NovelToon NovelToon
Pernikahan Kilat Zevanya

Pernikahan Kilat Zevanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang wanita kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.

Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan kekasih yang terobsesi padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

SELAMAT MEMBACA

Zevanya membuka gorden jendela, matahari pagi menerjang dengan cahaya berwarna kuning keemasannya yang menghangatkan. Rumah mereka berada di kompleks perumahan sederhana, warga di sini tidak terlalu menutup diri seperti di kompleks perumahan elite keluarga Sanjaya. Bahkan penjual sayur ataupun ikan terlihat berlalu lalang. Ibu-ibu segera mengerubungi penjual langganan mereka.

Zevanya tersenyum melihat bagaimana ibu-ibu mencolek teman di samping untuk bergosip, sungguh pemandangan yang jauh lebih hidup setelah akhir-akhir ini tinggal di rumah sang mertua.

“Selamat pagi istriku, sungguh membahagiakan melihat senyumanmu yang mengalahkan sinar mentari.” Ujar Wira seraya memeluk pinggang Zevanya dari belakangnya.

Gadis itu terkekeh, suaminya ini semenjak berada di rumah baru begitu pandai menggombal. Terlihat sangat jauh berbeda dengan seorang Wira saat pertama kali bertemu. Wira saat itu memang pria yang baik, sopan dan santun. Tetapi terlihat sangat dingin, membuat segan untuk berinteraksi.

“Mas sudah pandai menggombal dan menyentuh-nyentuh sekarang, apakah karena di rumah baru?” kelakar gadis itu, perlakuan Wira yang seperti ini membuat Zevanya mulai terbiasa dengan keberadaannya.

“Of course, karena ini rumah kita. Rasanya beda aja dengan tempat tinggal yang dulu dan juga rumah Sanjaya.” Zevanya mengangguk setuju, ia merasa lebih tenang dan juga leluasa di sini. “Tapi Zev, jangan salahkan aku yang begini. Salahkan dirimu yang seperti magnet yang membuatku ingin melekat,” Wira memiringkan kepala lalu mencium pipi gadis itu dengan gemas. Semerbak aroma mawar dapat pria itu cium dari tubuh istrinya. Sungguh menenangkan.

“Ihhh, Maasss. Jangan panggil Zev... Zev..., nggak suka.” Gadis itu protes akan namanya yang dipotong yang menyerupai panggilan untuk pria.

“Kenapa? Ini panggilan sayang, panggilan romantis,” Wira terkekeh akan jawabnya sendiri, pria itu juga menyadari tingkahnya yang berbeda dari biasanya. Ia seolah menjadi dirinya sendiri lagi, terakhir kali ia begitu lepas, sering tersenyum dan jahil seperti ini saat ia bersama kakanya—Raihana.

“Nggak ada romantisnya sama sekali,” gadis itu mencubit pelan punggung tangan sang suami, namun dengan cepat pria itu kunci dalam genggamannya.

“Terus mau dipanggil apa? Zeva, Anya atau dhita?” karena nama istrinya Zevanya Pandhitha, maka Wira mengambil bagian potongannya.

Zevanya memberengut, “Kalau panggilan Zeva, Mas sering potong jadi Zev. Terus Dhita itu terkesan aneh karena nama keluarga. Tapi keduanya lebih baik daripada Anya, yang bikin ingat sama mantan—“

“Oh, stop nyonya Wira. Anda tidak diperbolehkan mengingat lelaki lain selain suamimu.” Wira membungkam Zevanya dengan salah satu jari telunjuknya.

Zevanya memasukkan jari telunjuk itu ke dalam mulut dan menggigitnya, tidak menyadari perbuatannya itu dapat membangkitkan sesuatu yang selama ini telah tertidur.

Bibir pria itu berdesir, pandangannya sedikit mendongak ke atas. Sesaat kemudian, bibir yang berdesir itu sempurna membenamkan diri pada leher jenjang beraroma mawar yang sejak tadi terus menggoda dan melambai.

Mendapatkan serangan mendadak tersebut tentu saja membuat tersentak, namun gadis itu tidak dapat berbuat apa-apa. Pergerakan telah dikunci oleh sang suami yang begitu asiknya mengecup dan menghisap, meninggalkan jejak kepemilikan.

“Mmm—Mas,” gadis itu merasa resah atas perlakukan suaminya. Tidak menyangka juga reaksi suaminya akan seperti ini, membuatnya mulai menyesal atas dirinya yang berniat bercanda tetapi malah diartikan lain olehnya.

Wira membalikkan tubuh mungil itu dengan mudah, dan tanpa aba-aba mengecup bibir tanpa liptint tersebut dengan dalam melantunkan bunyi harmoni. Dan ketika menyadari tubuh Zevanya menunjukkan reaksi bergetar, ia segera menghentikan aksinya. Istrinya bergetar dan ketakutan sekarang, apa dia terbayang lagi akan kejadian itu?

Wira menyatukan kening mereka, matanya sedikit sayu. “Maaf, Mas.” Bisik Zevanya merasa bersalah.

Wira memberi jarak, mengangkat wajah itu membuat tatapan keduanya bertemu. “Tidak Aya, mas yang salah. Maaf, tidak bisa mengendalikan diri.” Ujarnya. Sebenarnya ia juga ingin melakukan lebih, tetapi melihat ketakutan Zevanya membuatnya tidak tega dan mengurungkan niat.

“Aya?” gadis ini terpaku.

“Kenapa? Kamu tidak suka dengan panggilan itu? Aku bisa menggantinya, jika kamu—“ ucapan Wira terpotong oleh gelengan Zevanya.

“Tidak Mas, aku suka. Hanya saja, baru mendengar panggilan seperti itu lagi untukku.” Jelas gadis itu, pandangan menerawang jauh seolah mengingat sesuatu.

“Jadi, ada seseorang yang memanggilmu seperti itu selain aku?” Zevanya merasakan nada berbeda dari sang suami, tetapi gadis itu memilih mengangguk. Mengiyakan.

“Siapa? Apa dia seorang yang spesial?” Kini Wira tidak dapat lagi menutup rasa tidak nyaman di hatinya, pria itu pun menyerukannya dengan gamblang.

“Iya, bahkan sangat spesial.” Zevanya yang tidak menyadari malah menjawab pertanyaan tersebut dengan tenang, raut wajah Wira perlahan berubah. Pria itu melepaskan genggaman tangannya pada Zevanya, dan mundur beberapa langkah dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan. “Beliau bapakku!” lirih Zevanya.

Menghentikan langkah Wira yang sudah berbalik ingin pergi, namun ia masih dapat mendengar dengan jelas jawaban Zevanya membuatnya kembali menoleh kepadanya. Dapat Wira lihat, mata gadisnya berkaca-kaca.

“Aya adalah panggilan dari almarhum bapak untukmu?” tanya Wira memastikan pendengarannya, tepatnya untuk menenangkan hatinya yang sempat panas akibat rasa baru yang muncul dan berkembang. Wira tidak bodoh untuk mengartikan hal tersebut.

Zevanya kembali mengangguk, mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghalau sesuatu yang akan luruh.

Wira berjalan mendekat, dan memeluk istrinya. “Jika ingin menangis, menangis saja. Tidak usah ditahan.” Bisiknya yang malah membuat pertahanan Zevanya runtuh, ia menangis sesenggukan dalam pelukan suaminya.

Mendengar tangisan Zevanya membuatnya hati Wira ikut teriris, tapi ini hal baik untuk meluapkan beban agar hati istrinya merasa lega.

“Nanti kita ziarah ke makam bapak,” ujar Wira seraya mengusap rambut istrinya, Zevanya tidak menjawab hanya mengangguk dalam pelukan. Rasa rindu yang paling berat adalah rindu pada mereka yang telah tiada. Alamnya dan alam kita tidak lagi sama, membuat rindu ini semakin menyakitkan.

Beberapa saat kemudian, pelukan keduanya terlepas. Wira mengusap bulir bening yang masih mengalir di pipi Zevanya, dipandangnya manik mata indah itu dan mengecupnya satu persatu.

“Sekarang kita sarapan, ya,” ajak Wira mengusap rambut hitam legam itu. Tetapi sang empunya tidak menjawab malah fokus pada jejak air matanya yang tertinggal di kemejanya.

“M-maaf Mas, baju kamu jadi basah karena air mataku.” Cicitnya merasa bersalah. Tetapi Wira malah terkekeh, merasa lucu dengan ekspresi istrinya. Mata merah dengan bibir yang melengkung ke bawah.

“Cuci muka dulu deh, wajah kamu jelek banget kalau lagi sedih begini.” Zevanya manyun merasa diejek.

“Bibirnya jangan gitu, nanti aku sosor. Kamu mau?” Wira mengangkat alis, istrinya ini suka sekali memancing, namun tidak ingin bertanggung jawab. Kalau begini, dirinya yang harus menggigit bibir.

Zevanya membuang muka karena malu, lalu berlari masuk ke kamar mandi untuk menghindari suaminya yang ternyata pria mesum. Bersyukur Wira tidak mengetahui pemikirannya, kalau tidak. Pria itu akan langsung menunjukkan bagaimana itu pria mesum yang sesungguhnya.

1
Eliermswati
wah keren wira emng bnr klo dah d buang buat ap d pungut lg bkn rmh tangga jd berantakan
Karina Mustika
langsung nikah aja nih..
Naaila Qaireen: Hehehhe, iya kak😅
total 1 replies
Nazra Rufqa
Nunggu dari lama kak, akhirnya ada karya baru... moga sampe tamat ya.
Nazra Rufqa
Mampir kak thor/Smile/
Naaila Qaireen: Siap kak, moga suka🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!