Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara musik disco
"Jadi itu tadi barang-barang istrinya Gio dari kota ya?" ucap salah satu tetangga nyonya Nala ketika mereka baru berbincang didepan gerbang rumahnya, siang-siang seperti ini memang paling asyik bergosip ria sembari rujakan dibawah pohon jambu pinggir jalan.
Kebiasaan warga kampung itu memang lebih suka menghabiskan waktunya untuk berkumpul bersama para tetangga, baik dalam kerja sosial atau hanya sekedar bercengkerama tak penting demi mempererat hubungan.
"Benar bu, dia malas menyapu jadi membeli apa itu namanya robot pembersih kalau tidak salah dia juga beli mesin cuci dan televisi," terang nyonya Nala mengadu sembari memotong buah mangga setengah matang di tangannya tersebut.
"Astaga bu, pemalas sekali menantumu itu bisa-bisa uang suaminya habis hanya untuk gaya hidupnya saja." timpal tetangganya yang lain yang nampak gemas bercampur kesal dilihat dari cara mengulek bumbu rujak yang penuh dengan tenaga pelampiasan.
Para warga kampung memang sangat menyukai keluarga Hadikusumo kusumo yang terkenal dermawan apalagi kakek Hadikusumo dan juga Gio, keduanya kerap membantu warga yang kekurangan bahkan menjadi donatur saat ada acara adat kampungnya.
"Benar kasihan sekali mas Gio capek kerja sampai jarang pulang eh dapat istri dari kota malah tidak tahu diri," tambah yang lainnya ikut mengompori sembari memakan mangga masam hasil kupasan nyonya Nala tersebut hingga membuatnya sesekali nyengir saking asamnya.
"Aku kalau punya menantu seperti itu sudah ku kembalikan ke orang tuanya, enak saja kita dijadikan babu." tukas seorang wanita paruh baya yang baru bergabung dengan membawa beberapa buah bengkoang hasil dari kebunnya.
"Itu sudah bu, dari awal aku juga sudah tak setuju jika Gio menikah dengan wanita kota apalagi ini keluarganya juga tidak jelas asal usulnya bahkan saat kita membuat syukuran saja mereka tidak datang entah guna-guna apa yang sudah diberikan kepada Gio sampai tiba-tiba menikahinya." sahut nyonya Nala dengan wajah kesalnya.
"Bahkan ayahku sangat mendukungnya juga," imbuhnya lagi seraya mengambil bengkoang tersebut untuk ia potong bersama buah-buahan yang lainnya.
Tiba-tiba terdengar sebuah gemuruh hingga membuat mereka semua langsung beranjak bangun. "Apa ada gempa ya bu?" ucap salah satu dari mereka.
"Tapi tidak terasa goyang, tapi suaranya dari rumah bu Nala." imbuh yang lainnya menatap kearah rumah wanita paruh baya itu.
"Iya benar bu, suaranya keras sekali jangan-jangan menantu bu Nala mau merobohkan rumah lagi." timpal salah satu dari mereka lagi.
"Oh astaga," nyonya Nala pun langsung berlari pulang dan bersamaan itu Gio nampak datang dengan mobil bututnya.
"Ada apa bi?" ucap pria itu seraya menurunkan kaca mobilnya ketika melihat bibinya itu berjalan tergopoh-gopoh masuk kedalam halaman rumahnya.
"Itu istrimu mau menghancurkan rumah kita," sahut wanita itu sembari menunjuk kedalam rumahnya.
Gio yang masih berada dibalik kemudinya nampak menghela napas panjangnya. "Oh astaga apa yang dilakukannya lagi?" gumamnya sembari melepaskan safety beltnya lalu segera keluar dari mobilnya.
Pria itu pun segera masuk kedalam rumahnya dan mendengar suara bising musik persis seperti di sebuah club malam, dilihatnya Tania dan ibunya pun sudah berada didepan pintu kamarnya.
"Benarkan suaranya dari kamarmu itu pasti ulah istrimu," ucap wanita paruh baya tersebut ketika Gio baru datang dan karena penasaran Tania pun langsung membuka pintunya dengan keras lalu dilihatnya Gia sedang berjoget ria diatas kasur dan pakaiannya oh astaga hanya sebuah tanktop dan juga hot pant sobek-sobek hingga membuat mereka merasa malu sendiri saat melihatnya.
"Oh astaga, apa yang kamu lakukan? apa kamu akan menghancurkan kasur itu?" teriak nyonya Nala hendak masuk namun Gio langsung menahannya.
"Bibi dan Tania keluarlah biar aku yang bicara padanya!" ucap Gio menatap keduanya lantas segera menutup pintu kamarnya dari dalam.
Gia yang masih berdiri diatas ranjangnya pun nampak tersenyum nyengir menatap pria itu. "Apa kamu mau ikutan dansa? ayo naiklah!" ucapnya tanpa perasaan bersalah namun tiba-tiba musiknya dimatikan begitu saja oleh sang suami.
"Kenapa dimatikan?" tentu saja Gia tidak terima dan langsung turun dari atas kasurnya untuk melayangkan protes.
Gio kembali menghela napasnya. "Aku tahu kamu sangat kecanduan dugem tapi kamu saat ini adalah seorang istri apalagi tinggal di kampung yang mungkin tak pernah mengenal hal tersebut jadi tolong sedikit saja hargai tempat ini, memutar musik keras-keras itu sangat tidak normal ditempat ini dan juga mengganggu orang lain mengerti?" ucapnya dengan nada datar seperti biasanya namun tatapannya yang tajam seakan menghunus jantung terdalam gadis itu.
"Ck, seorang istri? aku bahkan tak pernah merasa menjadi seorang istri." sahut Gia sembari berlalu dari hadapan pria itu, ia hanya kesepian apa suaminya itu tidak mengerti? ia dari lahir tinggal di kota metropolitan dan tiba-tiba harus tinggal di daerah antah berantah yang sangat kuno ini.
Gio langsung menarik lengan gadis itu hingga kini kembali menghadap kepadanya. "Lalu maumu apa, hm?" ucapnya menatapnya datar dan Gia pun nampak menelan ludahnya, apakah pria itu benar-benar sedang marah saat ini?
"Berpisah dan kembali ke kota," ucapnya mengutarakan isi hatinya.
Gio kembali menghela napasnya sejenak. "Gantilah pakaianmu kita pergi jalan-jalan!" perintahnya, kemudian berlalu dari hadapan gadis itu mengingat pakaian yang dikenakannya begitu tak sopan namun Gia langsung mengejarnya dan menarik kemeja pria itu dari belakang.
"Aku tidak mau jalan-jalan, aku maunya kita berpisah dan kembalikan aku ke kota!" ucapnya tak mau tahu, sungguh ia sudah tidak betah tinggal disini meskipun ia akui pria itu lumayan baik namun ia tetap saja tidak menyukainya bahkan keluarga dan juga lingkungan ini.
"Ganti pakaian atau aku yang akan menggantikannya!" ucap Gio dengan tegas tanpa mempedulikan rengekan gadis itu.
"Aku tidak mau ya tidak mau, pokoknya aku mau pulang ke kota." Gia tetap menolak namun tiba-tiba pria itu langsung mendekatinya dengan wajah datar tanpa bisa ia tebak.
"Kamu mau apa?" tentu saja Gia langsung melangkah mundur tapi naasnya kakinya menabrak ranjangnya dan ia pun langsung terjatuh terlentang keatas kasurnya, saat hendak bangun pria itu tiba-tiba mengungkung tubuhnya.
"Patuhlah dan segera berpakaian yang sopan, jika tidak jangan salahkan kalau aku benar-benar akan menjadikanmu seorang istri yang sesungguhnya!" tegasnya dengan napas naik turun menatap gadis dibawahnya itu yang pakaiannya begitu menggoda setiap pria yang menatapnya.
"Siapa kamu berani sekali menyuruhku patuh? aku tidak mau patuh dan tidak mau menjadi istrimu, aku hanya ingin pu..." Gia langsung menghentikan ucapannya ketika tiba-tiba bibirnya dibungkam oleh ciuman pria itu, tak hanya ciuman bibir ketemu bibir namun lebih dari itu hingga membuatnya nampak syok saat lidah suaminya itu terasa menusuk masuk dan mengobrak-abrik pertahanannya.
Pelan-pelan woy, itu ciuman pertamaku!
BOLEH....
kakek, bolehkah gia & gio tinggal terpisah? bolehkah gia selalu ikut kemana pun gio pergi? bahkan mungkin bekerja di kantor kalian?