Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Terlalu Jahat
Maira diam sepanjang perjalanan. Kini mereka sedang menuju ke rumahnya, dimana bibi sedang berada di sana. Bara memperhatikan gadisnya yang hanya diam.
Ia mendekati Maira, berusaha meraih jemari gadis itu namun Maira menepisnya pelan. Bara menyunggingkan senyum, Maira memang keras kepala. Ia berbeda sekali dengan para perempuan lain yang pernah mendekatinya dengan segala cara.
"Bee, terimalah takdirmu," ujar Bara sambil melirik Maira lewat ekor matanya yang tertutup kacamata hitam.
"Siapa kau, Tuan Bara, mengatur takdirku," balas Maira ketus.
"Kau memang berani, Sayang," desis Bara dengan seringai di bibirnya.
Dimas yang sedang menyetir memperhatikan tuannya itu. Ia baru kali ini melihat Bara begitu bersemangat saat berada di samping perempuan. Lalu tatapannya beralih pada Maira, Gadis cantik yang kini semakin dewasa, penakluk hati Barata Yuda.
"Ayo turun."
Maira dan Bara turun setelah sampai di depan rumah bertingkat milik keluarganya. Maira menekan bel. Bibi membuka pintu, senyumnya mendadak hilang melihat siapa yang datang.
Ia bergetar ketakutan, teringat saat pertama kali Bara datang ke rumah itu dulu. Lalu tatapannya beralih pada Maira.
"Mai ..."
"Bibi, aku pamit ya. Aku akan pulang bersama Mas Bara," ujar Maira berusaha terlihat setenang mungkin.
"Mai, kau yakin?"
"Apa maksudmu?" Terdengar suara Bara menyela saat ia mendengar bibi menanyakan keyakinan Maira tentang kepergiannya.
"Ti-tidak Tuan. Tolong jaga keponakanku dengan baik," sahut Bibi terbata-bata. Bara tidak menjawab.
"Rani dan Paman mana, Bi?" tanya Maira, matanya masuk mengedarkan pandangan.
"Rani sedang kuliah, Mai. Hmmmmm, Paman sedang di pabrik."
"Baiklah tak apa, Bi. Aku titip salam untuk mereka. Aku pamit Bi." Maira memeluk bibi haru. Setidaknya, kini ia pergi dalam keadaan sudah berdamai dengan Bibi.
Bibi tidak bisa melakukan apapun selain melepaskan kepergian Maira dengan berat hati. Ia tersentak, berarti Maira telah menolak lamaran Arya.
Ia menatap sedih punggung keponakannya yang sudah semakin menjauhi rumah dan menghilang masuk ke dalam mobil.
Kalau saja dulu ia tidak mengusir Maira. Sesal bibi dalam hati.
"Kita berangkat. Persiapkan dirimu, Maira, untuk membayar kepergianmu kemarin," bisik Bara dingin. Maira membuang muka.
"Aku benci padamu!"
Ah, Maira, aku sangat merindukan kata-kata itu keluar dari bibirmu. Batin Bara penuh rindu.
***
Maira sampai di Jakarta, ia segera ke kamar. Tidak peduli pada Sofia yang menunduk hormat ketika menyambut kedatangannya.
Maira melempar tasnya kesal. Ia berteriak lalu melempar apa saja yang ada di kamar itu. Bara hanya memperhatikannya sambil bersandar pada pintu kamar. Ia melihat Maira yang sedang melampiaskan kemarahan dengan santai. Membiarkan Maira melempar apa saja dan berteriak sesuka hatinya.
Lalu dengan satu gerakan cepat, ia merengkuh tubuh yang sedang dikuasai emosi itu dari belakang. Maira berusaha mengatur nafasnya yang tersengal.
"Kau terlalu jahat, Mas Bara," ujar Maira lirih dengan isak yang mulai terdengar.
Bara memeluk Maira erat. Berusaha merasakan kesedihan, kekecewaan dari gadis itu. Ia memang egois, namun, ia tidak ingin kehilangan Maira lagi.
"Aku takut kehilanganmu, Bee. Mengapa kau tidak mau mengerti?" bisik Bara lembut.
"Bohong! Mengapa kau tidak mengurung para perempuan yang bersedia dengan suka rela menuruti semua keinginan gilamu itu saja?!" sahut Maira meledak.
"Tidak, aku hanya mau kau," balas Bara pelan.
"Bohong! Ada berapa banyak perempuan yang sudah duduk di pangkuanmu itu? lalu yang kau giring ke dalam tempat tidur ini? Kurung saja mereka! jangan aku!" erang Maira dengan emosi yang semakin memuncak. Kenangan saat ia melihat Bara yang sedang bermesraan dengan perempuan lain waktu itu kembali membuka luka lamanya yang perlahan sembuh.
"Banyak perempuan yang sudah duduk di pangkuanku, Bee. Tapi aku tidak pernah meniduri mereka."
"Kalau kau boleh membiarkan perempuan lain duduk di pangkuanmu, maka biarkan aku juga duduk di pangkuan pria lain!" desis Maira setelah selesai dengan isak tangisnya.
Bara mengendurkan rengkuhannya. Ia membalikkan Maira, lalu mendorong Maira hingga terjerembab ke atas ranjang.
"Jangan berani mengaturku! aku yang akan mengaturmu!" ujar Bara dengan suara menggema. Maira menatapnya dengan mata menantang.
"Apa? Kau boleh mengaturku, Mas Bara. Tapi aku tidak akan segan-segan untuk melanggarnya!" hardiknya sambil menunjuk wajah lelaki itu. Bara meninju cermin yang ada di ruangan itu melampiaskan kekesalannya akan perlawanan Maira. Tangannya mengucur darah segar. Maira panik seketika.
Ia segera menghampiri Bara, meraih tangan lelaki itu yang terluka. Bara membiarkan Maira membebat lukanya. Ada airmata mengalir saat maira mengobati jemarinya.
Bara bisa merasakan, Maira sangat khawatir. Gadis itu sempurna mengobrak abrik hati Bara saat ini.
"Mas, jangan begini, aku tak mau kau terluka," isak Maira tanpa sadar sambil terus membalut punggung tangan dengan luka menganga itu.
"Bee, sudahlah. Apa kau tidak lelah berdebat denganku?" ujar Bara serak. Maira diam sambil meletakkan kembali kotak obat ke atas meja.
Kemudian Maira berbaring tertelungkup, membenamkan wajahnya yang sudah basah. Bara mendekat, ia ikut merebahkan diri, kembali dipeluknya Maira. Sampai kemudian ia tak lagi mendengar isak tangis gadis itu.
Bara ikut terpejam bersama Maira di sore itu. Dalam kamar yang sudah seperti kapal pecah. Sofia naik, ia melihat Bara sudah tertidur tertelungkup bersama Maira.
Ia menutup pintu kamar, tidak mau mengacaukan tidur dua orang yang juga sudah kacau itu.
***
Maira terbangun saat mentari telah hilang berganti rembulan. Bara masih tidur dengan posisi tertelungkup. Maira menatap mata yang sedang terpejam dengan tenang itu penuh perasaan. Ingatannya kembali ke masa lalu.
"Mengapa Mas tidak mau menikah lagi?" tanya Maira saat itu ketika mereka sedang dinner di sebuah restoran.
"Menikah hanya sekali saja, Bee," jawab Bara singkat. Padahal Maira tahu mengapa Bara tidak mau lagi menikah, ia masih trauma.
"Aku ingin menikah tidak peduli dengan siapa, yang jelas aku ingin menikah nanti," timpal Maira sambil memasukkan steak ke dalam mulutnya.
"Aku lebih suka begini, yang penting semua kebutuhanmu tercukupi," tandas Bara.
Maira diam. Tidak mau lagi membahasnya. Saat ini, saat Maira menatap mata yang terpejam itu, banyak sekali keraguan yang ia rasakan, namun di sisi lain hatinya lain juga sesak akan rindu.
"Kau tidak tahu betapa aku sangat tersiksa selama ini, Mas Bara," gumam Maira lirih. Ia beranjak, membereskan kamar yang sudah berantakan dengan Bara yang masih tertidur tenang di atas ranjang.
Maira menuju ruang menari. Sudah lama ia tidak menari. Maira mulai mengganti bajunya dengan lingerie brukat hitam. Ia ingin menghabiskan sisa malam dengan menari hingga lelah. Menguasai tiang tari seperti Bara menguasainya.
Hingga akhirnya, Maira kembali merosot, lalu terbaring lunglai di atas podium. Ia mulai menghitung bintang, mencoba mencari kantuk. Maira tertidur lelap setelah menghitung bintang buatan yang ada di langit-langit podium.
Bara menghampiri Maira. Ia sudah terbangun sedari tadi. Bergegas mencari Maira takut ia kabur lagi. Dan tersenyum lega saat mendapati Maira telah meringkuk di tengah podium.
"Bee, mengertilah," ujar Bara lirih saat mengangkat tubuh itu menuju kamar.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰