Terlambat menyatakan cinta. Itulah yang terjadi pada Fiona.
ketika cinta mulai terpatri di hati, untuk laki-laki yang selalu ditolaknya. Namun, ia harus menerima kenyataan saat tak bisa lagi menggapainya, melainkan hanya bisa menatapnya dari kejauhan telah bersanding dengan wanita lain.
Ternyata, melupakan lebih sulit daripada menumbuhkan perasaan. Ia harus berusaha keras untuk mengubur rasa yang terlanjur tumbuh.
Ketika ia mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Sebuah insiden justru membawanya masuk dalam kehidupan laki-laki yang ingin ia lupakan. Ia harus menyandang gelar istri kedua, sebatas menjadi rahim pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. LANGKAH YANG SALAH
"Hei, kok bengong, sih?" Damar menggerakkan telapak tangannya di hadapan wajah Fiona, dan membuat wanita itu refleks mundur beberapa langkah.
"Kamu tuh gimana, sih? Kamu sendiri yang balas chat aku tadi, dan minta aku datang kesini nyusul kamu, temeni kamu belanja. Tapi pas aku datang, kamu malah kayak gini. Kayak kaget pas aku datang. Kenapa?" Lelaki itu terlihat kecewa.
"Aku yang chat Mas Damar dan nyuruh kesini susul aku?" tanya Fiona memastikan.
Damar mengangguk. "Iya, nih...." Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari balik saku jas dan memperlihatkan pesan yang dikirim Fiona.
"Mas, aku mau ke Mall Central Park bareng Agnes dan Mas Teddy, susul aku ya temenin belanja. Langsung ke lantai dua aja, mau beli perlengkapan bayi juga soalnya." Isi pesan tersebut.
Fiona tercengang, ia benar-benar tidak merasa telah mengirim pesan itu. Apalagi berpikir untuk meminta Damar menyusulnya ke Mall. Seingatnya, ia tidak lagi membalas pesan terakhir lelaki itu saat Agnes tiba-tiba masuk ke kamarnya dan mengajaknya untuk berbelanja perlengkapan bayi. Bahkan ia tidak tahu kemana mereka akan berbelanja, tapi dalam pesan tersebut tertulis secara detail, tempat dan posisi tujuannya.
"Oh, aku tahu sekarang. Sepertinya kamu lagi mengalami yang namanya pregnancy brain," ucap Damar yang memperhatikan Fiona nampak bingung.
"Sepupuku juga sering gitu dulu saat hamil. Karena perubahan hormon, mempengaruhi kinerja otaknya, khususnya dalam memori dan konsentrasi. Ya jadi sering lupa, kayak kamu gini. Tapi gak apa-apa, aku maklumi, kok. Yang penting, sekarang aku udah di sini." Lelaki itu tersenyum.
Sedangkan Fiona masih nampak tercengang. Dengan kesadaran penuh, ia benar-benar yakin tak pernah mengirim pesan itu pada Damar.
"Mas, bisa tunggu di sini dulu? Aku mau ke toilet sebentar," ujar Fiona.
"Mau aku temani?" tawar Damar.
Fiona menggeleng. "Gak usah. Mas Damar tunggu di sini saja."
"Oh, ok. Tapi kamu hati-hati."
Fiona hanya merespon dengan anggukan pelan. Ia menyimpan kembali bando pita berwarna pink itu di tempat semula lalu segera ke toilet.
Damar terus memperhatikan Fiona hingga wanita itu tenggelam dalam keramaian, kemudian berbalik memusatkan perhatiannya pada deretan aksesoris bayi perempuan yang menggemaskan. Ia tersenyum, membayangkan anaknya bersama Fiona nanti juga perempuan, dan terlihat cantik dengan memakai berbagai aksesoris tersebut.
Sementara itu, sesampainya di toilet. Fiona menatap pantulan wajahnya di cermin sembari menarik nafas dalam-dalam. Ia benar-benar yakin tidak sedang mengalami pregnancy brain seperti yang dikatakan Damar. Untuk memastikan, ia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan membuka aplikasi berwarna hijau yang biasa digunakannya.
"Ini lagi di kantor baru selesai meeting. Sekarang udah mau balik ke pondok karena udah gak ada kerjaan lagi."
Hanya itu percakapan terakhirnya dengan Damar beberapa waktu lalu. Ia sudah tak membalas pesan tersebut. Tapi kenapa, pada ponsel Damar ia mengirim pesan balasan dan meminta lelaki itu datang menyusulnya ke Mall, yang bahkan sebelumnya ia tidak tahu jika Agnes dan Teddy akan mengajaknya membeli perlengkapan bayi di tempat ini.
Untuk memastikan lagi kebingungannya. Ia pun menghapus aplikasi hijau tersebut lalu mengunduh ulang dan memulihkan chat dari cadangan. Setelah verifikasi selesai, keduanya matanya membulat begitu melihat riwayat pesan yang sama persis seperti yang terkirim pada Damar.
"Ini gak mungkin!" Ia menggeleng tak percaya.
*****
"Mas, kenapa sih dari tadi diam aja? Ayo dong bantu pilih-pilih." Agnes menyenggol lengan suaminya yang nampak melamun.
"Sayang, gak seharusnya kita ninggalin Fiona berdua saja sama Damar. Gimana kalau ada yang lihat mereka dan menyebarkan rumor yang tidak-tidak?"
Agnes menghela nafas, ternyata sejak tadi suaminya diam karena memikirkan Fiona. "Mas, siapa yang akan menyebarkan rumor seperti itu? Mereka juga tahu kalau Fiona dan Damar itu akan menikah dan tetap akan melangsungkan pernikahan mereka setelah bayi itu lahir!"
"Aku tahu. Tapi setidaknya mereka harus bersabar sampai ini semua selesai. Gak bisa seenaknya bertemu seperti ini. Walau gimanapun Fiona itu istri aku juga sekarang!" ujar Teddy dengan nada yang tegas. Walau penjelasan Agnes benar adanya, tapi tetap saja ia tak bisa menerima kebersamaan Fiona dan Damar saat ini.
Agnes terdiam dengan hati yang meradang. Untuk yang pertama kali Teddy tak mengindahkan ucapannya. Bahkan dari maksud perkataan sang suami, ia menangkap kecemburuan yang tak seharusnya ada untuk Fiona. Wanita itu hanyalah seorang rahim pengganti yang tak pantas dicemburui oleh suaminya.
"Lalu, Mas mau apa sekarang?" tanya Agnes menatap suaminya.
"Belanjanya kita lanjutkan lain kali saja. Sekarang Kamu bawa barang-barang yang sudah ada ke kasi. Aku akan panggil Fiona lalu kita pulang," ujar Teddy lalu pergi menuju tempat dimana tadi ia meninggalkan Fiona dan Damar.
Agnes membuang nafas kasar menatap kepergian suaminya.
Damar menoleh begitu menyadari keberadaan Teddy di sampingnya. Ia menatap lelaki itu dengan kening mengkerut. Dari tatapannya, Teddy seperti tidak menyukai kehadirannya. Tapi ia tidak peduli. Ia datang kesini hanya untuk memenuhi permintaan Fiona yang meminta ditemani berbelanja.
"Mana Fiona?" tanya Teddy tanpa berbasa-basi.
"Ke toilet," jawab Damar singkat.
Teddy pun hendak menyusul ke toilet, namung urung begitu melihat Fiona sudah berjalan ke arah mereka.
"Kita pulang sekarang," ucapnya begitu Fiona telah berdiri di hadapannya.
Fiona mengangguk, kemudian melirik Damar yang dari ekspresinya tampak keberatan. "Mas, aku pulang dulu," pamitnya.
"Tapi kamu belum belanja apapun, loh. Kamu sendiri tadi yang bilang minta ditemani belanja," ujar Damar.
Teddy seketika menatap istri ke-duanya itu meminta penjelasan. Namun, Fiona hanya mampu menggeleng pelan tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun, sebab tak tahu harus memberikan penjelasan seperti apa. Teddy juga tidak akan percaya jika ia mengatakan tak pernah mengirim pesan itu pada Damar.
"Silahkan kalau kamu mau pulang. Fiona biar aku nanti yang antar pulang."
Teddy mengalihkan pandangannya pada Damar. Menatap lelaki itu dengan lekat. "Gak perlu. Fiona akan pulang bersamaku sekarang. Dan satu lagi, tolong jangan dekati Fiona selagi dia masih berstatus sebagai istriku," ucapnya lalu menarik tangan Fiona pergi dari tempat itu.
Damar berdecak pelan sembari menghempaskan sebelah tangannya ke udara. Ia terus menatap kepergian suami istri itu dengan perasaan yang berkecamuk. Seharusnya Teddy tak bersikap demikian. Ia semakin yakin bahwa lelaki itu telah menyukai Fiona, bahkan mungkin berencana untuk tetap mempertahankan Fiona sebagai istri keduanya.
Teddy membawa Fiona menghampiri Agnes di bagian kasir. Bertepatan dengan istri pertamanya itu yang telah selesai melakukan pembayaran. Ia pun langsung mengambil alih barang belanjaan yang belum semuanya terbeli, lalu mengajak kedua istrinya menuju tempat mobilnya terparkir.
Teddy memasukkan barang belanjaannya di bagasi, lalu masuk ke bagian kemudi. Agnes pun duduk di samping suaminya, sementara Fiona di bagian kursi penumpang.
Tak ada obrolan sepanjang perjalanan. Agnes melirik suaminya yang tampak sesekali memperhatikan Fiona dari spion di depannya. "Sepertinya aku sudah mengambil langkah yang salah dengan membawa Fiona masuk kedalam rumah tanggaku," gumamnya dalam hati.
buat damar berusahalah karena bukan hanya maaf Fiona yang bakalan susah kamu dapat nantinya tapi jga keluarga besarnya karena fio itu putri kesayangan jadi selamat berjuang semoga semesta menjodohkan kamu sama fio
🤭🤭🤭 eh salah semoga Mak nur menjodohkan kamu ama fio
Ngak usah ngimpi mau punya dua istri kalau belum bisa bersikap adil bijak dan tegas kamu ,
jangan cuma mikirin perasaan kamu pikirkan juga perasaan Fio ... Fio itu manusia bukan boneka Fio punya hati nurani
ayo Damar tetap semangat jgn kendor terus perjuangkan cinta mu lewat jalur langit selalu langit kan doa"mu rayu tuhanmu, dan jangan lupa kamu harus jujur dgn masa lalu mu,, belajar jadi imam baik untuk calon bidadari surga mu ❤️🥰