Cinta itu datang membawa sejuta keindahan, dan seribu kebahagiaan.
Namun sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama.
Cinta itu pula yang menorehkan luka.
Sebuah kisah gadis mudah berumur 23 tahun yang mencinta pria matang seumur ibunya.
Tania pikir, kisah cintanya akan semulus kisah cinta orang tuanya. Namun Tania salah, Cinta itu malah membuatnya terpuruk.
Dunia Tania hancur saat Julian yang tak lain adalah lelaki yang dicintainya tiba-tiba mengenalkan calon istri kehadapannya.
Hubungan yang sudah di bangun dua tahun tersebut itu pun harus berakhir.
Tanpa Tania tau, ada alasan kenapa Julian meninggalkannya dan memilih wanita lain.
Pria asal Spanyol itu menyimpan alasan tersendiri kenapa dia harus meninggalkan Tania.
Satu tahun berlalu, mereka di pertemukan kembali. Akan kah Tania tau apa yang di sembunyikan oleh Julian?
Mengandung bawang, mecin dan seperti tayangan ikan terbang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Julian langung berdiri tegap ketika melihat raut wajah Aska yang serius. Ini kali pertamanya Julian melihat Aska seserius ini.
"Julian, ini hanya rahasia kita berdua. Dan Uncle minta, kau rahasiakan ini dari siapa pun."
Julian pun mengangguk mantap.
Dan Aska mulai bercerita tentang apa yang dia tau. Julian mendengarkannya dengan seksama. Ada raut keterkejutan di wajah Julian. Namun, dia kembali fokus mendengarkan cerita Aska.
Tepat saat Aska menyelesaikan ucapannya, ternyata Tania masuk kembali ke ruangannya.
Melihat Tania masuk. Tubuh Aska dan Julian menegang. Mereka takut bahwa Tania mendengar ucapan Aska.
"Tania, kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?" tanya Aska.
Tania mendekus mendengar ucapan kakenya. "Popa, ini ruanganku. Kenapa aku harus mengetuk pintu untuk masuk keruanganku sendiri," ucap Tania sambil mendudukan diri di kursi kerjanya.
"Kau tidak mendengar percakapan kami 'kan?" tanya Aska.
"Tidak," jawab Tania.
Dia lebih memilih kembali menggambar dari pada bergabung dengan kakenya dan Julian. Namun, walaupun tangannya sibuk dengan sketsa gambar. Matanya mencuri-curi pandang kearah Julian.
"Tania, Popa akan pulang sekarang" pamit Aska pada cucunya.
Tania pun hanya berdehem.
"Kau akan tetap disini, Jul?" tanya Aska saat bangkit dari duduknya.
Julian hanya tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku akan pergi sebentar lagi, Uncle," jawab Julian.
Aska pun menganguk dan keluar dari ruangan Tania.
Setelah Aska pergi, Julian menatap Tania sambil tersenyum. Sedangkan Tania berpura-pura sibuk dengan pensil di tangganya. Dia sangat sadar bahwa Julian sedang menatapnya. Namun, dia berpura-pura tidak menyadari karena dia pun bingung harus bersikap bagaimana.
"Cintaku ....!" Panggil Julian.
Tania merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat Julian memanggilnya. Namun dia lebih memilih diam dan pura-pura tidak mendengar.
Julian tidak menyerah. Dia pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Tania. Dengan sekali gerakan, Julian memutar kursi kerja Tania hingga menghadap ke hadapannya. Lalu Julian pun berlutut di hadapan sang pujaan hati.
"U-Uncle, ap-apa yang kau lakukan?" tanya Tania dengan terbata-bata.
"Kau bisa memanggilku seperti biasa. Tak perlu menunggu hingga sebulan. Urusanku dan dia sudah selesai," ucap Julian. Satu tangannya bergerak mengelus pipi Tania.
"Kau sudah bercerai darinya?" tanya Tania.
"Pengacaraku sedang mengurusnya. Dan satu minggu lagi pengadilan akan memutuskan semua," jawab Julian.
"Kenapa bisa secepat itu? bukankah persidangan membutuhkan waktu yang cukup lama?"
"Aku memanfaat semua koneksiku untuk mempercepat semuanya. Dan juga ....."
"Dan juga apa?" tanya Tania yang heran saat Julian menghentikan ucapannya.
Tanpa membalas ucapan Tania. Julian merogoh sesuatu dari saku jasnya.
"Ini ...." Lirih Tania yang terkejut saat Julian mengeluarkan sesuatu.
"Jangan lagi membuangnya. Atau akan ku hukum!" Julian melingkarkan cin-cin ke jari manis Tania. Itu adalah cin-cin yang dipakai Tania dan cin-cin itu pemberian Julian. Saat pertama kali lagi berjumpa beberapa waktu lalu. Tania yang masih memakai cin-cin pemberian Julian langsung melepasnya dan membuangnya. Saat itu, setelah makan malam bersama Julian dan Diana selesai. Tania langsung membuat cin-cinnya di tempat sampah diluar restoran.
Julian yang kala itu memperhatikan Tania, tentu tau bahwa Tania membuang cin-cin tersebut hingga Julian pun kembali mengambilnya.
"Kau tau aku membuangnya?" tanya Tania. Dia menunduk karena merasa bersalah.
"Selama kita berpisah, apa kau selalu memakainya?" tanya Julian sambil menyelipkan rambut Tania yang menutupi pipi.
"Cin-cin itu mahal. Akan sia-sia jika aku tak memakainya," kilah Tania.
"Benarkah?" tanya Julian menggoda.
Julian pun mendekatkan dirinya kewajah Tania.
Tania mendongak melihat wajah Julian. "Ap-apa yang ...." Perkataan Tania terputus saat Julian mencium bibirnya.
Tania hanya bisa membulatkan matanya saat bibir Julian menyapa bibirnya.
"Aku merindukan mu. Aku mencintai mu." Julian berucap setelah mengecup sekilas bibir Tania. Julian pun bangkit dari berlututnya.
"Selesaikanlah pekerjaan mu, ayo kita jalan-jalan setelah pekerjaan mu selesai," ucap Julian sambil mengelus rambut Tania.
••
Setelah Julian pergi, Clara berniat untuk menembak kaki Julian. Namun, saat dia menarik pelatuk dan membidik kaki Julian. Dia melempar pistolnya karna ternyata pistol yang di pegangnya tak ada peluru.
Clara pun berjalan kearah guci. Lalu, dia mengamuk sambil memecahkan gucci yang ukurannya rumayan besar.
"Kalian harus matiiii!" teriak Clara seperti dengan keras. Dia menjerit-jerit sambil mengumpat.
Fabian yang mendengar suara gaduh dari bawah, langsung turun. Betapa terkejutnya dia saat melihat putrinya sedang mengamuk memecahkan barang-barang.
Baru saja dia akan melangkah untuk menenangkan Clara. Namun, langkahnya kembali terhenti saat mengingat nasihat dokter.
Dokter mengusulkan untuk tak terlalu menggubris Clara jika sedang mengamuk. Untuk kasus Clara, Dokter meyakini bahwa Clara tak mungkin melukai dirinya sendiri. Dia mengamuk untuk mendapat simpati dari orang sekitar.
Clara langsung menghentikan aksinya kala melihat daddynya sedang melihatnya.
"Dad, bantu aku!" ucap Clara dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
Tanpa menjawab ucapan Clara, Fabian pun lebih memilih berbalik dan meninggalkan Clara.
"Dad, apa kau tidak menyayangiku lagi? kenapa kau tak mau membantuku?" kali ini Clara menangis untuk mencari perhatian Fabian.
Fabian berbalik dan menatap tajam Clara. "Daddy sudah lelah dengan tingkahmu. Julian bukan barang, dia bebas memilih jalan hidupnya. Jika kau ingin melukai dirimu sendiri, maka lakukanlah. Daddy akan bersiap untuk menyiapkan kuburan untuk mu," ucap Fabian dengan dingin. Kali ini dia harus bersikap tegas dengan putrinya.
Clara terhenyak saat mendengar ucapan daddynya. Bahkan dengan gamblang Fabian mendukung Clara untuk menyakiti dirinya sendiri.
"Aku tidak akan mati sebelum aku membunuh mereka berdua!" teriak Clara. Dia pun menghentikan aksi mengamuknya dan kembali kekamarnya.
"Kita akan pergi kemana?" tanya Tania setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Bagaimana jika menonton," jawab Julian. Dia pun bangkit dari duduknya dan mengaitkan syal ke leher Tania.
"Menonton?" ulang Tania
Julian pun mengangguk, lalu dia mengulurkan tangannya dan Tania pun menyambut uluran tangan Tania.
"Ta-tapi, kak Ahsam," ucap Tania sebelum Julian membuka pintu.
"Dia bisa mengikuti kita jika dia mau," ucap Julian dengan santainya.
"Ta-tapi bagaimana jika dia mengadu pada mamih."
"Aku yang akan berbicara pada calon mertuaku nanti."
Mendengar kata calon mertua membuat pipi Tania merah merona. Dia pun mengikuti langkah Julian.
Keesokan harinya.
Tania memandang lekat-lekat box yang berada di depannya. 15 menit lalu, sekretaris Tania mengantarkan paket ke ruangannya. Paket itu dikirim tanpa nama pengirim.
Seolah tau yang siapa yang sudah mengiriminya paket, Tania pun tidak terkejut sama sekali.
Dia pun membuka tutup box di hadapanya. Tania tersenyum sinis saat melihat isi box tersebut.
Isi box tersebut ternyata seekor burung tanpa kepala dengan darah berceceran. Lalu Tania mengambil kertas yang berada di box tersebut.
"KAU AKAN MATI SEBENTAR LAGI" Itulah isi pesan di kertas tersebut.
Tania hanya terkekeh membaca tulisan tersebut. "Kau ingin mencelakaiku dengan tanganmu sendiri bukan. Maka dengan senang hati aku akan membalasmu dengan tanganku sendiri," ucap Tania sambil meremas kertas di tangannya. Rupanya Tania mendengar percakapan Aska dengan Julian. Hingga dia pun mempersiapkan dirinya.
Lalu Tania pun menghubungi seseorang dan mengajaknya bertemu.
Cie penasaran kan apa yang diomongin daddy aska 😂😂