NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Usai perbincangan panjang dengan orang tuanya Arkan. Saat ini Arkan dan Dara sedang menuju sekolahnya rafa untuk menjemput anak itu karena sudah waktunya pulang. Awalnya dara menolak dan meminta Arkan untuk mengantarnya pulang saja, tapi Arkan tetap memaksanya untuk ikut.

Arkan turun duluan, lalu membukakan pintu untuk Dara. “Ayo turun."

“Aku tunggu di mobil aja,” elaknya.

Arkan hanya menghela napas kecil, menatapnya sejenak. " ya sudah, tapi jangan kemana-mana "

"hmm"

Tak lama kemudian, suara ceria anak-anak memenuhi halaman sekolah. Di antara mereka, seorang anak kecil berlari ke arah Arkan sambil melambaikan tangan.

“Papa!” serunya lantang.

Arkan menunduk dan menyambutnya dengan senyum hangat. “Hei, gimana hari ini?”

“Seru!” jawab Rafa ceria.

"masuk ke mobil yok, panas di luar"

Begitu Arkan membuka pintu belakang mobil, Rafa langsung melompat naik dengan semangat. Namun, begitu matanya menangkap sosok yang duduk di kursi depan, anak itu tertegun sejenak.

Matanya membulat, kemudian senyum lebarnya perlahan muncul. “Eh! Itu kan tante yang kemarin di kafe!” serunya girang.

Dara yang tadinya hanya menunduk, menatap ke belakang, kaget sekaligus bingung. “Kamu… Rafa, ya?”

“Iya!” jawab bocah itu cepat. “Tante inget aku, ya? Tante yang waktu itu kasih aku jus stroberi, kan?”

Dara mengangguk pelan, merasa hatinya tiba-tiba menghangat melihat ekspresi polos anak itu. “Iya,"

“Wah! Asyik banget! Aku suka sama tante ini. Tante baik, lucu, terus suka senyum. Papa, boleh nggak tante ikut main ke rumah?” ucap Rafa polos tanpa berpikir panjang.

Dara tersentak kecil, sementara Arkan hanya menatap anaknya dari kaca spion dengan senyum samar. “Kebetulan sekali,” katanya tenang. “Hari ini tante memang ikut sama kita.”

“Beneran?!” Rafa hampir berteriak karena terlalu senang. “Yeay! Aku punya teman main baru!”

Dara tak bisa menahan tawa kecil melihat antusias anak itu. “Tapi tante—”

“Tapi boleh kan main juga?” potong Rafa cepat, matanya berbinar-binar.

“Boleh,” jawab Dara akhirnya, menyerah pada semangatnya.

Beberapa puluh menit kemudian, mereka tiba di apartemen Arkan. Unit itu luas dan rapi, didominasi warna netral dengan sentuhan kayu. Rafa langsung berlari ke ruang tamu, melempar tasnya di sofa, lalu menyalakan TV.

“Rafa, tasnya taruh di kamar dulu,” tegur Arkan lembut.

"iya pah"

Dara menahan senyum melihat tingkah anak kecil itu. “Dia mirip kamu,” katanya lirih.

“Gimana miripnya?” tanya Arkan sambil melepas jam tangannya.

“Sama-sama keras kepala,” jawab Dara cepat, membuat Arkan terkekeh pelan.

Arkan lalu masuk ke dapur, menggulung lengan kemejanya dan mulai menyiapkan bahan. Dara sempat hendak membantu, tapi ia malah diusir halus.

"Tante. Tante ikut aku ya. Aku mau nunjukin sesuatu sama Tante" panggil Rafa, Manarik tangan dara agar mengikutinya.

"Rafa, tante dara jangan dibuat capek" ucap Arkan dari balik dapur.

"ngga papa kok pak."balas dara " kita mau kemana sayang"

"ke kamar Rafa, disana ada banyak mainan Rafa"

Dara menuruti langkah kecil Rafa menuju kamar yang berada di sisi kiri apartemen. Pintu kamarnya berwarna putih dengan stiker dinosaurus besar menempel di permukaannya. Begitu pintu dibuka, Dara langsung disambut dengan tumpukan mainan mobil-mobilan, robot, dan boneka dinosaurus yang memenuhi hampir setengah ruangan.

“Wah… kamar kamu rame banget ya, Rafa,” ucap Dara sambil terkekeh kecil.

Rafa menoleh dengan bangga. “Iya dong! Ini semua temen-temennya Rafa. Tapi Tante, bukan itu yang mau Rafa tunjukin.”

Anak kecil itu berlari ke arah meja belajarnya, menarik sebuah map warna biru muda yang sudah agak kusut. Ia membukanya dengan hati-hati, lalu mengambil beberapa lembar kertas bergambar penuh warna.

“Nih Tante, liat deh! Ini gambar Rafa buat Papa,” katanya penuh semangat.

Dara mendekat, duduk di kursi kecil di samping meja, dan mulai melihat satu per satu gambar yang diberikan Rafa. Ada gambar rumah besar dengan tiga orang berdiri di depannya—seorang pria tinggi, seorang anak kecil, dan seorang perempuan dengan rambut panjang yang mengenakan dress berwarna pink.

“Yang ini… siapa?” tanya Dara lembut, menunjuk gambar itu.

“Itu Papa, Rafa, sama… hmmm…” Rafa tampak berpikir sebentar, matanya melirik ke arah Dara yang menatapnya dengan lembut. “Itu Tante,” ujarnya akhirnya sambil tersenyum malu-malu.

Dara tertegun. “Tante?”

“Iya, soalnya waktu itu Tante kasih jus stroberi, terus Papa keliatan seneng banget waktu pulang. Jadi Rafa pikir… kalau Tante deket sama Papa, nanti Papa nggak sedih lagi.”

Ucapan polos itu menohok lembut ke hati Dara. Ia menatap wajah Rafa, yang kini tampak sangat serius menunggu reaksinya.

“Rafa pengen Papa bahagia, ya?” tanya Dara perlahan.

Anak itu mengangguk mantap. “Iya. Dulu Papa suka diem aja, kerjanya banyak, terus nggak pernah senyum. Tapi tadi waktu di mobil, Papa senyum terus. Rafa suka liat Papa senyum. Jadi Rafa pikir, mungkin itu karena Tante.”

Dara tersenyum samar. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya, bercampur getir yang sulit dijelaskan. Ia mengelus rambut Rafa lembut. “Tante seneng banget bisa bikin Rafa dan Papa bahagia, tapi Tante belum tentu bisa selalu ada, sayang.”

Rafa langsung menggeleng cepat, kedua matanya membulat. “Harus bisa! Tante harus sering main ke sini! Tante kan temennya Papa sekarang, kan?”

Dara tersenyum kecil, mencoba menutupi kegugupannya. “Iya… kalau Papa izinin, Tante main lagi ke sini, ya?”

“Yay! Janji ya, Tante!” seru Rafa, mengacungkan kelingking mungilnya.

Dara menautkan kelingkingnya pelan, “Janji.”

Arkan yang sedari tadi sibuk di dapur akhirnya menepuk tangannya, menghapus sisa tepung di jari-jari. Aroma ayam goreng dan sup hangat kini memenuhi seluruh ruangan apartemen. Ia melongok ke arah lorong kamar, di mana suara tawa kecil Rafa dan Dara masih terdengar.

Dengan nada lembut Arkan memanggil, “Rafa, ajak Tante Dara nya, ke dapur. Makanannya udah siap nih.”

Rafa langsung menoleh antusias. “Papa udah masak?!” serunya senang, lalu menatap Dara dengan mata berbinar. “Ayo Tante, nanti makanannya dingin!”

Dara tersenyum kecil. “Iya, iya, ayo.”

Rafa menggenggam tangan Dara dan menariknya berlari kecil menuju dapur. Begitu mereka tiba, Dara terpaku sejenak. Meja makan sudah tertata rapi dengan tiga piring, semangkuk sup bening, ayam goreng.

"papa kamu jago masak ya,"

“Papa jago masak, Tante! Tapi kadang gosong juga, hehe.”

“Rafa,” tegur Arkan dengan nada setengah kesal, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Ayo duduk, makan dulu.”

Dara duduk di kursi yang Arkan tarikkan untuknya, sementara Rafa langsung duduk di sebelah ayahnya. Arkan menuangkan sup ke mangkuk Dara dan berkata singkat, “Makan yang banyak, biar kuat.”

Dara mengangguk pelan, matanya sesekali mencuri pandang ke arah Arkan yang tampak tenang menyendokkan nasi untuk anaknya. Ada sisi lain dari pria itu yang baru ia lihat hari ini

1
Holma Pakpahan
lanjut,Dara tetaplah menjadi ibu yg baik.
knovitriana
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!