"Apa kabar, istriku? I’m back, Sanaya Sastra."
Suara dingin pria dari balik telepon membuat tubuh Naya membeku.
Ilham Adinata.
Tangannya refleks menahan perut yang sedikit membuncit. Dosen muda yang dulu memaksa menikahinya, menghancurkan hidupnya, hingga membuatnya hamil… kini kembali setelah bebas dari penjara.
Padahal belum ada seumur jagung pria itu ditahan.
Naya tahu, pria itu tidak akan pernah berhenti. Ia bisa lari sejauh apa pun, tapi bayangan Ilham selalu menemukan jalannya.
Bagaimana ia melindungi dirinya… dan bayi yang belum lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Regazz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Rahasia terbongkar
Bab 24 Rahasia terbongkar
•••
Ilham kembali lagi ke Hotel dengan langkah cepat. Semua orang langsung heboh saat Ilham kembali lagi. Dan tentu saja semakin banyak pertanyaan di kepala seluruh tamu pada hari itu.
"Ilham!" seru Ariella begitu senang saat mengetahui Ilham kembali lagi.
"Ayo kita mulai pertunangannya. Aku harus segera menjenguk istriku di rumah sakit." ucapan Ilham sontak langsung membuat seluruh tamu terkejut bukan main.
"APA?!"
"Apa tadi katanya, istri? Jadi perempuan bercadar tadi itu adalah istrinya?"
"Mungkin saja si istri pertama, kan. Sengaja datang ke pertunangan suaminya hingga datang melabrak langsung ke acara ini."
Kedua orangtua Ariella, Pak dan Ibu Widiyanto menjadi kaget melihat itu. Ibu Novi rasanya ingin menarik bibir Ilham yang sulit di filter.
"Apa maksud kamu, Ilham? Istri?" tanya Pak Widiyanto.
"Apa benar Ilham, wanita tadi itu adalah istri kamu?!" sambung Ibu Widiyanto.
Wajah mereka begitu sangat marah sekali.
Ibu Novi nampak kebingungan. Kepalnya saat ini menjadi pusing. Pasti berita ini akan langsung viral di media sosial dan TV nasional.
"Jawab Ibu Novi!" tegur Pak Widiyanto.
Ibu Novi nampak gugup, "be-be-begini..."
"Yah, wanita tadi itu memang istriku. Kalau kalian Tidka terima, kita bisa batalkan saja pertunangan hari ini. Saya tidak masalah kok. Toh saya Tidka merasa rugi sama sekali " Tegas Ilham.
"Ilham!" tegur Ibu Novi.
"Kami tidak terima dengan penghinaan ini Ibu Novi. Keluarga kamu sudah ditipu habis-habisan." kata Ibu Widiyanto.
"Ja-jangan begitu ... " Ibu Novi begitu dalam kondisi terjepit saat ini.
Mendengar kedua orangtuanya begitu marah sekali, Ariella langsung angkat bicara.
"Aku tetap Pertunangan ini berjalan, Pa, Ma. Aku sudah tau dari lama jika Ilham sudah punya Istri."
Semua orang di acara juga semakin kaget saja. Semua orang bahkan sibuk merekam apa yang terjadi saat ini. Pasti akan menjadi berita dunia Maya yang heboh. Ditambah Ibu Novi adalah pejabat berpengaruh dan pebisnis yang hebat.
Pasti dunia akan gempar!
"Ariella, kamu yakin ingin bertunangan dengan pria beristri? Apa nanti kata orang, sayang?" tanya Pak Widiyanto tak menyangka dengan keputusan putri tunggalnya.
"Aku yakin, Pa, Ma. Aku sangat mencintai Ilham." ucap Ariella tersenyum pada Ilham yang menatap dirinya jutek.
Dan akhirnya, pertunangan pun kembali diselenggarakan. Kini, Ilham menghampiri Ibu Novi.
"Tugasku sudah selesai, Ma. Sesuai janji, aku akan pergi menemui Naya di rumah sakit." kata Ilham langsung pergi.
"Ilham!" panggil Ibu Novi. Namun, pria itu seolah tuli.
Ariella sibuk menyapa para tamu undangan. Ia tak peduli dengan kepergian Ilham. Sekarang ya g terpenting, ia harus menjadi salah satu orang yang berpengaruh. Sebab, dengan menikahi Ilham. Ia masih naik level dengan lebih cepat.
•••
"Kamu gak apa-apa 'kan, Nay?"
Naya begitu kaget melihat keberadaan Ilham di depan matanya. Pandangan mata pria tersebut begitu berbeda sekali dari sebelumnya. Sekarang lebih seperti tulus.
Ntahlah, mungkin saja ini perasaannya sendiri.
Naya hanya cuek. "Jangan sentuh aku!" tegas Naya.
"Kenapa kamu bisa pendarahan tadi?" tanya Ilham.
"Bukan, apa-apa."
"...oh ya, kamu harus bertanggung jawab. Gara-gara kamu sawah dan seluruh peternakan Ibuku jadi habis dilalap api." tuduh Naya sengit, meksi harus melawan tubuhnya yang masih lemah.
Wajah Ilham kembali tersenyum miring.
"Jadi, kamu datang jauh-jauh ke acara pertunanganku hanya untuk itu?" ejek Ilham.
Naya benci perubahan wajah itu.
"APA TUJUANMU, HAH?!" teriak Naya.
"Wuishh, tenang sayang. Kamu jangan banyak gerak.Emangnya kamu ada bukti sampai nuduh aku." tantang Ilham mulai mendekatkan wajahnya pada Naya yang kini tak memakai cadar hanya jilbab saja.
Naya menjauhkan wajahnya. Namun, ia kembali mencoba menatap Ilham dengan tajam.
"Lalu, kau datang ke rumah Ibuku untuk apa hah?!"
"Aku hanya ingin menemui ibu mertua dan adik iparku saja kok. Emangnya salah?"
Naya masih menatap tajam pada Ilham. Ilham langsung menahan wajah Naya. Naya memberontak.
"Denger ya, Nona Sanaya. Kalau aku ingin licik melakukan hal itu. Sudah lama aku akan melakukannya." ujar Ilham langsung mengecup bibir Naya.
Cup!
"Jangan sentuh aku dengan bibir kotormu! Kau cium saja wanita jalang lainnya!" kesal Naya tak tahan.
Ilham terdiam dan ia mengingat kejadian yang lalu.
"Ohh, kamu cemburu ya aku berciuman dengan Clara? Tak menyangka jika efeknya akan seperti ini, ya?"
"Cuih! Najis cemburu sama orang sepertimu!"
Ilham mengusap wajahnya sambil tersenyum menatap tajam.
"Mulai sekarang kamu gak akan bisa kabur dariku lagi."
"Tentu saja bisa!" Naya memberontak.
"...ingat, Ilham.kita usah cerai!"
Ilham semakin tersenyum miring, "bercerai? Mungkinkah saat ada sesuatu didalam sini?" Ilham meraba perut Naya sembari gak melepaskan tatapannya pada Naya.
Sontak sepasang mata di hadapannya melebar, ia membeku sejenak. Naya langsung mendorong tangan Naya dari perutnya.
Namun, Ilham bersikeras tetap menyentuh perut Naya sembari memejamkan matanya, seolah menikmati sensasi yang mengalir di dalam perut wanita yang kini sedang duduk bersandar diatas ranjang.
"Aku tau kamu sedang hamil, Naya." bisik Ilham.
Ilham terdiam sejenak, menikmati ekspresi Naya yang kaget.
"Kamu kaget kan aku tau semuanya. Tentu saja, aku ini Dosenmu Naya. Aku lebih pintar darimu. Masalah sepele ini aku sudah tau jauh hari." jelasnya yang semakin membuat Naya kaget.
Ia benar-benar sudah di permainkan oleh Ilham. Sudah susah payah ia merahasiakan kehamilannya ini tapi Ilham bisa tau dengan begitu mudahnya.
"Ini anakku." ujarnya pelan sembari membuka mata.
"Bukan! Aku tidak hamil anakmu!" Naya memberontak dan sekali lagi berusaha mendorong tubuh Ilham agar menjauh darinya.
"Aku tidak percaya. Kamu pasti bohong."
"Ini bukan anakmu Ilham. Ini anakku dengan cowok lain."
Rahang Ilham mengeras, "oh ya, sebutkan nama bapak dari janin yang kamu kandung ini. Maka, aku akan melepaskan mu. Dan ku bunuh pria itu!"
Ilham nampak marah, tapi saat Naya mendengar kata 'lepas',hatinya jadi mendingin. Namun, bersamaan ia juga merasa takut. Karna, jika ia asal menyebut nama pria saja, bisa-bisa orang lain akan mati di tangan Ilham.
"Namanya Ari.'jawabnya ngasal.
"...sekarang lepaskan kami."
Ilham menyeringai, " lepas? Baiklah tapi kau harus minum obat ini dulu." Ilham mengeluarkan sebuah pil dari dalam toples kecil yang berada di saku celananya.
Naya panik, ia mulai berpikir buruk.
"Obat apa itu?" tanyanya.
"Kamu harus minum ini, Nay. Sampai mati aku tidak rela jika ada anak orang lain yang tumbuh di perutmu."
"Nggak! Aku gak mau!" tolak Naya memberontak.
"Kamu harus mau!" paksa Ilham lagi yang kini mulai mencoba membuka paksa mulut Naya.
Naya mulai menangis, "jangan Ilham, aku mohon. Jangan lakukan itu."
Ilham tersenyum miring, "cepat buka mulutmu!" paksanya. Ekspresi wajahnya begitu menakutkan.
"JANGAN BUNUH ANAKKU ILHAM!"
"BAIKLAH AKU MENGAKU! JANIN INI ADALAH ANAKMU!" teriak Naya dengan derai airmata mengalir deras.
Ilham tersenyum menyeringai.
Ia telah menang.
Naya telah mengakui segalanya.
"Senang rasanya bisa mengelabui mu nona Sanaya." Ilham mengeluarkan toples kecil tadi dan memberikannya pada Naya.
Disana tertulis.
VITAMIN UNTUK IBU HAMIL.
Ia ditipu kembali. Ilham memang manipulatif.
To be continue...