Menikah diam-diam dan harus merahasiakan hubungan tali kasih antara mereka. Bersandiwara seolah tidak saling kenal di hadapan publik.
Hubungan yang indah pada awalnya, namun harus berpisah karena keadaan.
Sang pria harus menikahi wanita pilihan orang tuanya tanpa bisa menolak.
"Cinta tidak harus memiliki, tapi cinta harus berkorban. Mungkin inilah saatnya, kamu harus korbankan cintamu, mas. Dan aku, cintaku tidak bisa memiliki dirimu."
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus ya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naya siswanto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Gagalnya Rencana Delisa
"Gadis dungu! Menjebak satu Bastian saja tidak bisa! Bukan mendapatkan untung, kini aku harus berurusan dengan polisi." Sumpah serapah ke luar dari mulut Delisa saat salah satu anak buahnya memberitahu jika gadis bayaran mereka di bawa ke kantor polisi.
"Sekarang kita harus bagaimana, bos?" tanya salah satu anak buah Delisa.
"Racuni suami dan anakku! Dengan begitu, secara otomatis harta mereka berdua akan jatuh ke tanganku. Karena hanya aku satu-satunya keluarga mereka. Untung saja aku masih menyimpan kartu keluarga." jawab Delisa.
Sungguh hatinya sudah mati tertutup oleh keserakahan akan harta. Dia tidak peduli anak atau suaminya yang akan menjadi korban, yang terpenting tujuannya tercapai.
"Setelah selesai dengan tugasmu, pergilah sejauh mungkin. Jangan sampai kalian tertangkap. Aku akan mentransfer upahmu," kata Delisa.
Orang suruhan Delisa pun pamit undur diri, sedangkan Delisa memilih untuk tetap berada di rumah. Dia takut jika tiba-tiba polisi datang menciduknya.
"Aku harus memikirkan cara agar Bastian mau kembali percaya padaku," Delisa memutar otak, mencari ide-ide agar rencananya berhasil.
"Operasi plastik! Ya, aku harus mencari gadis yang bentuk tubuhnya sama dengan istri Bastian. Aku akan datang dan mengatakan jika aku menemukan istrinya dan dia masih hidup."
"Ha-ha-ha," Delisa pun tertawa puas saat menemukan ide. Dia yakin idenya kali ini akan berhasil.
Delisa keluar dari rumah menggunakan masker, dia mulai menjalankan rencananya.
Delisa menyusuri jalanan sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Namun, belum sempat menemukan gadis yang di cari, sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya.
"Papa? Ngapain papa di sini?" tanya Delisa saat mengetahui siapa pemilik mobil itu.
"Ikut papa!" ajak pria yang sudah tidak muda lagi itu.
Delisa masuk ke mobil tanpa paksaan. Dia yakin bahwa sang ayah sudah memaafkan kesalahannya.
Sesampainya di rumah,
"Masuklah!" titah papa pada Delisa.
"Semenjak kepergian mama, rumah ini terasa sepi dan hampa." ujar Delisa sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan.
"Hampa? Sepi? Bukankah kepergian mama adalah hal yang paling kamu inginkan?" cecar papa.
"Apa maksud papa? Aku tidak seburuk itu," sanggah Delisa.
"Sudah cukup perbuatan jahatmu selama ini, Delisa. Sudah cukup kau mencoreng wajahku dengan kotoran. Aku malu punya putri sepertimu. Aku malu pada Farhat dan Ibas. Aku tidak menyangka jika istriku bisa melahirkan iblis sepertimu." tutur papa.
"Papa lebih membela orang lain dari pada putri papa sendiri? Orang tua macam apa ini?" balas Delisa.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi Delisa.
"Dulu, aku yang menginginkan kehadiranmu di dunia ini. Dulu, aku yang mendambakan seorang anak. Tapi, kini aku adalah orang yang paling membencimu, orang yang paling menyesali kehadiranmu. Dan satu lagi, aku juga adalah orang yang akan mencabut nyawamu." tutur papa dengan geram.
Sudah cukup dia menahan malu atas perlakuan putrinya. Di setiap tempat yang dia kunjungi selalu saja terdengar gosip tentang prilaku buruk Delisa. Itu sudah cukup membuat namanya buruk di depan publik.
"Papa pikir bisa semudah itu melawanku? Tidak sesimpel itu kakek tua," kata Delisa dengan sombongnya. Tidak ada lagi sikap sopan terhadap ayahnya sendiri.
Delisa berdiri dan hendak menyerang papa, namun gerakannya terhenti saat papa menodongkan senjata ke arahnya.
"Papa cuma bercanda, kan? Papa tidak benar-benar mau membunuh Delisa, kan?" terlihat raut ketakitan di wajah Delisa.
"Kamu tentu sudah tahu siapa aku, Delisa!" kata Papa.
Dor!
Satu tembakan melesat dan tepat mengenai dada kiri Delisa.
"Pa-pa ... Argh!" Delisa memegangi dadanya yang mulai mengeluarkan darah segar.
"Maafkan papa, nak. Hanya cara ini yang bisa membuatmu berhenti berbuat jahat. Dan hanya kematian yang bisa menghentikan suma kebejatanmu. Lebih baik aku tidak punya anak dari pada aku harus menanggung malu karena ulahmu. Pergilah dengan damai! Papa sudah memaafkanmu!" ucap Papa. Terlihat kesedihan menyelimuti wajahnya.
Delisa pun menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan papa.
Papa menyuruh anak buahnya untuk memakamkan Delisa secara diam-diam. Biarlah orang mengira bahwa hilangnya Delisa karena ibu beranak satu itu pergi ke luar negri dan tidak tahu kapan kembali.
"Sekarang aku akan pergi ke rumah Farhat," ucap Papa sambil menyeringai.
klu lom otw" bikin dr tepung 🤭🤭
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
harus baca dri awal lg ini mah