NovelToon NovelToon
Dilema Raisa

Dilema Raisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Chicklit
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

Setelah mengatakan itu. Suasana masih hening,tidak ada yang berani membuka suara. Hanya terdengar deru nafas raisa yang menahan amarah.

Raisa memandang semua orang yang ada di sana dengan tatapan dingin dan menusuk. Tidak ingin amarah nya semakin memuncak. Raisa memutuskan untuk pergi dari sana.

Dengan isak tangis yang mulai terdengar, Raisa berlari sekuat tenaga meninggalkan halaman rumah Atun. Hujan lebat tiba-tiba turun, seolah langit ikut menangisi nasibnya.

Namun Raisa tidak peduli. Ia terus berlari menembus hujan deras dan terpaan angin malam. Cuaca malam itu seperti mencerminkan hatinya—dingin, kacau, dan penuh luka.

Di satu sisi, ia disayangi oleh suami, namun di sisi lain, dibenci oleh mertua dan keluarga sang suami.

Gaun yang dikenakannya kini basah kuyup. Sandal hak tingginya telah ia tanggalkan, membuat langkahnya ringkih dan menyedihkan di atas trotoar malam itu. Dinginnya malam menambah pilu yang telah menyesakkan dadanya.

---

Sementara itu ,Iwan. Dia sedang memarahi ibu nya dan mantan kekasih nya.

"Kamu hana...untuk apa kamu datang lagi kedalam kehidupan. ku setelah beberapa taun kau pergi meninggalkan ku!" teriak iwan dengan lantang, membuat hana ketakutan dengan amarah iwan yang memang jarang terlihat oleh semua orang.

"Jangan membentak seorang perempuan wan." sela atun berusaha mencoba meredakan emosi nya.

Iwan menoleh, menatap ibunya dengan tatapan meremehkan.

"Ibu ngomong begitu ke aku? Serius?" ejeknya sambil terkekeh pelan, seolah menganggap perkataan ibunya itu cuma lelucon.

Atun mengerutkan kening, bingung dan terluka. Putranya yang selama ini dikenal sopan dan patuh, tiba-tiba bersikap dingin dan menghina. Ada sesuatu yang berubah dan itu membuatnya merasa asing terhadap darah dagingnya sendiri.

"Wan, kenapa kamu jadi begini sama Ibu?" tanya Atun lirih, dengan wajah yang mulai dibasahi air mata. Suaranya bergetar, mencampur sedih dan kecewa.

Namun Iwan hanya diam. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Dia berdiri kaku, menatap kosong ke arah hujan yang mengguyur halaman.

Hujan deras malam itu menjadi saksi bisu. Angin berdesir liar, menggulung bersama kekecewaan yang mengendap dalam hati Iwan rasa sakit yang tak pernah ia ucapkan, namun tumbuh diam-diam di antara hubungan darah mereka.

"Kenapa ibu selalu bersikap kasar pada istriku?" tanya nya lirih,pandangan nya masih tetap fokus pada hujan.

Atun menggeleng pelan, suaranya lirih namun penuh keyakinan.

"Karena menurut Ibu, dia bukan istri yang baik. Lihatlah dirimu sekarang, Iwan... Sejak menikah dengannya, kamu berubah. Kamu jadi pembangkang. Tidak ada lagi Iwan yang dulu—anak yang patuh dan penuh kasih pada ibunya."

Ia menatap putranya penuh harap, seolah yakin bahwa ucapannya akan menyadarkan Iwan dari apa yang menurutnya adalah kesalahan besar.

Namun yang tidak disadari Atun, kalimat itu justru seperti pisau yang menancap di hati Iwan.

Iwan sontak menoleh cepat, menatap ibunya tajam. Sorot matanya menyala penuh tekanan.

"Apa yang Ibu bilang barusan?" tanyanya, suara rendah namun tegas, seakan menahan badai yang siap meledak kapan saja.

Sebelum Atun sempat menjawab, suara lain memecah ketegangan.

"Turunkan pandanganmu, Wan. Dia ibumu... surgamu ada padanya," sela Hana tiba-tiba, membuat semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Iwan.

Hana mengira ucapannya akan membuatnya tampak bijak, pahlawan keluarga. Tapi tidak. Reaksi Iwan justru membuatnya membeku.

Iwan melangkah perlahan ke arah Hana. Tatapannya dingin menusuk.

"Kamu siapa? Beraninya ikut campur urusan keluargaku?" ucapnya datar, tanpa ekspresi.

Wajah Hana memucat. Ada rasa takut yang menyelinap, tapi ia mencoba menyingkirkannya. Ia menelan ludah, memberanikan diri untuk bicara lagi.

"Benar... perempuan itu telah mengubahmu menjadi pria dingin dan—"

"DIAM!!!" bentak Iwan tiba-tiba, tepat di depan wajah Hana.

Hana refleks menutup telinganya. Tubuhnya gemetar ketakutan. Suasana membeku seketika.

Sari, yang sedari tadi hanya menyaksikan, akhirnya maju. Ia menggenggam tangan Iwan dengan lembut, mencoba menenangkan adiknya.

"Sudah cukup, Wan... Tahan emosimu. Jangan sampai kamu kehilangan kendali. Lebih baik sekarang, susul istrimu..."

Mendengar kata-kata Sari, Iwan terdiam. Sebuah bayangan cepat melintas di benaknya—Raisa yang berlari keluar rumah, tubuhnya diguyur hujan deras, wajahnya penuh luka dan kecewa.

“Raisa…” gumamnya pelan, seolah baru sadar akan kesalahannya.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi, Iwan segera berbalik dan berlari. Langkahnya tergesa, menerobos hujan malam yang makin lebat. Ia tak peduli basah kuyup, yang ada di pikirannya hanya satu mencari Raisa.

Di tengah-tengah hujan yang masih lebat,iwan dengan mengendarai motor nya itu mencari raisa keseluruh jalan.

Pandangan nya ia tajam kan,setiap penjuru ia mencari nya,"Kemana kamu sayang?" lirih nya pelan,merasa sangat prustasi.

"Maaf kan aku sa...maafkan aku" isak nya ,air matanya luruh begitu saja.

--

Kembali pada Raisa. Tubuhnya berdiri kaku di atas jembatan tua yang sepi, hanya diselimuti cahaya temaram dari lampu jalan yang berkedip pelan. Hujan belum berhenti, membuat bajunya menempel erat pada tubuh mungilnya.

Ia menunduk, menatap kosong ke arah air yang mengalir deras di bawah sana.

Perlahan, ia melihat jam kecil yang masih melingkar di pergelangan tangannya. Jarumnya menunjuk ke angka dua belas.

"Sudah pukul dua belas malam…" bisiknya lirih.

Raisa menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang terus ingin keluar. Bukan hanya dingin yang menggigilkan tubuhnya, tapi juga ketakutan yang merayap dalam hati. Ia terlalu takut pulang. Takut membuat ibunya terluka saat melihat dirinya dalam keadaan seburuk ini basah, kacau, hancur.

"Hey apa kau gila?" teriak seorang pria di dalam mobil. Teriakan itu membuat raisa menoleh.

Raisa masih terdiam menatap pria asing tersebut,"Hey apa kau bisu?" teriak pria itu lagi.

Lagi-lagi raisa hanya terdiam,matanya menyipit ingin melihat dengan jelas pria yang meneriaki nya itu.

Namun,saat ia sedang memfokus kan penglihatan nya. Kepalanya terasa berat dan berkunang-kunang.

Raisa memejamkan matanya ,perlahan tangan nya spontan memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit.

BRUGH....

Akhirnya raisa tumbang dan tergelak di atas trotoar , di bawah guyuran hujan.

Pria asing itu terhenyak kaget,dengan cepat turun dari mobil nya dan menghampiri raisa yang sudah tidak sadarkan diri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!