Istri Titipan

Mendengar teguran Ayah Aga, Bang Harra dan Bang Harley langsung terdiam. Mereka berdua menundukkan kepala, merasa bersalah karena sudah membuat keributan.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berdua bertengkar?" tanya Ayah Aga dengan nada prihatin.

Bang Harra dan Bang Harley saling pandang, mencari kata yang tepat untuk menjelaskan situasi tanpa membuka rahasia yang lebih besar.

"Tidak ada apa-apa, Yah. Hanya sedikit perbedaan pendapat," jawab Bang Harra mencoba meredakan suasana.

Ayah Aga menatap kedua pria di hadapannya dengan tatapan menyelidik. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. "Jangan bohongi Ayah. Ayah bisa lihat dari wajah kalian berdua, pasti ada masalah yang serius."

Bang Harley menghela napas. Ia merasa tidak tahan lagi untuk menyimpan rahasia ini. "Sebenarnya, Yah... ini tentang..."

"Ayah dengar ini tentang Ciara dan Gita? Ada apa sebenarnya?" tanya Ayah Aga dengan nada khawatir.

Bang Harra dan Bang Harley saling menatap berusaha mengatur perasaan marah dan kekecewaan.

"Kita bicara disana..!!" Ajak Ayah Aga menunjuk tempat yang sedikit jauh dari rumah.

~

Bang Harra dan Bang Harley masih terdiam. Mereka tidak tau bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Papa Aga.

"Sebenarnya, Gita hamil anak saya." Ucap Bang Harley jelas terdengar di telinga Ayah Aga.

Bang Harra mengepalkan jemarinya, ia emosi tapi tidak bisa menahan rahasia lebih lama lagi.

Bang Harley menceritakan semua yang mereka ketahui tentang ketidak sengajaan malam pernikahan dimana Ciara kabur serta rasa 'mabuk' yang tidak tertahan hingga tidak sengaja melakukannya dengan Gita hingga terjadi kehamilan anak yang dikandung oleh Gita saat ini.

Mendengar cerita Bang Harley, Ayah Aga terkejut bukan main. Ia tidak menyangka bahwa kedua putranya bisa melakukan hal sefatal ini.

"Ya Tuhan... Apa benar semua ini?" tanya Ayah Aga dengan nada tidak percaya.

Bang Harra dan Bang Harley mengangguk membenarkan.

Ayah Aga menatap kedua putranya dengan tatapan penuh kekecewaan. "Ayah sangat malu dengan kelakuan kalian berdua. Kalian sudah merendahkan harga diri kalian sendiri, dan kau Harra....... Kenapa kau nikahi wanita yang sedang mengandung anak pria lain??? Tidak bisakah kau menunggunya sampai melahirkan????"

"Apa salahnya??? Gita bukan milik pria lain. Semua yang terjadi hanya sebatas kecelakaan, tidak di sengaja. Jangan pernah menyalahkan Gita. Pernikahan ini adalah permintaan saya sendiri." Jawab Bang Harra.

plaaakkk..

Ayah Aga menampar pipi Bang Harra dengan kencang. "Kau sudah gila. Di racuni apa sampai kau bisa mencintai perempuan seperti itu, apapun alasannya, Gita sudah hamil duluan. Itukah sebabnya kau tiba-tiba pulang dan membawa istri?? Menikah tidak bilang dengan keluarga. Kalau kau tidak ceraikan Gita, Ayah akan mencoret namamu dari daftar garis keluarga..!!!!!!" Ancam Ayah Aga. "Ayah tidak pernah mengajarkan kau untuk melakukan hal yang seperti ini. Ayah selalu menanamkan nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, dan tanggung jawab. Tapi, apa yang kau lakukan? Kau justru mengkhianati semua nilai-nilai itu. Ayah pun yakin, setelah menikah, kau pun lebih melanggar aturan yang ada sedangkan di dalam rahim Gita ada benih dari laki-laki lain." lanjut Ayah Aga dengan nada marah.

"Nilai yang mana?? Apakah ayah berpikir saya ini bocah belasan tahun yang masih labil?? Apakah salah kalau saya jatuh cinta dengan Gita??? Gita bukan wanita yang sedang menjajakan tu*uh, Gita hanya sedang tertimpa kesialan. Istriku tidak seperti yang Ayah sangka."

"Kamu melawan Ayah hanya demi perempuan itu????????" Bentak Ayah.

"Perempuan itu adalah istri saya. Kalau Ayah berniat mengusiknya, berarti Ayah siap berhadapan dengan saya..!!!!!"

"Harraaaaaaaa........!!!!!!!!!!" Suara Ayah menggelegar hingga Mama Wening keluar dari rumah.

"Ada apa, yah?????"

"Nggak.. Nggak ada apa-apa, Ma. Mungkin Ayah salah lihat, Ayah sangka ada ular disini." Ayah pun segera masuk dalam rumah sambil melirik putranya dengan tatapan jengkel. Mama Wening pun ikut masuk ke dalam rumah.

Setelah Ayah Aga masuk, Bang Harra terhuyung selangkah, ia sampai meremas dadanya karena cemas memikirkan Gita.

"Kau memang b*****t. Saya sudah bilang, biar saya tangani sendiri masalah ini. Kalau sudah begini, kita harus perbaiki darimana dulu."

"Maaf.. Saya tidak tau hasilnya akan sefatal ini." Kata Bang Harley.

Bang Harra masuk ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar tapi ia tidak melihat Gita dimanapun.

Satu persatu sambil menenangkan diri, Bang Harra mencoba mencari Gita di setiap sudut rumah tapi istrinya itu tak kunjung di temukan. Ia pun segera menyambar ponsel dan menghubungi Bang Vial yang saat ini sedang piket memantau pos kesatrian utama.

"Kau ada lihat istriku keluar kesatrian???" Tanya Bang Harra dalam sambungan panggilan telepon.

"Lihat lah, kamu ini keterlaluan sekali. Masa kamu suruh istrimu beli telur malam buta begini. Memang bo*oh sekali suami satu ini."

"Astaghfirullah hal adzim. Kau yang keterlaluan, kau yang bo*oh. Kalau kau ada pikiran, interogasi lah dia. Kenapa sampai beli telur keluar asrama. Sekarang kau tahan Gita, saya kesana sekarang..!!" Perintah Bang Harra.

"Yaaaa.. Dia pergi naik ojeg."

"B******n.. Kau benar-benar kawan laknat." Bang Harra menutup panggilan teleponnya dan segera mengganti pakaiannya.

"Ada apa, Har?" Tanya Ayah Aga.

"Ini yang Ayah mau, Gita pergi dari hidup saya?????? Sekarang Gita pergi, sempat saya tidak temukan Gita.. Jangan harap Ayah lihat anak laki-laki kau yang be**bah ini..!!" Bang Harra menyambar kunci motornya lalu segera mencari Gita.

"Biar saya menyusul mereka." Bang Harley pun ikut mengambil kunci mobil.

Ayah Aga masih terpaku, beliau mengurut pangkal hidungnya. Mama Wening pun menepuk bahu suaminya.

"Kita minum teh dulu, yah..!!" Ajak Mama Wening.

~

"Kenapa harus ribut dengan anak hanya karena masalah ini?? Mama sudah tau kalau Gita mengandung anak dari pria lain. Gita mengakuinya tanpa sepengetahuan Harra."

"Lantas kenapa Mama tidak cerita??????"

"Mama hanya menunggu saat yang tepat. Lagipula siapa suruh jadi laki-laki terlalu kaku. Ayah itu wataknya amat sangat keras sekali, sama seperti putramu yang seperti berandalan itu. Putramu itu sedang mengangkat harga diri seorang wanita dengan cara menikahinya, bukankah itu sifat yang baik. Itulah nilai yang selalu Ayah ajarkan. Harra bukan anak remaja lagi, Yah. Sudah pasti Harra memikirkan hal ini berulang kali sebelum bertindak."

"Tapi.. garis keturunan kita bagaimana, Ma. Hanya anak laki-laki pertama yang bisa menduduki kekuasaan garis keluarga??? Apalagi Gita juga gadis dari seberang." Ujar Ayah Aga cemas.

"Ayah lupa?? Mama juga dari seberang. Tapi Ayah juga memperjuangkan Mama sebegitu hebatnya. Sekarang anakmu sedang berjuang agar Ayahnya bisa menerima Gita di tengah keluarga kita, terutama Oppung. Lagipula.. Putramu adalah ni raja, kekuasaan aturan ada di tangannya, biar dia saja yang mengaturnya. Kita yang tua hanya tinggal menikmati masa bahagia bersama cucu. Ingat yah, kita hanya punya satu anak. Apakah Ayah tidak ingin punya banyak cucu??" Bujuk Mama Wening.

.

.

.

.