Dinikahi Berandal Kampus

Dua minggu sudah waktu berjalan sejak Zivana pulang terlambat untuk pertama kali dan mengaku bekerja paruh waktu di rumah makan ayam cepat saji. Shaka bahkan sudah mengecek ke restoran tersebut untuk memastikan.

Tadinya Shaka tidak mempermasalahkan pekerjaan Zivana, sebab Zivana sudah menjelaskan semua dan Shaka percaya. Namun ketika ia sering melihat Zivana dan Arjuna pergi bersama ke restoran rasa cemburu dalam dirinya tak mampu lagi ia tahan.

Terlebih ketika ia mendengar kabar dari anak buahnya tentang 'cewek Arjuna' yang disebut oleh mereka.

"Bener, Bos, kita lihat Arjuna sama cewek. Empat hari ini kita stalking dia mulai dari rumahnya sampai kampus. Dan setiap hari setelah dari kampus dia selalu pergi dengan cewek ke restoran ayam cepat saji. Nama restorannya itu ...." Rendi mulai mengingat-ingat.

"Namanya apa, Rel?" tanya Rendi karena benar-benar lupa.

"Chicken Jet," jawab Farel.

"Nah itu, Chicken Jet, Bos. Mereka kerja di sana," lanjut Rendi.

"Ceweknya itu rambutnya hitam panjang, selama empat hari kita lihat gaya rambutnya selalu dikuncir kuda, terus pakai kaca mata juga. Mungkin itu cewek si Juna, Bos," sambung Rendi memperjelas apa yang ia lihat.

"Gimana kalau kita culik aja tu cewek, buat ditukar sama motor Gegep yang kemarin ditahan sama anak buahnya Arjuna, Bos. Gue yakin Arjuna pasti langsung dateng dan nyerahin motornya Gegep," ujar Farel mengusulkan.

Seminggu yang lalu, salah satu anak Bullent Ant bernama Gegep tidak sengaja bertemu dengan Mario dan anak buah Arjuna lainnya. Merasa Gegep sendirian, anak buah Arjuna ramai-ramai menghajar Gegep dan mengambil motor Gegep.

Mendapat laporan seperti itu dari Gegep tentunya anak-anak Bullent Ant tak terima. Selain Gegep yang dibuat babak belur juga motor Gegep yang mereka ambil paksa. Awalnya mereka ingin menyatroni markas Arjuna dan anak buahnya, mereka siap kalau harus perang untuk mendapatkan kembali motor teman mereka.

Namun, Shaka melarang. Takutnya malah akan lebih banyak korban. Shaka tidak mau itu, sebab itulah Shaka mengusulkan untuk mengawasi Arjuna dan mencari titik lemah pria itu.

Tak disangka Shaka justru mendapatkan laporan di luar dugaannya.

"Mereka itu bener-bener kayak orang lagi kasmaran, Bos. Ke mana-mana berdua. Di tempat kerja saja kita lihat mereka seperti nggak mau jauh satu sama lain," timpal Farel menambah bara di dada Shaka.

"Iya, Bos. Kita lihat sendiri soalnya pas kita ngecek ke restoran itu. Di tempat kerja aja mereka udah kayak lem dan amplop, nempel terus." Rendi tak mau kalah untuk semakin membuat Shaka meradang.

Apa benar ucapan kedua anak buahnya ini?

Zivana dan Arjuna?

"Gimana, Bos, kita culik tuh cewek dan pancing Arjuna untuk kembalikan motornya Gegep," desak Farel.

Shaka menatap tajam Farel dan Rendi. Lalu pergi begitu saja tanpa penjelasan.

"Bos, mau ke mana?" seru Farel karena ditinggal begitu saja.

"Mau ke mana, si Bos?" tanya Rendi.

Farel menggedikkan bahu. "Mau buat perhitungan kali ke markas si Jojon—nama celaan yang diberikan anak buah Shaka untuk Arjuna," jawab Farel.

"Ya udah kejar, kita harus bantu si Bos kalau dikeroyok anak buah si Jojon!" seru Rendi.

Shaka langsung menaiki kuda besinya. Disusul Rendi dan Farel.

Mereka pikir ketua geng mereka bakal membalas apa yang sudah anak buah Arjuna lakukan pada Gegep. Mereka pikir juga Shaka bakal datang ke markas Arjuna dan anak buahnya untuk meminta kembali motor Gegep sekaligus membalas dendam. Nyatanya, Ducati hitam sang ketua geng motor berhenti di depan rumah makan ayam cepat saji, Chicken Jet.

Rendi dan Farel saling bertanya lewat tatapan mereka.

"Ngapain bos ke sini?" tanya Rendi.

"Laper kali," jawab Farel asal. Sontak kepalanya langsung ditoyor oleh Rendi.

Tanpa menghiraukan Rendi dan Farel, Shaka masuk begitu saja ke restoran tempat Zivana bekerja. Saat itu pengunjung sedang ramai karena ini adalah malam minggu.

"Buruan, woy, kita susul si Bos," ajak Rendi saat melihat Shaka sudah masuk.

"Selamat sore, selamat da____" Dibalik meja kerjanya Zivana menyambut tamu yang datang setiap saat. Namun kali ini kalimatnya terputus ketika Shaka yang berdiri tepat di hadapannya.

" ... Tang, mau pesan apa?" lanjut Zivana dengan suara tak lagi ceria.

Shaka tak melihat daftar menu. Tatapannya justru tertuju pada wajah Zivana yang mendadak pucat saking kagetnya melihat Shaka.

Arjuna yang baru dari dapur membawa satu nampan ayam yang akan ia masukkan ke etalase berhenti sejenak begitu melihat Shaka.

"Kok nggak dilayani?" tanya Arjuna dengan santai.

Zivana menoleh pada Arjuna hingga wajahnya begitu dekat dengan pria itu. Hal tersebut membuat Arjuna tersenyum, dan Zivana langsung kembali menatap Shaka. Namun Shaka kadung panas hati.

"Mau pesan, apa?" ulang Zivana akhirnya.

"Paket 1," jawab Shaka datar, Ia meletakkan dua lembar uang ratusan ribu kemudian berlalu begitu saja untuk mencari tempat duduk.

"Kembalinya ...." ujar Zivana tapi terhenti ketika dua orang yang ada di belakang Shaka menyela.

"Bos kita pesen juga, ya," seru Rendi.

Tanpa mendapat persetujuan, Rendi dan Farel ikut memesan makanan.

"Si Bos yang bayar," ujar Rendi menunjuk Shaka.

Lalu mereka menyusul Shaka duduk.

Selagi menunggu pesanan datang, dari tempatnya duduk Shaka terus memaku pandang utuk mengawasi Zivana.

Zivana bukannya tidak tahu. Ia tahu persis apa yang Shaka lakukan hingga membuat Zivana tidak nyaman. Ditambah sikap Arjuna yang kali ini terkesan dekat-dekat terus dengan Zivana. Semenjak Shaka datang pastinya. Semua semakin menambah rasa tidak nyaman Zivana.

"Bener kan, Bos, apa yang kita bilang," ujar Rendi yang melihat ke arah Zivana dan Arjuna. Yang kebetulan tengah berbicara tentang pesanan pelanggan tapi dianggap sedang bermesraan oleh anak buah Shaka itu.

"Dan gue yakin, Bos, kalau cewek itu adalah kelemahan Arjuna." Farel menambah-nambahi.

Shaka tak menggubris sama sekali ucapan Farel dan Rendi. Ia hanya terus mengawasi istrinya.

"Permisi, ini pesanannya," ujar Nesa sembari menyebutkan apa saja pesanan Shaka dan temannya.

Sampai makanan yang ia pesan sudah terhidang di meja pun, Shaka terus saja tak mengalihkan pandangan. Mengawasi Zivana adalah tujuan, jadi aroma ayam goreng di depannya tidak terasa menggoda.

Zivana yang sadar terus di awasi meminta Nesa untuk menggantikannya sebentar dengan alasan ingin ke kamar mandi. Padahal untuk menghindar dari Shaka.

Melihat Zivana pergi, raut murka Shaka makin jelas terlihat. Tidak peduli dengan ayam pesanannya, Shaka bangkit dan pergi.

"Lho, Bos, mau ke mana?" seru Rendi dengan mulut penuh nasi. Pemuda itu ikut bangkit, hendak menyusul Shaka tapi ditarik oleh Farel.

"Habisin dulu ini, sayang kalau nggak dimakan," ujar Farel.

"Tapi si Bos ...."

"Biar aja, nanti kita susul kalau semua udah abis." Farel mengusulkan.

Rendi berpikir sejenak dan memutuskan untuk makan dulu baru menyusul Shaka.

Cukup lama waktu yang dibutuhkan Zivana untuk ke kamar mandi. Sekitar lima belas menit, baru ia kembali. Diam-diam, ia melihat ke meja Shaka yang ternyata sudah kosong. Ada rasa lega, akhirnya sang suami pergi.

Sumpah! Tidak nyaman sekali kerja sambil dilihatin sama Shaka.

Moodnya kembali membaik sejak kepergian Shaka dari restoran. Ia pikir semua juga akan berjalan baik sampai ia pulang.

Nyatanya tidak. Begitu sampai di rumah saat sedang capek-capeknya, Shaka justru menyambutnya dengan kata-kata yang menyinggung perasaannya.