Perjuangan Cinta Nona Muda

Mila dan Johan baru saja sampai di rumahnya setelah menjenguk Davin dan Aluna yang belum juga sadar. Mereka masih sangat berharap semoga keajaiban akan segera datang.

"Mas," panggil Mila saat mereka sudah duduk bersama di tempat tidur.

"Kenapa, Mil?" tanya Johan. Dia merebahkan tubuhnya di kasur dan disusul sang istri.

"Apa kamu belum bisa juga menemukan siapa pelakunya?" Mila melingkarkan tangan di perut suaminya.

"Belum. Orang itu benar-benar pandai. Semua sepertinya sudah di rencanakan dengan baik. Tanpa meninggalkan satu pun jejak," sahut Johan. Dia menghela napas panjanganya.

"Apa kamu tahu kira-kira siapa yang melakukannya? Biasanya kamu sangat pandai membaca situasi, Mas." Suara Mila terdengar begitu sedih. Johan mengusap puncak kepala istrinya, lalu mengecupnya.

"Ada, tapi aku belum yakin. Aku sedang berusaha mengumpulkan bukti." Mila mendongak setelah mendengar ucapan suaminya.

"Siapa?" tanya Mila, tetapi Johan hanya menjawab dengan senyuman tipis. Mila pun terdiam, jika suaminya seperti itu, artinya dia belum bisa memberi jawaban.

"Mas, apa kamu yakin hubungan Nathan dan Nadira bisa membaik?" Suara Mila terdengar begitu berat diiiringi helaan napas panjang.

"Kita berdoa saja. Lebih baik kita tidur. Tubuhku sudah sangat lelah." Johan memejamkan matanya. Melihat wajah lelah suaminya, Mila pun ikut memejamkan mata.

...***...

Rendra masuk ke rumah pribadinya yang tampak sangat sepi. Karena dirinya hanya tinggal bersama Mario dan beberapa pelayan. Sementara Mario dengan setia mengekor di belakang majikannya. Mereka berjalan menuju ke ruang kerja milik Rendra karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan.

"Mar, apa kamu sudah mendapat informasi tentang hubungan Nathan dan El?" tanya Rendra saat mereka sudah duduk di atas sofa.

"Tuan ... ternyata mereka saling mencintai. Namun ada sebuah kejadian yang membuat hubungan mereka renggang sampai saat ini," ucap Mario sopan.

"Kejadian apa?" tanya Rendra menuntut jawaban.

"Tuan Nathan pernah melamar Nona Elvina karena ingin menyelamatkan Nona Elvina dari Dion kekasihnya saat itu yang merupakan alat balas dendam orang tuanya kepada keluarga Alexander. Dion pandai bersandiwara hingga Nona Elvina salah paham dengan Tuan Nathan lalu Nona Elvina meminta untuk bersikap seolah tidak saling mengenal," jelas Mario. Rendra mengangguk paham.

"Pantas saja Nathan bersikap seformal itu kepada El, tapi aku merasa kalau El juga cinta dengan Nathan. Makanya sampai sekarang aku belum bisa merebut perhatiannya." Rendra mengusap dagunya.

"Benar, Tuan. Nona Elvina sangat menyesal, tapi Tuan Nathan sudah terlanjur sakit hati. Sampai pada saat Tuan Nathan koma karena luka tembak saat menyelamatkan Nona Elvina. Ketika itu pula Nona Elvina berjanji akan menjauh dari kehidupan Tuan Nathan," terang Mario.

"Tapi sekarang mereka bertemu lagi. Apa itu artinya mereka berjodoh? Kalau begitu, haruskah aku mundur untuk merebut hati El?" Rendra mengusap wajahnya dengan kasar.

"Jangan pantang menyerah, Tuan. Anda bisa lihat sendiri 'kan bagaimana hubungan mereka. Saya yakin kalau suatu saat nanti pasti Nona Elvina akan luluh dengan perjuangan Anda." Mario berusaha memberi semangat untuk Rendra.

"Entahlah, Mar. Aku tidak begitu yakin." Rendra mendesah kasar. Mario pun hanya terdiam melihat raut wajah Rendra yang begitu pasrah.

Ketika suasana sedang hening, ponsel Rendra terdengar berdering. Dia segera mengambil ponselnya dan melihat nama ibunya tertera di layar.

"Hallo, Bu." Rendra melihat wajah ibu dan ayahnya memenuhi layar ponselnya.

"Hallo, Ndra. Kenapa kamu beberapa hari tidak menghubungi kami?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Rendra sibuk mengurus kerjasama dengan Saputra Group. Mungkin minggu depan Rendra akan pulang ke Bogor." Ucapan Rendra membuat kedua orang itu tersenyum lebar.

"Kebetulan sekali Anisa minggu depan juga pulang ke Bogor." Bastian—ayahnya Rendra, terlihat begitu semringah. Kedua alis Rendra saling menaut saat melihat raut wajah kedua orang tuanya yang berbinar bahagia.

"Anisa siapa?" tanya Rendra bingung.

"Kamu lupa dengan Anisa? Teman kecil kamu yang pindah ke Surabaya." Kali ini Nirmala—ibunya Rendra yang membuka suara. Rendra menggeleng cepat.

"Ya sudah kalau begitu. Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Kami tunggu kamu pulang ke Bogor." Rendra hanya mengangguk mengiyakan. Setelah puas berbincang, Rendra memutuskan panggilan itu.

"Anisa," gumam Rendra. Dia berusaha mengingat nama teman kecilnya. "Atau mungkin Anisa yang mereka maksud itu bocah gendut item yang bapaknya ikut jadi buruh di lahan pertanian ayah?"

"Bisa jadi, Tuan." Mario yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suaranya. "Jangan-jangan Anda mau dijodohkan oleh Tuan Bastian dan Nyonya Mala." Mario berusaha menebak. Rendra menoleh dan menatap tajam ke arah Mario yang sedang berusaha menahan tawanya.

"Mana mungkin! Kamu jangan bercanda, Mar. Anisa itu jauh sekali dari El. Dia itu gendut, item dan rambutnya keriting." Rendra mencebik kesal.

"Itu 'kan dulu, Tuan. Bisa jadi sekarang dia sudah menjelma menjadi gadis yang sangat cantik," bantah Mario. Rendra tidak menanggapi, dia beranjak bangun lalu pergi meninggalkan Mario begitu saja.

_______________________________________________

Untuk yang baru baca kisah ini, masa lalu Nathan Nadira ada di judul "Mutiara Hati Alvino". Yang belum mampir, bolehlah mampir Othor suguhi kopi sama gula 😅

Oh iya, kisah orang tua Rendra juga ada loh, tapi tidak di platform, 🙊

Yuhhuuuu Othor jadi kebanyakan iklan.

Jangan lupa beri dukungan dan tinggalkan jejak kalian gaess

Salam Sayang dari Othor Kalem. Jumpa lagi besok pagi 😁