia yang tertidur dalam posisi duduk, segera menegakkan tubuh. “Mas Maman. Selamat pagi."

“Kamu tidur di sini?”

Gita mengangguk pelan.

“Pasti pegal tidur dengan posisi seperti itu,” ujar Mandala pelan.

Gita hanya tersenyum menanggapi ucapan Mandala.

“Aku juga,” Mandala tersenyum samar.

“Maafkan aku, Mas,” sesal Gita.

“Maaf untuk apa?”

“Untuk keadaan Mas Maman sekarang. Lihatlah. Mas terluka sampai harus masuk rumah sakit gara-gara aku.” Setitik air mata menetes, melewati sudut bibir Gita. “Inilah yang aku takutkan, Mas.”

“Aku tidak akan mati hanya karena luka kecil seperti ini,” ujar Mandala pelan, tapi terdengar sangat meyakinkan.

“Luka kecil itu tetap saja terasa sakit, Mas.”

“Tidak sulit mengobati luka kecil, kecuali jika kita membiarkan dan membuatnya bertambah besar.”

Gita menggeleng samar, lalu tertunduk. Diusapnya sudut mata beberapa kali, demi menghalau air mata agar tidak menetes dan terlihat oleh Mandala.

“Di mana si keparat tua itu?” tanya Mandala, setelah terdiam beberapa saat.

“Di kantor polisi,” jawab Gita, seraya mengangkat wajah. “Apakah Pak Rais akan ditahan di sana?”

“Seharusnya. Inilah kesempatanmu untuk terlepas darinya.”

“Bagaimana jika ternyata dia dibebaskan?” Raut wajah Gita tampak sangat khawatir.

“Aku yakin masih ada setitik keadilan di negeri ini. Jika tidak ….” Mandala tak melanjutkan kalimatnya. Dia hanya menatap Gita dengan sorot penuh arti.

“Jangan lakukan apa pun lagi demi diriku, Mas. Sudah cukup. Ini sudah lebih dari cukup.” Gita tak sungkan menggenggam tangan Mandala.

“Belum, sampai kupastikan kamu benar-benar terbebas darinya dan predikat sebagai wanita penghibur.”

“Mas ….” Bukannya berhenti, air mata justru mengalir makin deras. Di satu sisi, Gita merasa begitu tersanjung karena mendapat perlakuan seperti itu dari Mandala. Dia seperti menemukan sosok pahlawan yang selama ini diimpikan.

Di sisi lain, ada sesuatu yang membuat Gita tersadar. Mandala tak seharusnya melakukan semua itu untuk dirinya. Perasaan tidak layak terlalu mendominasi, mengalahkan kebahagiaan atas keistimewaan yang membuatnya merasa begitu berharga.

“Terima kasih, Suster,” ucap Gita, seraya mengembalikan telepon genggam milik perawat. Dia meminjamnya untuk menghubungi Ratih.

“Sama-sama, Bu. Permisi.”

Sepeninggal perawat yang baik hati itu, Gita termenung beberapa saat sambil bersandar pada dinding. Ada banyak hal yang dia pikirkan, termasuk kondisi Mandala setelah nanti keluar dari rumah sakit.

“Git,” panggil Ratih tidak terlalu nyaring. Dia langsung menghampiri Gita. “Bagaimana keadaan Mas Maman?”

“Sudah stabil. Dia harus dirawat sementara untuk mempermudah tim medis dalam memantau kondisinya,” terang Gita.

“Ya, Tuhan. Andai semalam aku ada di sana. Aku benar-benar minta maaf,” sesal Ratih. “Omong-omong, Pak Wira menghubungimu sejak tadi pagi.”

1
Dwisya Aurizra
rasa benci Wira pada Mandala karena rasa iri sedang Mandala karena Iriana selingkuh dgn Wira, betul GK sih ceceu😂
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mumun, Mak
total 1 replies
Rahmawati
mandala benci sm wira karna selingkuh sm istrinya dulu, apa mandala bisa maafin wira🤔
Mama Faiz👶
yah, seperti nya malam ini ga up ya thor
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aamiin. Terima kasih, Kak🥰
total 3 replies
Najwa Aini
maraton baca mengejar ketertinggalan, sampai lupa komen
Najwa Aini
Karena sakit, aku sdah ketinggalan berapa bab ini??
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Sakit apa, Kak? Moga cepat sembuh, ya
total 1 replies
Titik pujiningdyah
takutnya ya diending ternyata gita dan mandala satu ibu. awas aja ya kalau dibikin kayak bumi!!!!
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Satu ibu. Ibu Pertiwi
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yakin cuma gitu doang?
Dwisya Aurizra
badai masa kecil saja bisa kalian lewati palagi sekarang
Dwisya Aurizra
ciuman aja kan atau ada yg lainnya greoe" dikit misal🤭
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ya, Allah. Emak luar binasa
total 1 replies
Dwisya Aurizra
astaga 🤣🤣🤣
Rahmawati
setelah tahu masa lalu mandala dan Gita aku rasa kalian memang jodoh, dulu kalian anak anak yg tangguh, skrg kalian pasti bisa melewati cobaan yg lebih besar lagi
Rahmawati
lanjutttt
Lusy Purnaningtyas
positif vibes
Uchy Latupeirissa
Ceritanya real membuat tokoh2nya serasa hidup cara penyajian dan gaya bahasa yang digunakan mudah tetapi selalu ada pengalaman yg dapat diambil hikmahnya... keren bgt.
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak🥰. Semoga sehat selalu
total 1 replies
Titik pujiningdyah
to the poin bngt git
Titik pujiningdyah
jalan aja lurus sampai ketemu pertigaan. nah itu belok kiri, Man. Setelah lima ratus meter, berhenti. Kamu sudah sampai di hotel bintang lima.
Titik pujiningdyah
emang keterlalu sih si wira. iri yg mendarah daging
Titik pujiningdyah
yaelaaaah selengki
Titik pujiningdyah
duda hot nih
Rahmawati
hayoloh Gita ketagihan sm mandala😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!