Adiba (18) gadis sederhana melanjutkan study di Ponorogo. Dia gadis dari keluarga sederhana tanpa kemewahan. Karena kegeniussan ia mampu menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di usia 15 tahun. Kini dia kuliah di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Ponorogo sembari mondok di Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo.
Hal mengejutkan terjadi ketika terjadi kesalahan fatal, Adiba harus berurusan dengan Dosen sekaligus Gus di Pesantren. Karena sebuah sebab Adiba dan Gus yang diam-diam dicintai terpaksa menikah.
Cinta Adiba sangat tulus untuk Zaviyar, tetapi tidak untuk Gus Zaviyar. Sang Suami awalnya memiliki tunangan dan kurang 2 bulan lagi menikah. Adiba merasa ciut akan kekalutan hati karena Zaviyar masih terlihat peduli pada matan tunangan. Sang gadis kecil harus ekstra sabar demi meluluhkan dan menjadi atensi utama, Suaminya.
Mampukah Adiba menaklukkan hati Gus yang terkenal, dingin, pendiam dan tegas? Akankah Adiba mampu bertahan pada bahtera rumah tangga tanpa cinta dari Suaminya? Bisakah Adiba membalut luka dengan senyum manis? Mampukah Adiba meluluhkan hati Zaviyar dengan ketulusan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose_Crystal 030199, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCZA - Rahasia Besar (dari) Zaviyar!
Selamat wekeend untuk yang punya pasangan dan selamat bersedih ria untuk para jones. Hahaha!
Maaf banyak typo's bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini
👇👇👇
Zaviyar mengurai pelukan mereka dan buru-buru menghapus air matanya kasar. Dia mendongak guna menetralkan diri supaya tidak semakin menyedihkan. Sudah 6 tahun ia tidak bisa menangis, lalu berekspresi karena semua hambar. Semua pilu sampai dirinya tidak mampu mengendalikan diri. Zaviyar dari enam tahun lalu sudah terganti dengan pemuda bagai kutub Utara yang sangat dingin.
Melihat sang tambatan hati bersedih tentu membuatnya ikut merasakan. Adiba menyentuh wajah Zaviyar lembut agar tenang. Sebenarnya ada apa dengan Suaminya? Kenapa terasa begitu dingin? Adiba berharap semoga saja dirinya mampu menjadi sandaran Zaviyar.
"Kamu benar aku sangat berbeda pada mereka. Wajahku tidak ada kemiripan dengan mereka itu jelas sekali. Kamu ingin tahu kenapa aku tidak mirip mereka?"
Zaviyar memijat pangkal hidung kasar. Rasanya begitu menyiksa sampai dia ingin menangis. Sakit sekali sampai Zaviyar tidak mampu mengontrol sesak.
Adiba bingung mendengar perkataan Zaviyar. Di setiap kata ada kata penuh luka dengan sejuta emosi. Mata Zaviyar berkobar penuh emosi dengan bara api penuh luka. Sebenarnya ada apa?
"Mas, jangan cerita jika membebani pikiran. Adek, tidak mau melihat Mas rapuh begini."
Adiba tidak mau Zaviyar tertekan oleh masa lalu. Dia usap pipi tirus Suaminya penuh cinta. Dia tidak mau Suaminya tampak menyedihkan. Biarkan Adiba menjadi penerang bagi kegelapan Zaviyar yang rapuh tanpa ada kekuatan.
"Jawab saja pertanyaan, Mas!"
Zaviyar tidak mempedulikan ucapan Adiba. Dia sudah bertekad membuka lembaran baru agar rasa sakit di bagi bersama. Semua harus lurus agar hatinya bisa tenang. Toh selama ini tidak ada yang tahu keluh kesahnya bahkan orang tuanya begitu menutupi kebenaran. Zaviyar hanya ingin tahu kebenaran walau itu sangat menyakitkan.
"Apa ... Mas bukan anak kandung mereka? Mas sangat berbeda dengan mereka mungkin Pak Kiai menikah dengan wanita asing makanya Mas berbeda. Maaf, jawaban Adek membuat Mas tersinggung."
Zaviyar tersenyum kecut mendengar jawaban Adiba. Dia tertawa hambar dengan air mata kembali luruh. Dirinya remas dada kirinya agar rasa sesak hilang. Namun, bukanya bilang ini semakin membuatnya tertekan. Zaviyar menangis tersedu akibat ingat kenyataan pahit itu.
Adiba merasa bersalah atas jawabannya. Dia langsung merengkuh Zaviyar erat seraya mengatakan maaf. Dia sangat tertekan melihat Suaminya begitu terluka. Demi sang Pencipta alam semesta ini kali pertama dia melihat Suaminya begitu terpuruk.a
Zaviyar melepas pelukan mereka kemudian memilih menunduk menyembunyikan duka. Kenapa rasanya begitu menyakitkan untuk di dengar dan menceritakan? Apakah dia kuat mengatakan bahwa dirinya hanyalah orang luar? Bahkan sampai sekarang Zaviyar mencari jati dirinya yang terbuang.
"Mas, memang bukan anak kandung mereka. Orang tua Mas ada di Iraq sana, tetapi Mas tidak tahu di mana. Mas sangat menyedihkan pasalnya selama 22 tahun di tipu keluarga. Mas benar-benar sakit mendengar kebenaran bahwa Mas bukan anak kandung mereka enam tahun silam. Jelas beda karena Mas anak yang di temukan di hutan. Mas di buang tidak diinginkan, menyedihkan sekali."
Zaviyar terkekeh menceritakan itu semua. Dia ingin meluapkan sakit dengan pura-pura kuat. Nyeri sampai ia lupa betapa cara bernapas. Sakit sekali hingga rasanya dia ingin menyerah. Zaviyar berkelakuan buruk bahwa keluarga kandungnya tega membuang anak sekecil dirinya ke hutan yang sangat jauh dari kota Iraq.
Adiba terbelalak mendengar cerita Zaviyar. Dia bungkam bibir mungilnya erat agar tidak memekik. Ya Allah, kenapa bisa Suaminya memiliki kekelaman begini? Dirinya bahkan tidak mampu menjabarkan betapa terkejut dirinya menerima fakta ini. Enam tahun menanggung rahasia seberat itu sungguh luar biasa. Adiba tidak membayangkan betapa rapuhnya Zaviyar di balik ini semua.
"Mas, itu bohong kan? Mas pasti salah paham, pasalnya setiap orang tua tidak mungkin tega membuang anaknya di hutan. Pasti ada kesalahan jangan berpikir negatif dulu, Mas."
Adiba ingin menenangkan Zaviyar agar kembali menjadi tenang. Suaminya begitu kalut membuat ia khawatir. Ya Allah, sesak sekali mendengar kebenaran besar Suaminya. Kebenaran sesungguhnya yang selama ini terbungkus rapi. Adiba merasa begitu shock Zaviyar mengungkapkan rahasia besar ini.
"Itu memang benar, Dek. Mas itu anak buangan yang tidak di harapkan. Tepatnya saat Mas berusia 3 tahun mereka menemukan Mas di hutan."
Zaviyar berusaha tenang memberi tahu kebenaran tentang dirinya. Dia hanya seorang anak pungut yang malang. Dia terbuang tanpa di harapkan oleh kedua orangtuanya. Kenapa terlahir jika harus dibuang? Kenapa tega sekali orang tuanya membuang di hutan penuh hewan buas? Zaviyar tidak pernah tahu betapa hancur dirinya jika ingat spekulasi negatif tentang orangtuanya.
Adiba membisu mendengar jawaban Zaviyar. Dia tidak mau Summinya memiliki sifat dendam atau parahnya suudzon pada kebenaran yang belum pasti. Ia tidak mau Suaminya salah paham pada orangtuanya yang jelas-jelas melahirkan serta merawat sampai tiga tahun. Itu tidak mungkin Adiba yakin ada kejadian di balik ini semua.
"Mas, lihat Adek. Mas tidak boleh berfikir buruk. Ingat tidak ada orang tua yang tega membuang anaknya. Mas tadi bilang 3 tahun bukan? Di usia itu anak kecil sudah sangatlah aktif berlari dan berpikir. Mungkin saja orang tua Mas kecelakaan hebat namun Mas berhasil selamat. Apa Mas tidak pernah berpikir kenapa Mas ada di hutan jika tidak karena sebuah indiden? Ingat mereka pasti sedih mendengar Mas berkata kasar begini. Mas boleh berkata sarkasme pada siapa pun tetapi jangan pada orang tua yang mendidik dan melahirkan, Mas!"
Adiba menangkup pipi tirus Zaviyar agar meyakinkan semua tidak benar. Semoga Suaminya mampu mencerna perkataannya agar tidak tersesat. Ada keyakinan jika orang tua Suaminya pasti mencari tanpa lelah. Atau ikut kecelakaan menyebabkan meninggal? Adiba harap orang tua kandung Zaviyar masih hidup dan segara dipertemukan.
Zaviyar membisu seraya mencerna perkataan Adiba. Benar sekali yang di katakan Istrinya. Tetapi, rasa itu masih sangatlah menyakitkan. Alasan logis yang harus di yakini untuk menjadi titik temu. Hanya saja sampai sekarang Zaviyar masih enggan berpikir logis akibat frustasi.
"Mas tidak tahu, Dek. Mas sangat kecewa dan terluka semua terasa membelenggu."
Adiba merengkuh erat Zaviyar. Dia usap kepala Suaminya dan menciumi puncak kepala Suaminya agar tenang. Dia tidak akan membiarkan Suaminya terpuruk karena sebuah kesalah pahaman.
"Bisa ceritakan Mas bisa tahu Mas bukan anak kandung mereka? Ceritakan semua kenapa Mas berspekulasi bahwa Mas tidak di harapkan!"
Zaviyar melepas diri kemudian mendongak menatap langit-langit kamar. Kemudian ia meraih tangan mungil Adiba untuk mencari kekuatan. Sampai sekarang dia masih berjuang keras demi mencari tahu semuanya.
"Tepatnya 6 tahun silam, Mas pulang ke Indonesia. Mas saat itu berusia 22 tahun dan itu pertama kalinya Mas pulang dari Kairo. 7 tahun Mas mencari ilmu di luar Negeri dan memutuskan pulang untuk liburan. Saat itu Mas masih belum memiliki sikap dingin tidak tersentuh. Mas masih ramah jika di sapa walau pendiam akut. Mas juga masih tahu cara tersenyum dengan tulus pada orang tua. Semua di mulai saat Ummi mengalami kecelakaan membuat kehilangan banyak darah ...,
... Mas saat itu datang terlambat, saat itu Mas ingin menemui mereka namun langsung terdiam ketika sebuah fakta mengejutkan terjadi. Mas terpaku saat Ummi memiliki rasio darah langka yaitu O negatif. Dan Abah golongan darahnya O plus. Semua semakin sulit ketika yang memiliki darah itu hanya Adik, Mas yaitu Tole Afrizal dan Nduk Nisa ...,
... demi mengurangi rasa penasaran Mas melakukan tes ulang soal golongan darah dan hasilnya tetap sama. Golongan darah Mas AB plus. Mas tidak bodoh mengartikan semua itu. Mas belum memberi tahu tentang semua itu karena Mas orangnya tidak bisa terbuka secara gamblang. Mereka tidak sadar Mas melakukan tes DNA dan benar saja Mas bukan anak kandung mereka ...,
... Mas bakar semua bukti kalau Mas bukan anak kandung mereka tanpa ada yang tahu. Hingga satu minggu setelah Ummi boleh di bawa pulang, tepatnya di tengah malam. Abah dan Ummi membahas tentang Mas. Singkat cerita mereka bilang, Mas adalah anak yang di temukan di hutan di Negara Iraq sana. Mas tidak percaya kenapa nasib begitu kejam ...,
... Mas berubah drastis mulai saat itu. Mas tidak mampu tersenyum atau pun mengukir senyum dengan benar. Selama 6 tahun Mas pendam kebenaran tentang Mas bukan anak kandung mereka tanpa di ketahui siapa pun. Mereka bahkan tidak sadar Mas sudah tahu semua itu. Mereka tetap bungkam menyembunyikan fakta bahwa Mas anak pungut ...,
... setiap liburan Mas ke Iraq guna mencari tahu siapa orang tua Mas yang sesungguhnya. Namun, sampai 6 tahun tidak membuahkan hasil. Mas sangat tertekan membuat Mas lupa segalanya. Mas yang pendiam semakin diam, semakin dingin tidak tersentuh bahkan senyum saja Mas lupa bagaimana caranya. Mas menutup luka tanpa ekspresi agar mereka tidak melihat betapa tersiksa dan lemahnya, Mas. Mas sangat terpuruk sampai lupa semua yang ada. Hanya belajar dan belajar yang mampu Mas lakukan demi menghalau rasa sakit. Mas menutup diri sampai menjadi pribadi dingin yang sangat tajam ...,
... Mas sangat menyedihkan bukan? Itulah rahasia Mas yang tersimpan rapat tanpa mereka tahu. Mas simpan rahasia itu hingga membebani pikiran sendiri. Mas hanya mahluk lemah membutuhkan kebenaran. Kapan mereka jujur kalau Mas bukan anak mereka? Tolong jangan bicara pada mereka tentang ini karena Mas tidak akan sanggup bertahan jika sampai mereka tahu. Maaf mendengar hal menyedihkan."
Zaviyar menghapus air mata kasar, tetapi beban pikiran terangkat. Akhirnya ada juga tempat berkeluh kesah seraya membagi duka selain sang Khaliq. Zaviyar lega akhirnya bisa meluapkan duka pada Adiba.
Adiba tercengang mendengar cerita Zaviyar. Ya Allah, kelam sekali sampai ia tidak mampu berkata. Dia hanya diam tanpa berkomentar apa pun. Ternyata kehidupan Zaviyar sangatlah kelam membuat Adiba tidak kuasa merengkuh erat Suaminya. Dirinya akan menjadi cahaya sang Suami agar tidak kedinginan di landa belenggu.
Zaviyar membalas pelukan Adiba seraya menangis dalam diam. Dia sudah lega bercerita tentang rahasia yang sangat menyakitkan. Semoga ini awal baru membuka kebahagiaan. Namun, ada satu harapan yang selalu di pinta yaitu bertemu keluarga kandungnya. Zaviyar mau bertemu orangtuanya lalu bertanya segala hal kenapa terbuang?
Semoga saja Allah lekas mempertemukan dirinya dengan kedua orangtuanya. Zaviyar hanya ingin Allah mengirimkan keajaiban padanya. Entah kapan ia ingin lekas berjumpa orangtuanya walau sangat mustahil. Apa jangan-jangan Kedua orangtuanya sudah tiada? Zaviyar harap masih hidup atau dunianya benar-benar runtuh.
Cut ....!!!!
Maaf Rose belum koreksi jadi jika banyak typo bertebaran dan kesalahan dalam penulisan harap maklum.
Salam hangat dari Rose.
/****
Maaf Rose begitu absurd.
ooo
opo
o
mo? ko
o m
m ok