Sistem Re : Antagonis

"Yang komentar mendukung itu buta apa gimana?" tanya Andri tak habis pikir

"Antara bodoh atau mereka hanyalah buzzer yang dibayar," ujar Yufran

"Hei, Mason! Kenapa lo diam aja? Gimana kalau Reva sampai tau?"

"Gue nggak masalah. Sama sekali nggak masalah," ujar santai Mason. Kalimat itu terdengar santai, namun tatapan kosong Mason membuktikan hal yang berbeda.

"Lo sama Reva ada masalah?" tanya Andri

Sebenarnya, Andri sangat penasaran dengan hubungan Mason dan Reva. Diluar mereka seperti pasangan serasi yang sangat romantis dan membuat semua iri saat melihatnya. Namun, ada kalanya mereka terlihat kosong. Semua hal yang diperlihatkan seperti sebuah ilusi semata.

Mason terdiam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan dari Andri. Dia menatap sebentar teman-temannya lalu menghindari tatapan mereka.

"Nggak ada. Nggak ada sama sekali."

Jawaban itu terlihat bahwa Mason sangat menjawab. Terlihat gestur tubuh Mason yang tak ingin menjawab bahkan terlihat menghindar untuk menjawab.

"Ada yang lo rahasiain Mason, tapi apa?" batin Andri

Andri mengamati setiap gerak tubuh Mason. Terlihat janggal, namun dia tak bisa bertanya lebih.

"Lo suka Ellie?" tanya Bagas secara tiba-tiba

"Nggak, mana mungkin. Gue punya Reva, mana mungkin suka dengan gadis aneh itu..."

"Sudahlah, lagian itu cuma gosip. Gue males nanggapin itu!" hardik Mason

Yufran, Bagas dan Andri terdiam. Melihat wajah kesal Mason, mereka tak berani lagi bertanya lebih jauh.

Ting!

Nada dering notifikasi sebuah ponsel mengalihkan semuanya. Mason menyadari bahwa itu berasal dari ponselnya, dia segera melihatnya.

"Reva," lirih Mason saat melihat bahwa pesan yang baru saja masuk itu berasal dari Reva

Reva🌸

Hati-hati Mason!

Mereka bisa bertindak lebih, kalau lo bergerak terlalu jauh

Mason tersenyum. Inilah yang membuatnya nyaman saat berhubungan dengan Reva. Reva sangat pengertian padanya, bahkan dari hal terkecil pun akan diperhatikan. Akan tetapi, dalam hubungan mereka Mason sangat tau bahwa tidak ada cinta di dalamnya.

Awalnya Mason tak terima. Tak terima Reva tak mencintainya. Namun dengan seiring berjalannya waktu Mason menyadari bahwa rasa cinta itu indah. Tidak harus menjadi sebuah pasangan, sebagai sahabat pun sudah sangat cukup. Cinta sahabat, kasih sayang sebagai sahabat yang diberikan Reva sudah membuatnya lebih hidup.

Dengan tenang, Mason kembali membaca pesan Reva, kemudian membalasnya.

Reva🌸

^^^Tenang, gue tau batasan gue ada sampai mana^^^

^^^Jika ada masalah, lo bakal bantu kan?^^^

Tentu, gue bakal bantu sebisa gue

Oh iya, beberapa hari ke depan gue bakal izin sekolah

Ada kerjaan yang harus gue urus

^^^Pekerjaan?^^^

^^^Kantor?^^^

Yap! Seperti biasa

Papa dan mama sedang ada urusan di Prancis

Kak Sius kemungkinan akan terbang ke Amerika

Kak Tristan harus jaga kantor dan rapat penting

Jadi, gue yang harus ke Singapura buat handle sementara rapat di sana

^^^Lo emang hebat, Reva^^^

^^^Lo udah bisa kerja dan hasil uang sendiri^^^

Lo juga hebat Mason

Bertahan hingga sekarang itu merupakan pencapain

Lo juga udah kerja bukan?

Hasil kelola kafe lo lebih banyak dibandingkan gue

^^^Terserah lo^^^

^^^Oh iya, udah sana pasti lo sibukkan?^^^

^^^Last chat di gue aja^^^

^^^Sampai nanti^^^

Mason tersenyum, saat membaca kembali percakapan antara dirinya dengan Reva yang baru saja ia lakukan. Sungguh, Mason sangat lega dan senang mengenal Reva dalam hidupnya. Tak bisa dipungkiri, dulunya dia sangat enggan berdekatan dengan Reva. Namun, karena kebaikan dan pertolongan Reva di masa lalu membuatnya bersyukur mengenal Reva.

"Aku senang mengenalmu, Reva," batin Mason sambil membayangkan wajah Reva

...****************...

KANTOR CEO

Seorang lelaki, duduk di kursi kebesarannya. Banyak tumpukan dokumen menghiasi meja kerjanya. Membaca satu per satu berkas yang ada, berkas yang menghasilkan puluhan juta itu.

"Wah, lo emang hebat Tristan. Betah berada di tumpukan kertas itu!" ejek Kassius yang baru saja datang

"Dan kertas ini yang mampu menghidupi keluarga kita, Sius,"

"Ya, ya. Jadi, ada apa?"

Tristan memandang sang kembaran datar. Diluar, Kassius memang terlihat selengean, tidak disiplin. Namun, dibalik itu semua Kassius adalah orang yang cerdik dan bertanggung jawab. Tristan beberapa kali meminta bantuan Kassius untuk mengurus proyek yang tak sempat ia handle. Dan semua proyek itu berhasil ditangani dengan baik. Kassius bukannya tak bisa menjalankan perusahan, dia hanya ingin hidup bebas.

"Kau ke Amaerika. Urus proyek ini," ujar Tristan dengan memberikan dokumen yang diperlukan. Kassius menerima dokumen itu dan membacanya dengan teliti.

"Kudengar ada rapat di Singapura, kau yang pergi atau...."

"Reva. Dia yang akan pergi!" ujar Tristan

"Biar gue aja. Biarkan Reva menikmati sekolahnya tanpa harus berurusan dengan urusan kantor terlalu sering," ujar Kassius dengan cepat. Kassius tak ingin adik kecilnya tak bisa menikmati waktu sekolahnya, waktu bermain dengan teman-temannya. Dia ingin adiknya bebas dari urusan kantor, walaupun sebenarnya itu tidak mungkin.

Dalam keluarga Whystan, setiap keturunan muda harus sudah diajarkan cara menangani permasalahan dalam perusahaan. Bahkan, jika bisa mereka harus diberi sebuah anak perusahaan sebagai latihan mereka sebelum memegang kantor utama. Dan itu juga yang saat ini terjadi.

Reva adalah bibit bagi keluarga Whystan. Meskipun disayang dan di manja, Whystan tidak akan membuang kesempatan membesarkan bibit yang ada dalam keluarga mereka.

"Aku tau. Karena itu aku sudah berusaha mengurangi intensitas pekerjaan Reva, Sius."

"Ya iya, aku tau kau memang kakak tertua yang pengertian, Tristan,"

"Kalau begitu, biar aku yang pegang juga pekerjaan Reva..."

"Tidak bisa Sius. Proyek di Amerika cukup penting, kau tau itu!" potong Tristan

"Tapi...."

"Tenang saja kak, aku masih tau waktu mana untuk kantor mana untuk bermain," potong Reva

Semua terkejut dengan kedatangan Reva yang mendadak. Kassius dan Tristan menatap tak percaya dengan kedatangan Reva yang mendadak.

"Aku tidak terpaksa melakukan ini kak, kau tenang saja. Aku menikmatinya," jawab Reva sambil duduk di sofa ruangan Tristan.

"Jadi aku harus apa?" tanya Reva sambil meminum es coklat yang dibawanya.

Tristan terdiam, kemudian meminta asistennya untuk memberikan dokumen kepada Reva. Reva menerima itu dengan senang hati. Membaca dengan serius, Reva terkejut dengan permasalahan yang ada.

"Bahan bakunya ada yang mengganti ya?!"

Reva memberikan dokumen itu pada Reihan yang berdiri di belakang Reva sejak awal. Kemudian meminta penjelasan mengenai situasi yang sebenarnya.

"Ya, seperti yang kau baca. Kemungkinan ada korupsi dengan nominal cukup besar di sana,"

"Wow, ada para tikus sedang berulah rupanya!" Sius tersenyum sinis. Mengingat bahwa keluarganya sudah terkenal bagaimana sistem kerja mereka yang cukup kejam bagi pengkhianat. Masih saja ada yang berani mengusik.

"Kau tau kan apa yang harus dilakukan?" tanya Tristan

"Atau kau perlu bantuan ku, adikku sayang?" tawar Kassius

"Tidak perlu kak. Sepertinya aku bisa. Nanti jika benar-benar tidak bisa, aku pasti menghubungi kalian!"

"Pekerjaan yang mudah, bagaimana mungkin aku gagal!" batin Reva

Reihan yang melihat interaksi antar saudara itu hanya diam. Dia sangat tau karakter dari nona mudanya sendiri. Reva bisa jadi lebih kejam dibanding si kembar. Dan itu, hanya dia yang tau.

"Tuan muda, nona muda itu lebih mengerikan asal anda tau," pikir Re