BOCIL HARAP MENEPI DULU.
*
"
Valencia Remi, seorang gadis muda usia 19 tahun dari desa. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata coklat yang indah. Senyumnya manis dan lembut, membuat semua orang jatuh cinta pada-nya. Cia Pergi ke kota jakarta untuk mengejar impian kuliah di universitas.
*
Cia berteman dengan seorang yang sudah lama tingal di jakarta dan memperkenalkan Kehidupan malam kota yang glamor.
*
Cia mulai terjebak dalam pergaulan bebas dan mengenal Aksa yang menawarkan Kehidupan mewah.
*******
"Jadi Cewek Gue, makan seluruh kehidupan Lo....Gue yang tanggung." Kata Aksa.
*
"Kamu tau kan ? Aku sudah punya pacar." Jawab Cia.
*
*
Penasaran dengan pilihan Cia ? Yuk ikuti kisahnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. kepolosan Cia & frustasi Jefri
0o0__0o0
Di dalam taksi yang membawa Jefri dan Cia di dalam'nya melenggang melewati jalanan yang mulai sepi kota jakarta. Cia masih pingsan dengan tubuh rebahan ber-bantalan paha Jefri.
Jefri terlihat jelas frustasi malam ini, dia hampir terkena serangan jantung. "Bener-bener Lo ya, Cil. Sekali bikin susah tidak tanggung-tanggung." Gerutu-nya.
"Untung kita bisa keluar dari sana sebelum ketahuan Aksa, bisa mati berdiri gue kalau Sampek Aksa tau. Dan Lo sama Rava bisa di jadikan tempe penyet sama tuh manusia kulkas."
Jefri meng-hembuskan nafas'nya dalam-dalam, mata'nya melirik sekilas ke arah Cia yang masih pingsan.
"Lagian apa sih yang Lo cari di sana ? Bocil kayak Lo ini lebih cocok diam di kos, makan, tidur, belajar, biar jadi makin pinter. Bukan malah cari pekara."
"Sial ! Gue berasa uji nyali hari ini."
Jefri terus-menerus meng-gerutu sendiri, dia sebal, ingin marah, khawatir, frustasi, semua bercampur jadi satu. Beruntung dia tipe orang yang peduli sesama manusia, meskipun tengil.
Supir taksi itu melihat penumpang-nya dari kaca sepion depan mobil dengan heran. "Maaf mas, kita mau kemana ini ?'' Tanya-nya.
Taksi itu sudah muter-muter jakarta tanpa tujuan sedari tadi, lantaran Jefri tidak tau arah tujuan-nya. Cowok itu terkena serangan dari segala sisi, jadi nge-blank.
"Nah itu dia pak, yang sedari tadi saya pikirin. Saya bingung mau bawah nih bocil kemana." Jawab-nya frustasi.
"Loh, memang tadi mas-nya Nemu bocil itu di mana ?" Tanya sih supir. Ikut frustasi.
"Nah itu yang dari tadi saya pikirkan, Pak. Nih bocil tiba-tiba nongol di Arena tanpa ada yang ngundang. Saya kan jadi bingung, ya udah saya bawah aja." Curhat-nya.
"Kalau gitu anterin aja ke rumah-nya, mas." Usulnya.
Jefri meng-hembuskan nafas'nya lagi, "Masalah-nya saya tidak tau rumah-nya di mana, Pak." Jawab-nya pusing.
Si supir taksi jadi ikut pening, "Trus gimana dong, mas ? Masak kita harus muter-muter Sampek pagi." Ujar-nya.
"Bapak tanya saya percuma, saya lagi pusing. Bapak diam aja, fokus nyetir biar saya yang mikir. Nanti bapak malah ikutan pening." Jawab-nya.
Supir taksi itu pun mengangguk menurut, sedangkan Jefri memijat keningnya yang berdenyut pening. Sampai akhirnya hp yang ada sakunya bergetar.
Jefri langsung mengeluarkan Hp'nya dan ternyata Rava yang menelpon. Dia langsung gegas mengangkat-nya.
"Hallo, gimana Rav ? aman kan ? Tidak ada yang curiga ?" Cecar Jefri panik.
Rava terdengar meng-hembuskan nafas'nya dari sebrang telfon, tanpa ada niatan menjawab pertanyaan sahabat-nya itu.
"Dimana ?" Tanya-nya datar dan singkat.
Jefri lansung mendengus sebal lantaran tidak dapat jawaban malah dapat pertanyaan balik.
"Gue di jalan, muter-muter tidak jelas." Saut-nya ngegas.
Rava diam sejenak lalu buka suara lagi dengan singkat padat dan datar. "Kos. Share lock."
Tut...!
Panggilan langsung di putus sepihak oleh Rava, dan itu sukses membuat Jefri mencak-mencak di tempat.
"Emang dasar, anjing, babi, manusia kulkas tidak berpri kemanusiaan. Dia yang bikin masalah gue yang repot dan pusing." Umpat Jefri geram.
"Mana ngomong cuman Se uprit lagi. Heran deh gue, dari jaman piyik Sampek keluar jenggot tidak perna bisa ngomong panjang kali lebar." Gerutu-nya.
Jefri meng-hembuskan nafas'nya lagi, "Ke kosan anggrek putri, pak." Ujar-nya menuruti perintah sang sahabat juga.
"Siap, mas." Jawab sopir taksi cepat.
Tangan Jefri dengan cepat mengirim lokasinya ke Rava sesuai instruksi, meskipun harus ngomel-ngomel dulu.
0o0__0o0
Kosan jam 01.00 malam..!
Di dalam kamar kos Cia, sudah ada Jefri, Rava, dan Ery yang duduk di atas karpet dengan tatapan mata tidak lepas dari atas ranjang, dimana Cia mulai mengerjap-kan mata'nya lucu.
Mereka bertiga sudah menunggu Cia hampir 1 jam, bahkan meng-habiskan semua camilan yang ada di kulkas-nya dan juga beberapa botol minuman.
"Enggh...Kok kepala ku pusing" Ujar'nya masih dengan mata mengerjap. Tangan-nya memijat kening-nya.
Cia bangun perlahan lalu bersandar di ranjang, "Loh, kok aku ada di atas kasur ? Bukan-nya aku ada di arena tinju." Guman'nya heran.
Hingga akhirnya suara deheman seseorang membuat atensi-nya teralihkan dari rasa bingung.
"EHM..!"
Rava berdehem singkat dan itu sukses membuat Cia menoleh ke arah-nya dengan pandangan melongo dan mata melotot terkejut.
"Kalian semua ngapain di sini ?" Tanya'nya bingung.
"Lagi Kenduren. Saut gemas Jefri.
Mereka semua sangat gemas melihat ekspresi polos Cia yang nampak sangat Lucu, imut, minta di karungi.
Cia mengangguk polos "Sekarang kenduren bukan lagi nasi tumpeng, ya ? Jadi berubah camilan." Kata'nya polos.
"Psttt...!"
Ery hampir aja menyemburkan tawan'nya, melihat Kepolosan Cia. Sedangkan Rava mengulum senyum setipis tisu dengan kepala menunduk.
Jefri ? jangan di tanya, tuh cowok sudah guling-guling di atas karpet sambil membekap mulut-nya sendiri.
Cia semakin bingung melihat tingkah mereka semua yang menurut-nya sangat aneh. Sampai akhirnya suara datar Rava memecah kebingungan-nya.
Rava menatap Cia dengan tatapan begitu dalam "Cia, kemarilah ada yang mau kita tanyakan." Ujar-nya datar, namun masih terdengar lembut.
Cia mengangguk lalu turun dari atas ranjang, dengan sedikit keliyengan. Sampai akhirnya dia oleng dan Rava reflek menarik tangan-nya, hingga Cia jatuh di atas pangkuan-nya.
Cia melotot terkejut dengan refleks tangan-nya memegang pundak Rava, dengan Rava memegang pinggang-nya. Tatapan kedua'nya bertubrukan selama beberapa detik.
Rava menatap Cia begitu dalam, dengan tatapan yang sulit di artikan. "Maaf." Kata-nya tiba.
Cia mengerjap-kan mata'nya lucu, gugup bercampur bingung. Lantaran tidak paham kenapa Rava tiba-tiba meminta maaf, mungkin karena tidak sengaja menarik tangan-nya. Pikir Cia polos.
"Buruan turu cil, jangan nemplok lama-lama, Lo." Kata Jefri ngegas. Ia khawatir sahabat-nya itu tertarik sama Cia.
"Oh, iya." Kata Cia gugup.
Cia langsung turun dan duduk di samping Rava dengan canggung dan sedikit gugup.
Rava menyodorkan sebotol air mineral yang tutupnya sudah di putar ke arah Cia. "Minum dulu, Ci." Kata-nya pelan.
Cia mengangguk lalu meminum airnya, karena merasa tenggorokan-nya sangat kering.
"Terima kasih Rava." Ucapnya. Setelah selesai minum. Rava hanya mengangguk singkat.
Cia baru sadar saat ini sangat sahabat sudah ada di hadapan-nya, "Ya ampun Ery, kamu tidak apa-apa kan ? Pekik-nya panik.
Ery mendelik horor, "Gue baik-baik aja. Lo ngapain semalem pergi ke arena boxing, Huh ?" Tanya Ery garang.
Cia mengerjap-kan mata'nya bingung, "Loh, aku nyusulin kamu kesana. Kamu WA aku minta tolong. Jadi aku panik langsung kesana." Jawab-nya jujur.
"Astaga Cia, Lo jadi orang jangan polos-polos amat Napa." Ery maju hendak meremas wajah Cia lantaran gemas, namun langsung di dorong oleh Jefri dan di tatap tajam oleh Rava.
Ery langsung mendelik tidak terima, namun nyalinya menciut saat melihat wajah dan tatapan mata Rava seakan ingin menelan-nya hidup-hidup.
Ery menatap wajah Cia yang kebingungan, "Gue gak ada WA Lo, Cimut. Kalaupun gue butuh bantuan gak akan mungkin mintak bantuan Lo, apa lagi malem-malem ke tempat berbahaya." Ujar-nya greget.
Ery meng-hembuskan nafas'nya pelan, Ia sudah tau apa yang di alami sahabat-nya itu dari cerita Jefri. " Sampai sini paham, Cia ?" Sambung-nya penuh tekanan.
Cia menatap mereka semua sambil garuk-garuk lehernya yang tidak gatal, namun malah terasa perih. "Sssstt...Aku paham Ery." Desis-nya.
Melihat itu Rava langsung memegang tangan Cia, yang sekarang meraba-raba leher'nya untuk mengecek apakah ada semut apa tidak.
"Jangan di garuk lagi, Ci." Kata-nya datar. tatapan mata-nya dalam.
"Sebentar, Rava. Aku lagi cari semut yang gigit leherku, rasanya nyelkit Perih." Kata-nya polos.
Mendengar ucapan polos Cia, membuat mereka bertiga mendesah kasihan. Apalagi Rava tatapan mata-nya penuh dengan penyesalan karena itu perbuatan-nya, dia yang menghisap kuat dan meng-gigit leher Cia sampai lecet-lecet.
"Maaf, Valencia. Sini aku olesin salep." Katanya meminta maaf lagi, namun tidak mau mengakui kesalahan-nya.
Cia menatap Rava bingung, namun kepala'nya mendongak. membiarkan Rava mengoleskan salep yang terasa dingin di leher-nya, dan itu membuat-nya menjadi lebih baik.
Mereka bertiga sudah kompak untuk tidak memberi tahu masalah ini pada Cia, lantaran takut dia syok dan Kenapa-napa. Apalagi Cia gadis polos.
Rava menutup kembali salepnya lalu di serahkan pada Cia, "Ambil ini. kamu simpen dan olesin lagi nanti." Kata-nya lembut.
Cia mengangguk, lalu mengambil salepnya dari tangan Rava. dan dia genggam. "Makasi Rava" Kata-nya sambil senyum tulus.
Melihat itu mereka bertiga hanya bisa menghela nafas berat, antara kasihan dan juga prihatin. Karena gadis polos sepertinya harus jadi korban orang jahat.
Rava Menatap Cia dengan perasaan campur aduk, "Sekali lagi gue minta maaf, Ci." Kata-nya sungguh-sungguh menyesal.
Cia mengangguk, gadis itu pikir Rava minta maaf karena telah bertamu malem-malem bareng Jefri.
"Oh, iya. Nih hp Lo." Ucap-nya sambil mengambil hp dari saku jaketnya lalu di sodorkan pada Cia.
Cia jelas melotot terkejut, "Loh..Kok Hp aku bisa ada di kamu ?" Bingung-nya.
"Semalam hp Lo jatuh, jadi kita anterin ke sini. Sekalian anterin Lo balik." Timpal Jefri.
Cia mengangguk mengerti lalu mengambil kembali Hp'nya, "Oh, jadi kalian kesini nganterin aku dan hp aku ?" Ujar-nya polos.
"IYAAAA..." Saut kompak Ery dan Jefri. Greget. Cia terperanjat kaget mendengar-nya.
"Gue sama Rava mau nginep di sini. Sono Lo minggat ke kamar Ery." Usir-nya cepat.
Jefri sangat pusing, lelah, frustasi. Semua bercampur aduk, dia butuh rehat dan tidur cepat.
Cia langsung masam tak terima karena di usir tanpa persetujuan dari-nya. "Loh...Aku kan be____"
"Udah cepat, ikut gue. Gue mau cerita sama Lo tentang masalah yang itu." Potong Ery cepat. Tangannya menarik tangan Cia tak sabar.
Mau tidak mau Cia mengikuti tarikan tangan sahabat-nya itu, lantaran dia juga merasa penasaran dengan hasil-nya.
Kini kamar itu hanya tersisa Rava dan Jefri, mereka duduk saling berhadapan dengan tatapan serius.
"Gimana sama penyelidikan, Lo ?" Tanya Jefri kepo.
Rava melempar hp-nya ke arah sang sahabat yang langsung di tangkap oleh si-empu. "Dua orang suruhan, sudah di tangkap bodyguard gue."
Jeffri langsung memutar vidio rekaman Cctv yang ada di hp Rava, dan betapa stoknya Ia saat melihat semua Bukti-buktinya.
Rava menyulut rokok-nya dengan korek api, wajah-nya tenang, datar, namun sorot mata-nya menajam. "Sesuai dugaan, Dia yang menjadi dalang."
0o0__0o0