Alina terpaku saat melihat janur kuning disebuah gedung nama Kaka sepupu atau kaka tirinya terpajang dipapan janur kuning.
wanita mana yang tidak sakit hati dikhianati oleh Kaka tiri..Dan calon suaminya.
Ira Kaka tiri atu sepupu Alina.adalah anak bawan ibu tirinya,ayahnya Alina menikahi Hamidah ibunya Ira setelah satu tahun ibunya Alina menikah.
Hamidah adalah adik kandung Halimah yang kebetulan seorang janda. keluarga meminta Subandi ayah Alina turun ranjang.semua dilakukan demi anak-anak mereka.
" astaghfirullah..! sejak kapan Mas Ardi dan Ira pacaran?? kenapa begitu tega mayakiti ku."
kakinya kaku seperti tertanam ditanah tidak bisa digerakkan saat melihat papan nama itu...Wita sang sahabat menenangkan hati Alina.
" tarik nafas dan beristighfar, tenang kan hatimu." ucap Wita.
ikuti kisahnya dinovel yang berjudul.
ditikung Kaka tiri dipinang pengusaha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur silawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 berbicara dengan Pak Subandi.
"Assalamualaikum Alina, lu sakit apa ln? Gue on the way rumah lu.. lu mau dibawain apa?"tanya Wita saat berkirim pesan pada Alina
"Waalaikumsalam,Wit. Alhamdulillah gue sudah membaik, gue hanya kecapean aja wit meriang, demam, kepala sakit badan gue pada linu, mereka datang keroyokan segerombolan menyerang gue..Dan akhirnya pendekar tumbang juga hehehe" Juwita tertawa cekikikan membaca pesan Lina..
"Ajian penolak angin belum lu update, makanya Mereka datang segerombolan karena benteng pertahanan lu sedang lengah hehe.Malam gue mampir ya." Kedua sahabat itu,jika sedang berkirim pesan tidak pernah serius selalu diselingi dengan lawakan.
"Wit.. lu jangan syok ya, Mendengar informasi yang akan gue sampaikan?" ucap Alina, kening Wita mengernyit membaca pesan Lina yang tiba-tiba serius.
"Ada berita apa? Jangan bikin gue takut dan was-wasan seperti ini!!"Lina tertawa geli membaca pesan Wita,Lina sudah bisa membayangkan wajah cantik Wita pasti sangat tegang saat membaca pesan Lina..
"Jangan tegang begitu dong.. gue mau memberitahu lu, saat ini gue lagi di klinik ditemenin bokap gue sama mas Evan.. informasi yang ingin gue sampaikan mas Evan tiba-tiba datang ke rumah gue.. untuk informasi selanjutnya silakan, lu datang ke rumah gue malam ini nginep ya?"Wita menarik napas liga, setelah membaca pesan dari Alina.
"Wadi daw. so sweet sekali, Mas misterius?? sudah tidak sabar ingin mendengarkan ceritanya. Sebentar lagi gua on the way ke rumah lu."setelah mengirim pesan balasan untuk Alina. Wita menyimpan ponselnya di dalam. Malam ini Wita dan Santi beserta karyawan yang lain libur Live jualan..
jam sudah menunjukkan di angka, 20: 30 waktu Indonesia bagian barat.. Alina sudah pulang dari klinik, dan kini mereka sudah sampai rumah lagi, ditemenin dua orang laki-laki beda generasi, dan keduanya sangat berarti di kehidupan Alina.. Membuat gadis cantik itu bahagia tak bertepi.
Luka bekas sayatan sembilu yang ditorehkan oleh mantan tunangannya, kini hilang tak berbekas diganti dengan kebahagiaan yang tak terkira oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Kehadiran Muhammad Evan seperti sudah direncanakan oleh sang pencipta, singkat padat dan tepat.. Memang termasuk cepat Alina mengambil keputusan menerima kehadiran Muhammad Evan dalam hidupnya. Untuk menggantikan peran Ardiansyah di hati.
"Minum dulu obatnya! Habis minum obat istirahat besok jangan masuk kerja. Sudah dibuatkan surat izin sakit untuk istirahat. Mas sebentar lagi mau pulang.. kamu masuk kamar saja, mas mau bicara empat mata dengan bapak."Alina memicingkan matanya mendengar perkataan Muhammad Evan..
Ada perasaan cemas bergelayut di hatinya.. Entahlah apa yang Alina cemaskan! Saat mendengar Evan ingin bicara empat mata dengan sang Bapak.
"Mas mau bicara apa sama bapak?"tanya Alina, dia menunggu jawaban Evan penuh dengan kecemasan..
"Rahasia laki-laki, Kamu kepo deh! Mas hanya ngobrol santai saja sama bapak, sekalian pendekatan, supaya saat lamaran langsung diterima hehehe."muka Alina merah merona, hatinya berbunga-bunga mendengar ucapan Evan..
Sebelumnya dengan Ardi dia tidak seperti ini bahagia hatinya.. dari pertama mereka pacaran hingga memutuskan untuk menikah, Alina tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini.
Karena setiap mereka bertemu pembicaraan mereka tidak jauh dari uang dan uang. Yang ada di pikiran Ardi dan ibunya uang!!
Saat bertemu dengan Evan Lina merasakan getaran aneh, tidak selera makan, gelisah ingin selalu bertemu Entahlah Alina selalu merindukan sosok Evan setiap harinya..
"Jangan gosipin aku loh Yah!! Dosa loh membicarakan orang yang sedang sakit."ujar Alina. Sambil tersenyum menatap Evan.
"Mas mau bernegoisasi Dengan cinta Pertama kamu! Supaya memberikan izin Mas menggantikan posisinya untuk menjaga kamu.."Evan mengedipkan matanya sebelah, sambil menatap Lina.
"Gombal banget!"sahut Alina.Muka Alina bersemu merah.. Evan sangat gemes melihat pipi Alina merah merona.
"Aku masuk ke kamar dulu ya Mas! Kamu hati-hati pulangnya jangan ngebut berkabar kalau sudah udah sampai rumah.. oh ya, Wita ingin menginap di rumah menemani aku. Kalau dia datang suruh masuk saja, itupun kalau Mas masih ngobrol sama bapak."Evan menjawab dengan anggukan.
"Jangan begadang kalian berdua ya, ingat pesan dokter kamu harus banyak istirahat, dan jangan banyak pikiran. Cukup pikirkan Mas saja jangan yang lain."senyum manis terukir di sudut bibir gadis cantik itu.
Di teras rumah, Pak Subandi sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam…hasil buatannya sendiri, karena Hamidah sedang tidak bisa diganggu… istrinya itu sedang stress memikirkan nasib rumah tangga anaknya.
"Bapak..! boleh saya bicara serius jangan bapak?"tanya Evan, Lalu ia duduk di sebelah Pak Bandi, Pak Bandi mematikan rokoknya menatap Evan penuh selidik..
" Apa,Lina sudah masuk kamar? Kamu mau bicara apa? Bapak juga ada yang mau ditanyakan sama kamu."ucap Subandi.
"Sudah Pak! hemmm gini Pak, Memang sih, terlalu cepat jika saya mengungkapkan keinginan saya.. karena perkenalan saya dengan Alina memang benar-benar sangat singkat, Saya yakin pertemuan saya dengan Alina adalah takdir yang sudah direncanakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.."Evan menghela napas lalu menghembuskannya. Sebelum ia meneruskan bicara.
"Saya jatuh cinta dengan putri Bapak! Pada hari yang sama saat Alina dikhianati oleh calon suaminya. Dan saya sangat yakin, Alina juga mencintai saya Pak. Memang terlalu cepat kami berdua saling jatuh cinta... Tapi ini semua kehendak Yang maha kuasa, Allah subhanahu wa ta'ala yang menganugerahkan Rasa cinta di hati kami berdua.."Subandi masih setia mendengar curhatan laki-laki yang telah mengobati hati anak gadisnya itu..
" kedatangan saya ke rumah bapak, pertama ingin menjenguk Alina, dan ingin berbicara serius dengan bapak Saya ingin melamar Putri bapak, kalau bapak berkenan dan ridho, Saya ingin menikahi putri Bapak secepatnya.. Bapak boleh menjawabnya setelah Bapak melakukan shalat istikharah.. Saya akan menyampaikan identitas saya, semoga Bapak menerima status saya, Saya pernah menikah dengan seorang perempuan hasil dari perjodohan keluarga, tapi itu hanya bertahan 6 bulan saya ditinggalkan istri saya,ia menikah diam-diam dengan ayah sahabat saya.. dan selama itu saya tidak mengenal perempuan mana pun. Sampai akhirnya ada seorang gadis cantik yang mengetuk pintu hati saya sehingga terbuka lebar."plong sekali rasanya hati Evan setelah mengukapkan niatnya untuk melamar gadis pujaan hati.. beban yang mengganjal di hatinya sirna seketika.
"Nak Evan! Bapak tidak perlu menjelaskan keadaan kami, nak Evan bisa melihat sendiri Alina gadis miskin, bukan dari keturunan ningrat, bukan anak pengusaha.. Alina anak orang biasa dan bapaknya seorang pengangguran hidupnya tergantung kepada putri satu-satunya."jawab Pak Bandi..
"Tolong nak Evan pikirkan kembali untuk melamar Alina jangan sampai nak Evan menyesal di kemudian hari.. Bapak ingin Alina menikah dengan laki-laki yang menyayangi dan mencintai Alina dengan tulus begitu juga keluarga laki-laki tersebut bisa menerima Alina apa adanya."ucap Subandi..
"Sebelum saya melangkahkan kaki untuk mengunjungi Alina, dan ingin bicara dengan Bapak saya sudah memikirkan mata-matang, saya tahu siapa Lina dan saya tahu siapa Bapak kita sama-sama hamba Allah berdiri di bumi yang sama dengan takdir yang berbeda. saya sudah yakin dengan pilihan saya."jawab Evan mantap.
"Datang lagi,10 hari kemudian, bapak akan memberikan jawaban setelah 10 hari dari pertemuan kita malam ini.. dan bawa surat perceraian dari pengadilan agama saat kita bertemu."jawab Bandi.
Evan mengangguk dan setuju dengan ketentuan Pak Subandi.