NovelToon NovelToon
Bu Guru, I Love You

Bu Guru, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dede Dewi

Menjadi seorang Guru adalah panggilan hati. Dengan gaji yang tak banyak, tetapi banyak amanah. Itulah pilihan seorang gadis bernama Diajeng Rahayu. Putri dari seorang pedagang batik di pasar Klewer, dan lahir dari rahim seorang ibu yang kala itu berprofesi sebagai sinden, di sebuah komunitas karawitan.
Dari perjalanannya menjadi seorang guru bahasa Jawa, Diajeng dipertemukan dengan seorang murid yang cukup berkesan baginya. Hingga di suatu ketika, Diajeng dipertemukan kembali dengan muridnya, dengan penampilan yang berbeda, dengan suasana hati yang berbeda pula, di acara pernikahan mantan kekasih Diajeng.
Bagaimana perjalanan cinta Diajeng? Mari kita ikuti cerita karya Dede Dewi kali ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dede Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa YangTak Biasa

Setelah memberikan sambutan, Diajeng kembali duduk di posisinya sambil fokus mendengarkan kajian dari ustadzah Mila. Ustadzah Mila adalah seorang tenaga kesehatan yang sudah tidak aktif di dunia kesehatan, karena dia harus mengabdikan dirinya untuk keluarga. Namun, kemudian karena beliau menulis sebuah buku kesehatan, beliau pun di kenal sebagai seorang penceramah dengan tema kesehatan.

"Jadi, menjadi seorang muslimah itu harus kuat, tegar dan tentunya harus Sehat. Karena, jika wanita itu sehat, maka dia akan memberikan aura yang positif untuk sekitar. Jangan jadikan diri kita sebagai budak, apalagi budak cinta alias bucin. Jangan ya dek ya, jangan..." nasehat ustadzah Mila yang membuat beberapa peserta jadi tersenyum atas intermezo yang diucapkan ustadzah seperti yang lagi viral akhir-akhir ini.

"Bagaimana bucin itu, salah satunya adalah dengan galau kalau tidak mendapat kiriman pesan dari si dia, kita akan merasa ketergantungan tanpa dia, dan kita akan tidak berdaya ketika kita jauh darinya apalagi ketika di putusin atau kita putusin dia, beuh, pasti sakit ya? Hehehe."

Kata-kata itu begitu menohok Diajeng yang duduk di barisan paling depan. Diajeng mengingat, beberapa waktu lalu bahkan hingga hari ini, dia masih merasakan rasa yang tak biasa itu. Rasa yang luar biasa menyiksa batinnya. Menahan rasa yang ingin sekali dia utarakan.

"Allah itu sangat pencemburu lho, jangankan temen-temen yang masih pacaran, yang belum ada ikatan sah di mata agama ataupun negara, Hubungan suami istri yang sudah sah agama dan negara, yang selalu halal setiap sentuhannya saja, Allah cemburu ketika kita menduakan pasangan kita dengan Allah. Apa-apa si dia, hingga menunda sholat, melewatkan mengaji, melalaikan dzikir kepadaNya, karena sibuk memikirkan si dia. Kekasih kita. Disitulah Allah cemburu. maka tanda Allah cemburu adalah dengan memisahkan kalian. Bisa jadi itu adalah yang terbaik untuk kita. Karena yang terbaik menurut Allah, belum tentu bisa kita terima. Disitulah letak ujian hati dari Allah untuk kita. Sebesar apa kita cinta Pada Allah. Jadi, yuk, kita kembalikan rasa cinta ini kepada sang pemilik cinta. InshaaAllah, Allah akan pertemukan kita dengan orang yang juga mencintai sang pemilik Cinta." jelas ustadzah yang juga begitu membuat merinding Diajeng, karena dia teringat oleh sosok Adnan yang membuatnya begitu mementingkan Adnan dari segalanya.

"Mbak Nisa, ustadzah nanti pulangnya bagaimana?" tanya Diajeng memastikan.

"InshaaAllah nanti diantar mas Raka bu." jawab Nisa.

"Raka? Raka di sini?" tanya Diajeng cukup terkejut.

"Iya bu, tadi 'kan yang menjemput juga mas Raka, bu." jawab Nisa.

"Oh... sama Nala?" tanya Diajeng.

"Iya bu."

"Ehm... gitu?" gumam Diajeng. Entah mengapa, pikiran Diajeng seketika melayang, membayangkan ketika ustadzah sudah sampai di rumah, Nala akan berdua saja dengan Raka. Dan, ada sedikit rasa yang tak biasa di sudut hatinya. Entah, Diajeng pun belum bisa menterjemahkan rasa itu.

"Ada apa ya bu?" tanya Nisa penasaran saat melihat Diajeng tampak bengong saat dia mengiyakan pertanyaan Diajeng tadi.

"Oh, engga. Gapapa. Oya, untuk jamuan ustadzah, sudah dipersiapkan?" tanya Diajeng.

"Jamuan?" tanya Nisa heran.

"Iya, jadi kalau kita mengundang pembicara itu, alangkah baiknya kita jamu beliau dengan sebaik mungkin, apalagi acara ini memasuki waktu makan siang 'kan, alangkah baiknya jika kita menjamu dengan hidangan makan siang." jelas Diajeng.

"Oh, untuk itu, kami belum terfikir bu, biasanya hanya kami berikan nasi kotak saja." jawab Nisa jujur.

"Ya sudah, nanti ustadzah biar saya jamu saja, sekalian saya antar pulang ya." kata Diajeng.

"Ha? Ibu mau antar ustadzah?" tanya Nisa tak percaya.

"Iya. Kenapa?"

"Ya Allah bu, saya seneng banget, kami sangat terbantu jika memang begitu. Nanti biar Nala ikut menemani ibu ya. Biar Mas Raka tidak cemberut lagi nanti kalau saya mintain tolong. Hehehe." jawab Nisa.

"Cemberut?"

"Iya bu, dia tadi sempet keberatan, karena merasa canggung jika harus menjemput ustadzah."

"Oh, iya. Gapapa. Nanti biar saya antar ya."

"Baik bu."

Setelah acara selesai, dan usai mendirikan sholat dzuhur, Diajeng mengajak ustadzah makan siang bersama di sebuah rumah makan yang tak jauh dari sekolahan. Dan untuk penjamuan pun, tidak menggunakan anggaran kajian, melainkan dari kantong pribadi Diajeng, begitupun dengan Nala.

"Bu Ajeng ini masih cantik sekali, kalau boleh tau, usia berapa bu?" tanya ustadzah Mila saat mereka duduk sambil menunggu pesanan.

"Saya sudah tidak muda ust, saya sudah berkepala tiga. Hehehe." Jawab Diajeng.

"Sudah berkeluarga?" tanya ustadzah memastikan.

"Ehm, belum ust." jawab Diajeng kikuk.

"Oh... belum ada yang cocok ya bu?" tanya ustadzah. Sedangkan Nala hanya duduk anteng, mendengarkan obrolan dua wanita dewasa di hadapannya.

"Ya... begitulah ust. Lebih tepatnya, baru saja saya putus dengan pacar saya. Karena dia harus menikah dengan wanita pilihan ornag tuanya." jawab Diajeng jujur.

"Oh... begitu? Jadi, bu Ajeng ini ceritanya ditinggal nikah?" tanya Ustadzah. Diajeng hanya mengangguk.

"Berapa lama pacarannya?" tanya ustadzah.

"Lumayan lama sih ust, sekitar tujuh tahun." jawab Diajeng.

"Wah, lama juga ya?"

"Hehe, iya ust."

"Kenapa bisa selama itu, tidak segera menikah?" Tanya Ustadzah.

"Dia masih harus menyelesaikan studynya dan mencapai beberapa citanya, ust. Dan, ternyata setelah semua sudah diraih, eh, dia malah dijodohin sama orang tuanya." jawab Diajeng.

"O begitu..."

"Menurut bu Ajeng, apa hikmah yang bisa bu Ajeng ambil dari pengalaman anda itu?" tanya ustadzah Mila.

"Kalau dari ceramah ustadzah tadi, saya bisa mengambil hikmahnya ust, InshaaAllah saya akan mendapatkan pasangan yang lebih baik. Tidak hanya menikahi saya karena cinta, tetapi juga karena Allah." jawab Diajeng.

"MaasyaaAllah, semoga benar adanya ya bu, Bu Ajeng bisa segera mendapatkan jodoh yang terbaik untuk bu Ajeng."

"Aamiin ust."

"Kalau mbak Nala, fokus sekolah dulu aja ya mbak." kata ustadzah kepada Nala.

"Iya ust."

Saat makanan tiba, mereka pun fokus makan, setelah selesai Diajeng mengantarkan ustadzah hingga depan rumahnya. Dua putra ustadzah tampak sudah menunggu di depan rumah dengan senyum mereka, untung saja, Diajeng tadi inisiatif juga membawakan dua box makanan untuk oleh-Oleh ustadzah. Sehingga saat kedua putranya menyambut, kedua tangan ustadzah tidak nganggur. Tampak dari kejauhan, Diajeng melihat binar kebahagiaan dari kedua putra ustadzah, setelah ustadzah mengucapkan Terimakasih karena sudah diantar.

"Kalau saja dulu aku ga minta putus dari Dianggara, mungkin aku sudah memiliki anak seusia mereka. Sudah merasakan rasanya menjadi ibu, dan istri." batin Diajeng seketika teringat oleh mantan kekasihnya yang menjadi cinta pertamanya sejak masa sekolah hingga kuliah.

"Bu Ajeng." panggil Nala perlahan.

"Eh, iya? Ada apa La?"

"Ibu baik-baik saja?" tanya Nala memastikan. Dia khawatir melihat Diajeng tak segera mengemudikan mobilnya, karena Nala tak bisa menyetir.

"Oh. iya, saya baik." jawab Diajeng.

"Alhamdulillah."

"Kita pulang sekarang ya, La."

"Iya bu."

"Langsung saya antar pulang, atau kembali ke sekolahan lagi, La?" tanya Diajeng.

"Kembali ke sekolahan dulu saja bu, karena teman-teman masih ada acara evaluasi bu."

"Oh, baiklah."

Diajeng pun mengemudikan mobilnya menuju sekolahan lagi. Dan sesampainya di sekolahan, dia masih menemukan mobil fortuner hitam di halaman sekolah. Itu adalah mobil yang tadi menurunkan ustadzah ketika akan mengisi kajian. Diajeng teringat kata Nisa, bahwa yang menjemput ustadzah tadi adalah Raka.

"Raka? apakah dia masih di sini?" gumam Diajeng setelah menurunkan Nala dari mobilnya. Diajeng tergerak hatinya untuk mencari sosok pemilik mobil itu.

1
Etit Rostifah
lanjut, jadi penasaran ibu guru cantik n baik hati. semoga ibu guru Ajeng mendapat jodoh dari Allah yang sholeh.
Ibrahim Efendi
sm kyk ipar. MAUT!!...
Ibrahim Efendi
tu tau..... 😜
Ibrahim Efendi
😍😍😍 J E N G K O O O L L L . . .
Ibrahim Efendi
"buset dah! kirain ada petir" kata cicak 😜
Ibrahim Efendi
setiap orang yang telah melaksanakan kewajibannya dengan sebaik2nya, maka dia bukanlah beban. tapi bila melalaikan kewajibannya, maka dialah beban. siapapun dia.
Dede Dewi: MaasyaaAllah. Terimakasih atas pencerahannya pak... baarokallahufikum
total 1 replies
Punya Impian
gk gitu' bedmood aj bacanya klo gamon nya kelamaan' apalagi klo ud punya pasangan' pasangan nya siapa yg di pikirin dan di tangisin siapa😮‍💨
Punya Impian
kedepan nya ngk usah ada lebay pake drama nangis2 kak
Dede Dewi: kalau kakka diputua pacar, nangis ga kak?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!