NovelToon NovelToon
Pesona Wanita Terbuang

Pesona Wanita Terbuang

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: dewi kim

Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.

Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.


selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.

Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.

Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Gengs aku update 5 bab, dengan panjang banget aku ngetik ini dari jam 3 pagi dan baru selesai, aku senang benget dapet komen banyak, jadi yul.bisa yu komen di atas 200.

Scroll ya, aku update 5 bab

1

”Mommy!" Panggil Gueen tanpa sengaja dia melihat Helmia sedang berada di depan kamar dan dia berharap ibunya mendengarkan percakapannya dengan Jena.

Helmia tersadar, "Mommy hanya haus,'' ucap Helmia, walaupun sempat merasa terenyuh, tentang Soraya tapi ketika Guen menegurnya, Helmia merasakan gengsi hingga dia langsung melanjutkan langkahnya.

"Aku bingung bagaimana mencairkan hati ibuku, bahkan di masa lalu mommyku juga orang yang sangat keras kepala,'' keluh  Gueen.

***

Helmia masuk ke dalam kamar, dan setelah masuk ke dalam kamar dia langsung berjalan ke arah ranjang lalu membaringkan tubuhnya di sana, dan ketika dia berbaring, dia berusaha memejamkan matanya. Namun, setelah beberapa saat berlalu dia masih belum kunjung  terlelap.

"Kau belum mengantuk?" tanya ZIco hingga Helmia langsung berbalik.

"Kau belum tidur?" Helmia malah balik bertanya hingga kini kedua pasangan suami istri itu berbaring berhadap-hadapan.

"Kenapa? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Zhico.

“Tidak," jawab Helmia.

"Aku mengenalmu selama puluhan tahun dan aku mengingat ucapanmu yang mengatakan bahwa aku tergoda  oleh Soraya, dari situ aku yakin kau pasti menyangka yang tidak-tidak pada Soraya, 'kan?" tanya Zhico, akhirnya dia ada waktu untuk membahas ini dengan Helmia.

"Tidak, aku tidak berpikir begitu," jawab Helmia.

"Lewat wajahmu sudah mengatakan semuanya," kata Zico membuat Helmia berdecak.

"Sampai kapan kau terus seperti ini?" tanya Zico laguli.

"Kenapa kau jadi membela dia?" tanya Helmia.

"Aku yakin di dalam hatimu masih ada sedikit rasa sayang untuknya, hanya saja kau terlalu takut bahwa dia akan mengkhianati keluarga kita."

Helmia langsung terdiam, wajahnya langsung meredup. Ya, terkadang dia merindukan momen-momen bersama Soraya tapi jika mengingat kelakuan nenek Soraya yang menukar Soraya dan Gueen, Helmia selalu menepis perasaan itu.

"Kau tahu saat aku bertemu dengan Soraya di sini, dia bahkan menghindariku, tapi ketika aku menyebut diriku sebagai 'daddy', dia memintaku memeluknya. Aku yakin dia merindukan kita.”

"Kau jangan tertipu, Zhico," ucap Helmia.

Sebenarnya, Zico sadar bahwa helmia sudah sedikit membuka hatinya, tapi Helmia masih terhalang gengsi.

"Coba pegang hatimu, resapi perasaanmu dan kau juga tahu kenapa Soraya bisa terus berada di sisi cucu kita? Karena dia mengatakan dia ingin membalas budi pada kita yang telah membesarkannya, dengan cara menjaga anak Joseph karena Joseph tidak mau mengakui Haura. Dia menolak kemewahan yang diberikan oleh Kalindra karena merasa tidak enak pada kita. Dia pergi karena dia tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman. Lalu, bagian mana lagi yang harus kau ragukan?"

Helmia tertegun ketika mendengar itu dan sekarang hatinya benar-benar terbuka, bahkan sekarang bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata Helmia.

"Aku takut dia menusuk kita dari belakang, bisa saja dia dendam," jawab Helmia.

Zico menggenggam tangan Helmia. "Jika dia ingin membalas keluarga kita, dia tidak akan mungkin di sini dan memberikan semua kenyamanan untuk Jena dan Haura dengan mengorbankan dirinya sendiri. Dia rela duduk di kursi roda, mengabaikan masa mudanya hanya untuk masa depan Haura, apa itu belum cukup?"

Pada akhirnya, pikiran Helmia terbuka. Ucapan Zhico barusan menamparnya.

"Zhi-Zhico," panggil Helmia dengan terbata-bata.

"Tidak apa-apa, besok kita bicara pelan-pelan dengannya."

Tak lama, sekelebat hinaan dia pada Soraya menghantam otak Helmia.

"Aku pernah ...."

"Pernah apa?" tanya Zico.

"Aku pernah melabraknya dan menuduhnya ingin menggodamu hanya karena dia pernah makan siang denganmu."

Zhico membulatkan matanya ketika mendengar itu dari Helmia.

"Kau serius melakukan itu?" tanya Zhico dengan terkejut

Helmia menggigit bibirnya kemudian mengangguk.

"Kenapa kau melakukan itu? Kau tidak biasanya seperti ini. Saat itu aku tidak sengaja bertemu dengannya dan bahkan aku yang menawarkan makan siang bersama karena saat itu aku melihat dia ingin menangis, dan saat itu juga dia menitipkan hadiah untukmu dan itu mungkin hadiah perpisahan karena saat itu dia akan pergi bersama Jena."

"La-lalu, aku harus bagaimana  sekarang?" tanya Helmia hingga mengelus rambut istrinya.

"Seperti yang aku bilang, besok kita cari dan bicara dengannya pelan-pelan," ucap Zico  hingga Helmia mengangguk.

Malam berganti pagi.

Helmia keluar dari kamar kemudian dia berjalan ke arah kamar Haura, sedangkan Jena sedang memasak dan sedari tadi Zico dan Kalindra sudah pergi mencari Soraya.

Helmia masuk ke dalam kamar. Dia tersenyum ketika melihat Haura sedang memainkan tab

"Haura," panggil Helmia hingga Haura menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada tabnya.

"Boleh Nenek lihat kau sedang main apa?" tanya Helmia.

Haura tidak menjawab, dia malah memberikan tab-nya pada Helmia dan dengan cepat, Haura pun turun dari ranjang kemudian dia langsung keluar dari kamar lalu mencari Jena.

Haura paling tidak suka diganggu ketika sedang seperti ini dan sepertinya, barusan Haura tidak suka dengan permintaan neneknya hingga dia langsung memberikan tabnya, tentu saja itu membuat Helmia terkejut.

"Haura, kau kenapa?" tanya Jena. Ketika Haura menghampirinya di dapur. Haura tidak menjawab, dia malah berdiri di belakang punggung ibunya. Jena sekarang mengerti bahwa mood Haura sedang memburuk hingga dia pun langsung membawa Haura untuk duduk di sofa.

"Kenapa?" tanya Jena, seperti biasa Haura tidak bisa mengekspresikan yang dia rasakan, dan tak lama Helmia keluar dari kamar Haura dan sekarang, dia mengerti hingga Jena malah merasa bersalah pada Helmia.

Helmia menekuk kakinya, menyetarakan diri dengan Haura. "Maaf, kan, nenek tidak tau Kau tidak ingin di ganggu.” dan mendengar itu, Haura  malah semakin menyembunyikan tubuhnya di belakang tubuh Jena.

***

"Jena!"  panggil Helmia ketika Jena sedang berada di kamar.

Sedari tadi setelah  makan siang, Jena tidak keluar. Dia masih merasa tidak enak pada Helmia tentang sikap Haura tadi, dan sekarang Haura sudah tertidur karena sedari tadi Haura tidak mau keluar dari kamar.

Ketika mendengar suara Haura, Jena bangkit dari duduknya kemudian dia membuka pintu.

"Ia, bibi," ucap Jena.

"Ayo kita bicara," ajak  Helmia hingga Jena mengangguk lalu setelah itu mereka pun berjalan ke arah ruang tamu.

"Bibi aku merasa tidak enak akan sikap Haura tadi," ucap Jena yang langsung berbicara.

Bukannya menjawab, Helmia malah menggenggam tangan Jena.

"Tak apa, itu sama sekali tidak masalah." Helma

"Bibi belum sempat mengucapkan terima kasih padamu." Jena mengangkat kepalanya ketika mendengar itu.

"Terima kasih telah bertahan, Walaupun saat itu kau tahu Haura divonis down syndrome, tapi kau tidak menggugurkannya. Terima kasih untuk tetap kuat," ucap Helmia dengan penuh ketulusan.

Ketika membahas masa lalu, tentu saja  Jena merasa mellow. "Bibi," panggil Jena.

"Tidak, usah khawatir, Bibi juga akan minta maaf pada Soraya," ucap Helmia membuat mata Jena membulat.

"Benarkah?" tanya Jena.

"Tapi setelah itu kita pulang sama-sama, dan biarkan Bibi yang membalas semua kelakuan orang yang telah menyakiti kalian," ucap Helmia.

1
Adit monmon
Luar biasa
aries
mantap 👍👍👍
Vien Habib
Luar biasa
Devi Sri lestari
Lumayan
Farika Willesden
yaampun air mata GK bisa berhenti gini Thor ampk susah nafasnya
Farika Willesden
Luar biasa
Rafinsa
sok Sok an kabur sih . biar aja dia di kerjain Kelvin
Rafinsa
nanti di jahatin orang baru tau rasa...
Yani Agustyawati
Luar biasa
Rafinsa
egois ...jangan nikah sama janda kalo gitu..
Rafinsa
banyak thypo..
Rafinsa
haura thor.. masak pak ziko meluk kaira...🤣
Rafinsa
Badas queen. aku padamu...🥰🥰
Rafinsa
Luar biasa
Rafinsa
semoga kamu tak akan pernah punya anak.. sebab zolim pada Anan suamimu..
Chin Hong Tan
Luar biasa
Etaya Itay
hadir
aryana bersa
Luar biasa
Ismu Srifah
jagan plin plan jena hidupmu untuk haura bukan hatimu cenderung ke mana
Ismu Srifah
baru sadar hidup dgn orang depresi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!