Dokter Humaira

Gio pergi menemui ibunya,dia ingin berbicara tentang maira.dia melihat ibunya sedang di depan ruang TV;

" Bu, kenapa ibu bersikap begitu sama maira ?" Gio bertanya ke ibunya.

" mas nga ada perempuan Jawa yang cocok ya sama mas?"

" emang kenapa Bu kalau sama maira? dia baik Bu."

" ibu tetap ngak suka mas apa itu"

ibunya lansung bangkit dari tempat duduk dan menuju kamar.

Gio mengerang frustasi. dan tidak disadari maira mendengar percakapan dan penolakan dirinya dari ibu Gio. mairah melangkah kaki mundur dia tidak mau sampai gio mengetahui keberadaannya.. seketika Air matanya menetes, pikiran nya butuh, maira berjalan ke teras rumah gio, dia berpikir untuk kembali ke Jakarta tidak sanggup menerima penolakan dari Gio. tiba-tiba adiknya gio muncul di samping Maira, kak saya mau ke minimarket kakak mau ikut? maira langsung mengakuk setuju, mereka pergi dengan menggunakan motor,

"dek agak jauh juga ya?" tanya maira

" iya kak"

" kakak bole tau sudah lama ya kenal sama mas?" dia bertanya kepada maira.

" belum sampai satu tahun "

" tapi mas belom apa-apa Uda mau kenal Kaka ke ibu, jujur ya kak, saya dan ibu ngak suka mas menikah sama orang luar pulau Jawa, aku meminta kepada kakak tolong jauhilah mas demi kebahagiaan ibuku. dengan sadar adiknya jujur kalau dia juga tidak menyukai maira, maira merasa dirinya terhempas,

"saya enggak tau kalau saya di ajak ke rumah bang gio" maira berbicara terus terang.

sesampai di minimarket, adiknya gio masuk maira minta untuk dia menunggu di depan saja... tp tiba-tiba otaknya berpikir untuk kembali ke Jakarta saat ini juga, dengan secara kebetulan ada bus tujuan Jakarta, tak pakai berpikir maira berjalan cepat ke arah bus tersebut. sedangkan gio terkejut mendengar teriakkan dari adiknya,

"kenapa teriak dek?" gio bertanya kepada adiknya,

"itu bang tadi aku pergi sama kak maira,tp dia tidak mau masu ke minimarket, dia tidak mau masuk ke dalam jadi dia tunggu di depan pas aku keluar dia Uda ngak ada,di cari sekitar pun sudah tidak ada.."

" apa adek bicara sesuatu ke maira!!"gio bertanya kepada adiknya dengan wajah datar, tebakan Gio tepat,tetapi adiknya dengan cepat mengeleng kepalanya. wajah gio memerah kelihatan sangat marah,

disisi lain sepanjang jalan air mata terus menerus mengalir tanpa henti, sebelum busnya bertolak maira mengirim pesan ke gio, dia tidak mau cuman karena dia hubungan sama ibunya tidak baik..

" assalamualaikum bang Maira minta maaf banget jangan salahkan siapa-siapa ini maira saja yg mau balik ke Jakarta. jangan karna maira Abang ribut sama ibu, salam ke ibu ya kalau maira tidak sempat pamit,"maira melihat pesan sudah terkirim ia langsung mematikan handphone nya.

Di bandung, " gio membaca pesan dari maira, ada rasa sesak,dan bersalah, dia pun menuju kamar ibunya kebetulan ada adiknya di sana mereka bercerita sambil tertawa...

" kenapa kalian senang sekali, sudah berhasil membuat perempuan yang saya bawah pergi dari rumah ini?" Gio bertanya kepada mereka dengan tatapan yang sangat datar.

" kamu kenapa mas cuman karena perempuan itu kamu jadi marah keibu. kata adiknya..,gio tidak peduli apa yang adiknya bicarakan.

" terimakasih Bu, gio pamit" gio langsung mengambil kunci mobilnya untuk kembali ke Jakarta menyusul maira.

dia bertekad apapun yang terjadi dia harus bersama maira.

Gio pun menjalankan mobil keluar dari pekarangan rumah itu.gio membelah jalan ke ibukota dengan kecepatan rata-rata.

Sedangkan maira baru sampai di kota jakarta dia langsung pergi ke salah satu mall ya ada di jakarta untuk untuk menghilangkan semua rasa yang tertampung di dalam dadanya.. dia ingin healing melupakan kejadian hari ini. maira mengelilingi mall tanpa membeli barang hanya kopi temani dia hari ini... dalam pikirannya adalah hari ini di tolak mentah-mentah karena dia bukan dari Jawa lucu bukan.. tapi ya sudahlah itu hak mereka.. selama berkeliling maira mengangkat pergelangan tangan melihat jam yang melingkar indah di tangannya, tak terasa sudah hampir jam sembilan malam, maira bergegas memesan taksi, maira akan pulang.

Setiba di rumahnya dia kaget dengan keberadaan mobil Gio, setelah membayar harga taksi maira pun berjalan masuk tapi belum sampai di pintu gio suda menarik tangan maira menuju mobilnya. maira pun masuk, gio langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi maira hanya diam, seketika gio pen menepi dengan cara mendadak, maira kagum bukan main karena hampir saja kepalanya terbentur dasboard mobil Gio, dengan suara lembut maira pun bertanya;

" Abang kenapa marah ?"

"kamu yang dari mana!??? kena HP nya di matikan? kamu sengaja buat Abang marah?" gio berbicara dengan wajah memerah, maira berbalik ke hadapan gio sambil tersenyum sendu, tangannya terulur memegang rahang kokoh Gio sambil mengelus;

" maaf Uda bikin Abang khawatir," maira mau peluk matanya sudah berkaca-kaca, gio pun menarik maira dalam pelukannya, seketika pecah tangis maira sejadi-jadinya, GI mengusap punggung dengan rasa sayangnya, lama sudah dalam pelukan Gio, perlahan maira melonggarkan pelukannya, dia melihat ke wajah gio, dan lagi- matanya harus mengeluarkan air,

" sayang mau ikut Abang ngak" gio berbicara sambil merapihkan rambut maira,

" ke mana bang?"

"Ke KUA" gio berbicara dengan wajah serius. Membuat maira terkekeh,

"Abang nga mau kita berjauhan terus, sayang dengar abang bicara dan jangan membantah

besok kita akan telpon ayah sama ibu d Ternate, setelah itu siapkan surat-surat untuk keperluan nikah kantor." maira baru mau berbicara gio sudah menaruh telunjuk di bibir Maira,

" ibu di bandung itu urusan Abang."

Maira pun hanya mengaku pasrah.

" yang Uda makan!" maira mengeleng gio pun melanjutkan mobilnya d rumah makan.

setelah sampai gio dan maira pun turun dan masuk ke dalam rumah makan,

" bang maira mau ke toilet, pesan maira juga"

gio mengaku, maira pun berjalan menuju toilet.

Gio asik dengan handphone nya seorang wanita cantik Deng baju kurang bahan berdiri di depan gio tanpa gio sadari..

" hai Gio sendirian aja kenapa ngak ngajak aku?, o iya Minggu kemarin ke rumahmu di Bandung, aku juga ketemu ibumu dia masih welcome dengan aku" seketika gio memicing matanya, pikirannya mulai melayang ke di mana dia sama maira ke bandung dan sikap ibunya ke Maira.,dia mulai menarik kesimpulan tak salah lagi ibunya pasti sudah termakan hasutan perempuan di hadapan dia sekarang siapa lagi kalau bukan Fina.

" saya datang sama istri saya itu dia, Vina pun melihat ke arah yang di tunjuk, ia melihat seorang wanita bertubuh mungil, berkacamata dengan rambut d potong pendek, di mata Vina Maira sangat sempurna, tapi gengsinya selangit dia tak mau ada orang lain yang melebihi dia.

Maira mendekat ke Gio, "sayang kenalkan teman Abang, Vin ini maira istri saya, seketika Maira tersendat air liurnya. maira memberi senyum semanis khas maira.