**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zalendra sudah tiada
Eca melihat setiap orang yang berfoto dengan hewan dan juga pemiliknya harus membawa orang lain untuk membantu memotret, sedangkan Leo masih berdiri agak jauh dari Eca saat ini.
Leo melihat dari kejauhan, Eca melambaikan tangan padanya. "Apaan sih bocil." Gumam Leo.
"Kaaaaaak!!" Teriak Eca.
Leo berdecak, tapi kakinya terus mendekat pada Eca.
"Apaan?!" Tanyanya.
"Kak, tolong fotoin aku ya, soalnya kan hewannya harus di jaga sama pawangnya masing-masing."
"Repot banget."
Ternyata ada salah seorang pria yang tidak sengaja mendengar percakapan Eca dan juga Leo, "Biar saya aja yang fotoin mba." Tawar pria itu.
"Emang gak apa-apa Mas?"
"Gak apa-apa, cuman fotoin doang kan?" Ucap pria itu ramah.
Saat Eca hendak menyodorkan ponselnya, dengan cepat Leo mengambil dengan tangannya. "Biar gue aja."
Eca tersenyum saat melihat Leo bersikap seperti itu, seperti seorang pacar yang sedang cemburu.
"Mas, maaf ya ... "
"Santai aja mba, nggak apa-apa kok."
Saat ini giliran Eca untuk di foto, dia memilih untuk berfoto dengan ular, Tangan Leo sedikit gemetar, karena dia takut dengan semua hewan reptil apapun itu.
Leo tidak menggunakan ponsel Eca untuk memotret, melainkan menggunakan ponsel miliknya.
Eca bergaya dengan luwesnya, tidak ada rasa takut yang terlihat dari gerak gerik tubuhnya, padahal pose ularnya setengah membelit tangannya.
"Udah."
Eca mengucapkan terimakasih pada pemilih hewan, dan langsung menyusul Leo yang sudah berjalan meninggalkannya.
"Kak! Tunggu."
Nafas Eca terengah-engah saat mengejar Leo.
"Baru segitu doang udah cape." Ledek Leo.
Eca menadahkan tangannya, meminta ponselnya di kembalikan.
"Aku kan tadi suruh foto pake ponselku, kok malah punya kamu?"
"Kualitas kamera ponsel lo jelek."
"Ish ... yaudah kirim fotonya!" Ucap Eca sambil merebut ponselnya dari tangan Leo.
"Udah bawel!"
Eca langsung melihat hasil foto yang di kirim oleh Leo pada ponselnya, "Keren kak, bagus fotonya."
"Masih mau jalan-jalan?"
"Kita jajan—" Belum selesai Eca berbicara, seseorang memanggil sambil berlari kearahnya, dengan kamera yang menggantung di leher.
"ECA!" Teriak Rafli.
Leo dengan cepat menarik Eca agar tidak berjauhan dengannya, saat melihat Rafli menghampiri mereka berdua.
"Kak! Kamu kan sepupu aku di mata Rafli!" Bisik Eca.
Leo tidak mengindahkan itu sama sekali, sampai akhirnya Rafli melihat sendiri kedekatan antara Leo dan Eca.
"Ca, kamu disini juga?" Tanya nya berbasa-basi, padahal pandangannya fokus pada kedekatan Eca dan Leo.
"I-iya Raf." Jawab Eca sekenanya.
Rafli melepas kamera yang menggantung di lehernya, dan dengan spontan menyodorkannya pada Leo. "Kak, boleh tolong fotoin saya sama Eca disini?"
"Hah?!" Sahut Eca reflek.
"Lo nyuruh gue?"
"Minta tolong kak."
"Gak."
Rafli dengan cepat berbalik badan dan berjalan menjauh, saat beberapa langkah berjalan menjauh, Rafli mematung lalu berbalik arah kembali berjalan menuju Eca yang masih berhadapan dengan Rafli, dia menarik lengan Eca dan mengajaknya untuk kembali ke apartemen.
"Raaaf sorry, kapan-kapan aja yah fotonya, aku pulang dulu ...." Teriak Eca sambil tangannya di gandeng oleh Leo agar menjauh dari Rafli.
Rafli yang melihat perlakuan Leo kali ini menaruh sedikit curiga, "Sepertinya dia bukan sepupu." Gumamnya sambil melihat Eca yang sudah menjauh dari tempatnya berdiri.
.
.
"Kakak apa-apaan sih?! Kalau Rafli curiga gimana?"
"Gue cuman jaga nama baik keluarga, di tempat umum lo gabisa seenaknya."
"Lagi-lagi itu. Padahal kakek sama sodara kamu ga mungkin ada di sekitar sini."
"Gak ada yang jamin."
"Tapi bisa lepas tanganku?" Sahut Eca, karena secara tidak sadar Leo terus menggenggamnya.
"Sorry." Leo langsung melepas genggamannya.
***
Zalendra kembali di larikan ke rumah sakit, keadaanya makin memburuk setelah di pulangkan dari rumah sakit kemarin.
Pria tua itu berada di atas brankar dorong menuju ruangan periksa di sebuah rumah sakit dengan beberapa orang tim medis yang membantu dan juga asisten pribadinya. Keadaanya bisa di bilang sangat buruk saat ini.
"Suruh Leo datang sekarang juga." Ujar Zalendra pada asisten pribadinya dengan suara terbata-bata.
Wajah Zalendra sangat pucat, tim medis langsung menanganinya sesampainya di ruangan periksa, dan dia terpaksa harus berpisah dengan asisten pribadinya, Roni."
Roni dengan cepat menghubungi Martin, selaku anak kandung satu-satunya Zalendra, Lalu setelah itu dia akan menghubungi Leo.
***
Di tempat yang berbeda.
Leo sedang berada di minimarket apartemen, setelah puas berjalan-jalan dia di paksa Eca untuk ke minimarket sebentar untuk membeli beberapa camilan, dan Leo menuruti itu.
"Kak ... Nanti malem bikin kue yuk."
"Kayak biasa aja."
"Bisa dong, kan ada internet."
"Buang-buang bahan, mending beli."
Eca memanyunkan bibirnya dan memasang wajah kesal sambil memilih beberapa camilan kesukaannya.
"Kue apaan emang?" Tanya Leo yang ternyata bisa menurunkan egonya kali ini.
"Gak jadi."
"Kue brownies?"
"Beli aja."
"Sebelum gue berubah fikiran mending lo cari bahannya sekarang."
Eca mengembangkan senyumnya, "Tapi bikinnya berdua ya?"
"Hm."
.
.
Eca sudah memenuhi keranjang belanja dengan bahan-bahan kue dan juga camilannya.
"Lo emang ahlinya ngabisin duit." Ledek Leo sambil mengeluarkan dompet di meja kasir.
"Jangan pelit-pelit ah sama istri." Sahut Eca, tangannya sibuk meletakan barang-barang di meja kasir, mendengar percakapan mereka pun karyawan yang melayani ikut tersenyum.
Setelah selesai bertransaksi Eca keluar minimarket dengan senyum sumringahnya, "Ah gak sabaaaar, mau bikin kue bareng." Ucapnya sambil berjalan berlenggak-lenggok, sedangkan semua barang belanjaan di bawakan oleh Leo yang berjalan di belakangnya.
***
Di apartemen, Leo baru melihat ponsel yang sedari tadi berada di sakunya, 10 panggilan tidak terjawab dari Roni asisten pribadi kakeknya.
"Gara-gara ponsel gue di silent." Gumam Leo.
Ternyata Roni juga mengirimkan chat, karena Leo sulit di hubungi. Saat membaca chat tersebut Leo bergegas meletakan barang belanjaan di meja makan.
"Ca, kakek masuk rumah sakit lagi! Cepet siap-siap."Ucap Leo tergesa.
"Hah?! Kok bisa lagi, yaudah bentar aku siap-siap."
.
.
Leo membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, padahal saat itu adalah jam pulang kantor, untung saja jalanan tidak terlalu macet, jadi Eca dan Leo bisa datang lebih cepat ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Leo langsung menuju ruangan yang Roni informasikan melalui chat.
Eca melihat betul, wajah merah Leo. Wajah yang di dalamnya merasakan khawatir, takut dan mata yang sedikit berair.
"Kak ... Kakek gak akan apa-apa." Eca memeluk sebelah tangan Leo di dalam lift.
"Ya, semoga." Jawab Leo, mengusap tangan Eca yang membelitnya lengannya.
Saat keluar dari Lift, di kejauhan Leo sudah melihat Rony yang sedang duduk di depan sebuah ruangan.
"Gimana Kakek?" Tanya Leo pada Roni.
"Lagi di tangani Pak." Sahut Roni.
"Bagaimana bisa begini lagi?"
"Tadi kakek tiba-tiba kejang-kejang saat sedang membaca koran, sayapun kaget di buatnya, lalu tanpa izin dari Pak Martin atau pak Leo saya langsung bawa bapak ke rumah, agar cepat di tangani."
"Terimakasih Pak Roni." Sahut Leo.
Suster memanggil keluarga Zalendra untuk masuk menemui dokter.
Dengan cepat Leo menarik tangan Eca agar wanita itu mengikutnya, Roni pun ada di belakang Eca.
"Mohon maaf Pak, Kami sudah memberikan yang paling terbaik, tapi tuhan berkehendak lain, Pak Zalendra sudah tiada." Ucap dokter mengucapkan keadaan yang sebenarnya pada Leo.