NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab - 25 Luka yang Dibela, Luka yang Diakui

Sudah dua minggu sejak kabar bahwa kasus Aira akan diproses ke persidangan terbuka. Sejak itu, hidup Aira berubah. Bukan hanya karena media terus mengikutinya, tapi karena beban masa lalu kini benar-benar akan dihadapkan di ruang hukum, di depan hakim, jaksa, bahkan publik.

Pagi itu, Aira duduk di meja dapur . Cangkir teh melati mengepul, tapi belum disentuh. Di tangannya, catatan-catatan lama—lembaran yang dulu disusun dengan takut, kini dibaca dengan kepala tegak.

“Dulu aku nggak pernah mimpi bisa bawa semua ini ke pengadilan. Aku kira aku akan terus memendamnya sampai mati.”

“Dan sekarang aku akan bersuara di ruang yang paling keras pantulannya,” ujar Aira dalam hatinya“Suaraku akan terdengar sampai ke tempat yang bahkan aku sendiri nggak sangka.”

Di tengah persiapan, tekanan makin kuat.

Seorang “jurnalis bayangan” dari media tak dikenal tiba-tiba mengirim email penuh nada mengintimidasi.

“Kami punya informasi bahwa kamu sedang memalsukan bukti. Kami akan tayangkan ‘kebenaran’ dari pihak lawan. Bersiaplah.”

Aira hampir goyah. Tapi pendamping hukum dan tim support komunitas selalu siaga. Mereka tahu: ini taktik klasik. Menggoyang korban dengan cara mengguncang harga dirinya.

Dalam diam, Aira menulis surat kecil kepada dirinya sendiri.

“Aira, kamu dulu anak yang diam.

Kamu gadis yang takut bicara karena tak ada yang percaya.

Tapi lihat kamu sekarang. Kamu tidak bicara karena ingin dianggap benar.

Kamu bicara karena luka kamu layak dibela.

Dan karena banyak Aira lain di luar sana yang belum sempat bersuara.

Jangan diam lagi. Jangan lemah lagi. Kamu bukan cerita yang menyedihkan.

Kamu adalah bukti bahwa luka bisa dibela. Dan luka juga bisa sembuh.”

Beberapa hari sebelum sidang, Aira ke taman kecil di pinggir kota.

Tempat itu sepi, hanya ada angin sore dan pepohonan yang rimbun. Ia duduk di bangku panjang. dalam hatinya ia berkata :

“Ini memang sangat lelah, ini lebih dari sekadar keberanian. Ini tentang membuka kembali luka yang kamu ingin kubur.”

Tapi aku nggak bisa kubur semuanya.Aku capek hidup pura-pura baik-baik aja.

Aira menahan air mata. Bukan karena sedih. Tapi karena untuk merasa layak dicintai sebagai dirinya yang utuh.

Malam sebelum sidang, Aira menulis di blog-nya:

“Besok aku akan bicara bukan sebagai korban. Tapi sebagai perempuan yang tahu apa yang pantas ia terima, dan tahu kapan harus melawan.

Aku tahu, tidak semua orang akan percaya. Tapi aku tidak butuh semua orang.

Aku hanya butuh satu suara yang tak lagi bisa dibungkam: suaraku sendiri.”

Aira berdiri di depan cermin

Ia mengenakan baju hitam sederhana, rambut dikuncir rapi. Di balik pakaian itu, ada luka, ada ketakutan, tapi juga ada keberanian.

“Bismillah,” bisiknya.

Lalu ia melangkah keluar pintu, menuju pengadilan.

Karena kebenaran yang dibela dengan suara, tidak pernah sia-sia.

Di Hadapan Kebenaran

Ruang sidang itu luas, dingin, dan sunyi.

Derap langkah terdengar seperti gema. Aira melangkah masuk dengan napas teratur. Di belakangnya, pendamping hukum dan team komunitasnya mengiringi dalam diam.

Semua mata memandang ke arahnya.

Sebagian penasaran, sebagian mencibir, dan sebagian menatap iba. Tapi Aira tak mencari simpati. Ia hanya ingin didengar.

Di seberang ruang, Gibran duduk tegak dengan jas rapi dan wajah dibuat setenang mungkin.

Tatapannya penuh kalkulasi, seperti sedang memainkan panggung sandiwara.

Hakim membuka sidang.

Jaksa memulai dengan membacakan kronologi kasus—tentang laporan Aira, bukti kekerasan, ancaman digital, dan hasil visum.

Lalu giliran Aira dipanggil ke kursi saksi.

Ia berdiri. Melangkah pelan. Tangannya sempat gemetar saat memegang Al-Qur'an untuk bersumpah. Tapi suara hatinya menenangkan:

“Aku tidak sedang mengada-ada. Aku sedang menyampaikan luka yang nyata.”

Aira mulai bicara.

“Saya mengalami kekerasan selama bertahun-tahun dalam hubungan yang saya kira cinta. Tapi cinta tidak membuat seseorang dikurung. Cinta tidak membuat seseorang dipukul, dibentak, dan dihina hingga merasa tidak pantas hidup.”

Setiap kata Aira seperti melepaskan belenggu dari masa lalu.

Ia menceritakan bagaimana Gibran mengontrol uangnya, merusak pekerjaannya, bahkan memutus hubungannya dengan teman dan keluarga. Ia menjelaskan bahwa kekerasan tak selalu berbentuk luka fisik, tapi bisa berupa kata-kata yang menusuk bertahun-tahun.

“Dia bilang saya tidak berguna. Dia bilang tanpa dia, saya bukan siapa-siapa. Dan yang paling menyakitkan—saya sempat percaya itu.”

Pengacara Gibran bangkit. Suaranya tajam.

“Apakah saudari Aira pernah membalas kekerasan tersebut dengan emosi? Pernah membentak? Pernah melukai secara verbal?”

Aira menatapnya tegas.

“Ya, saya pernah marah. Tapi saya tidak pernah memukul. Saya tidak pernah mengancam. Dan kemarahan saya lahir dari perlakuan yang terus-menerus menyakiti. Saya marah karena saya manusia.”

Lalu Gibran diminta berbicara.

Ia memainkan peran korban. Dengan suara dibuat sedih, ia mengatakan:

“Saya tidak sempurna. Tapi saya mencintai dia. Kalau saya keras, itu karena saya ingin dia jadi lebih baik. Saya tidak pernah berniat menyakiti.”

Hakim menatapnya lama.

Tapi Aira menunduk, menahan air mata.

Ia tahu suara Gibran tidak jujur. Tapi lebih dari itu—ia tahu, dirinya tak perlu membuktikan apapun pada pelaku. Ia hanya ingin hakim melihat kebenaran.

Sidang hari itu berakhir.

Belum ada putusan. Tapi publik mulai ramai membicarakan. Rekaman kesaksian Aira tersebar. Banyak yang terkejut—bukan karena kisahnya, tapi karena ketenangannya saat menceritakan neraka yang pernah ia alami.

Komentar di media sosial mulai berubah:

“Aku pernah di posisi Aira. Tapi aku tidak sekuat dia.”

“Aku menangis dengar dia bilang, ‘Saya sempat percaya bahwa saya tidak berguna’.”

“Terima kasih, Aira. Kamu buat banyak dari kami ingin bicara.”

Malamnya, Aira duduk di balkon .

Hujan gerimis. Suara rintiknya menenangkan

“Aku belum menang.”

Katanya pelan.

“Aku berdiri di ruang sidang. Tapi yang kuhadapi bukan hanya pelaku, bukan hanya hukum, tapi juga diriku yang lama—yang dulu memilih diam.

Hari ini aku berdiri. Bukan karena aku tak takut. Tapi karena aku tahu, aku tidak bisa hidup setengah-setengah lagi.

Aku pantas merdeka. Dan aku tidak akan pulang ke sangkar.”

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!