Masuk ke situs gelap. Cassia Amore nekat menjajakan dirinya demi bisa membiayai pengobatan ibunya. Kenekatan itu membawa Amore bertemu dengan Joel Kenneth pengusaha ternama yang namanya cukup disegani tak hanya bagi sesama pengusaha, namun juga di dunia gelap!
“Apa kau tuli, Amore?” tanya Joel ketika sudah berhadapan langsung tepat dihadapan Cassia. Tangannya lalu meraih dagu Cassia, mengangkat wajah Cassia agar bersitatap langsung dengan matanya yang kini menyorot tajam.
“Bisu!” Joel mengalihkan pandangan sejenak. Lalu sesaat kembali menatap wajah Cassia. Maniknya semakin menyorot tajam, bahkan kini tanpa segan menghentakkan salah satu tungkainya tepat di atas telapak kaki Cassia.
“Akkhhh …. aduh!”  Cassia berteriak.
“Kau fikir aku membelimu hanya untuk diam, hmm? Jika aku bertanya kau wajib jawab. Apalagi sekarang seluruh ragamu adalah milikku, yang itu berarti kau harus menuruti semua perkataanku!” tekan Joel sangat arogan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER—25
“Jadi, bagaimana? Apa sekarang kau berubah pikiran dan mau menjadi istri ketigaku?” tanya Burhan. Sungguh, ia sangat percaya diri dengan ucapannya. Ia yakin, gadis cantik yang saat ini ada di hadapannya itu tidak memiliki tabungan sebanyak itu.
Kalaupun ada—memangnya mau ia memberikan semuanya? Mengingat ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit dan membutuhkan begitu banyak biaya.
“Kau tidak perlu khawatir. Sebagai hadiahnya, atau bisa dikatakan kado pernikahan kita—bukan hanya utang ibumu yang aku anggap lunas, tapi aku juga akan menanggung biaya pengobatannya selama enam bulan. Bagaimana?” tawarnya lagi, dengan keyakinan yang sama besarnya. Ia yakin, gadis cantik dengan tubuh molek itu pasti akan menerima, mengingat ia tidak punya pilihan lain.
“Dan jika kau menolak,” lanjut Burhan dengan suara yang meninggi beberapa oktaf, “aku ingin kau membayar seluruh utangmu sekarang juga!” Sengaja ia berbicara keras, hanya untuk menggertak Cassia—membuat gadis itu takut dan segera mengiyakan tawarannya.
Cassia memicingkan mata. Tatapannya tajam, bibirnya berkerut kesal. Semua tawaran gila, beserta nominal utang yang tak masuk akal, membuat darahnya mendidih.
“Nomor rekening. Cepat!” ucap Cassia tajam, membuat Burhan spontan mengerutkan kening.
“Untuk apa?” tanyanya tak percaya, seolah Cassia tak mungkin sanggup membayar nominal sebesar itu.
“Menurut Anda?” Cassia mencibir dengan gerakan tubuh yang angkuh.
“Ya, untuk bayar utang, lah! Daripada saya harus menjadi istri ketiga pria tua bangka seperti Anda, lebih baik saya kehilangan uang saya—meskipun jumlahnya besar!” dengkusnya, penuh amarah terhadap sikap Burhan yang sedari tadi ingin memaksakan kehendak.
Menjadi istri ketiga? Cuih! Cassia tidak akan sudi. Apalagi disandingkan dengan pria tua berkulit legam itu. Membuat ia muak hanya membayangkannya.
Daripada seumur hidup harus menjadi pemuas nafsu pria hidung belang seperti Burhan, Cassia lebih memilih menjadi “pemuas” Joel selama setahun.
Bukan semata karena bayaran atau biaya pengobatan ibunya, tapi juga karena satu hal lain—tampang. Setidaknya, matanya akan tetap jernih jika bersama Joel, bukan dengan si tua bangka itu.
Burhan terlihat sangat kesal. Ia menyerahkan nomor rekening yang baru saja diminta Cassia.
Ting!
Rp300.00.001 kini sudah masuk ke rekening Burhan, hanya dalam hitungan detik!
“Sudah. Silakan cek,” ujar Cassia dengan dagu terangkat, menunjukkan kesombongannya di hadapan Burhan bahwa ia memang mampu membayar.
Sesuai instruksi Cassia, Burhan membuka ponselnya. Ia mengecek aplikasi m-banking, memeriksa riwayat notifikasi uang masuk, lalu menekan ikon mata di sudut layar untuk melihat saldonya. Dan ketika angka itu muncul—matanya langsung membelalak!
“T-tiga ratus juta?! K-kau… benar-benar mentransfer tiga ratus juta ke rekeningku barusan?!” ucapnya terkesima, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
“Lebih tepatnya, tiga ratus juta satu perak,” sahut Cassia lantang, dengan nada menyengat. “Saya melebihkan seperak sebagai bonus untuk Anda—sekaligus ucapan terima kasih karena sudah meminjamkan uang untuk ibu saya.” Nada suaranya menekankan kata seperak dengan sangat jelas.
Burhan menggeram. Seperak? Melebihkan seperak sebagai ucapan terima kasih? Ini jelas penghinaan!
Meskipun ia sudah mendapatkan lebih dari yang seharusnya, ucapan Cassia yang menekankan kalimat itu membuatnya sakit hati.
“Kau barusan sengaja menghinaku? Berani-beraninya!” geramnya. Dengan kasar, Burhan menarik kerah leher Cassia.
“Dasar berengsek! Tua bangka, lepaskan aku!”
“K-kau… dasar g-gadis sialan! Jalang! Pe—”
Buuukkk!
Sebuah tendangan keras menghentikan ucapannya. Cassia tahu apa yang akan keluar dari mulut pria itu, jadi tanpa pikir panjang ia mengayunkan kakinya—dengan sandal masih terpasang—tepat ke mulut Burhan!
“Arghhhhhh!!” pekik Burhan kesakitan, sementara darah mulai mengucur dari hidungnya.