Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Marcello! cepat!"
Marcello tidak mengatakan sepatah katapun. Ia berusaha menjangkau flashdisk yang terjatuh diantara sela-sela rak. Ia tidak peduli besi rak merobek kulitnya hingga berdarah.
"Akhirnya." gumamnya saat berhasil mendapatkannya.
Layar komputer terlihat berkedip, menandakan akses dari pusat terputus.
Jantung Marcello berdegup kencang menatap sekitarnya. Ia berlari ke area basement dan menutup pintu besi dari dalam ketika suara bom dari atas kembali terdengar.
"Pemimpin Nyx memerintahkan anggota elitnya menghancurkan pelabuhan tanpa meninggalkan jejak." kata Oliver dari sambungan interkom.
"Olivier! Aku terjebak diruangan bawah tanah! Aku tidak bisa keluar karena semua akses dinonaktifkan."
Marcello masih terjebak disana. Ia terperangkap di dalam besi yang akan terkunci otomatis jika merasakan guncang disekitarnya.
Dari celah kecil besi, Marcello bisa melihat percikan api perlahan naik keatas permukaan.
Di pesisir pantai
"Marcello terjebak di ruangan bawah tanah. Apa yang harus kita lakukan?" tanya Oliver dengan wajah gelisah menatap Jacob.
"Bawa mereka pergi dari sini. Aku yang akan menyelamatkan Marcello." balas Jacob sebelum pergi dari sana.
"Tapi keadaan disana tidak aman." ujar Oliver menatap kepergian Jacob.
"Jangan khawatir. Pastikan kalian aman dan kembali ke pondok dengan selamat."
Jacob terus melanjutkan langkahnya menuju gudang logistik yang sudah hancur. Bahkan sudah api menjalar kemana mana.
Langkah Jacob terhenti saat sebuah ledakan dahsyat kembali terjadi. Lautan api menerangi dermaga seperti siang hari.
Pemimpin Nyx tetap konsisten dengan ucapannya. Ia ingin membersihkan bukti dan membunuh siapapun yang mencoba menghalangi bisnisnya.
Di lantai bawah, Marcello masih berjuang keras keluar dari sana. Ia tidak ingin mati dengan tragis seperti itu.
Debu dan pecahan puing bangunan berjatuhan disekitarnya. Ia mencoba memikirkan cara keluar dari sana.
"Sepertinya aku melupakan sesuatu." gumamnya.
Marcello merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah bom menghancurkan pintu otomatis. Ia tahu, ledakan bom itu akan memperburuk situasi. Tapi, Ia tidak punya pilihan lain selain mencoba yang terbaik.
"Maafkan aku belum bisa membalaskan dendam mu, karena aku ragu bisa keluar dengan selamat dari sini." gumamnya memejamkan kedua matanya.
Marcello membuka matanya saat mendengar suara dari sambungan interkom yang terpasang di telinganya. Ia hanya mendengar suara samar-samar. Karena suara orang yang berbicara dengannya dari seberang sana tidak terdengar dengan jelas.
Di luar
Oliver berteriak memanggil nama Marcello dari sambungan interkom. Tapi suaranya hampir hilang diantara ledakan yang mengguncang pelabuhan.
"Marcello!"
"Oliver, aku sudah tidak bisa mendengar suara Marcello. Cepat pergi dari sini. Aku yang akan mencari keberadaannya." ujar Jacob dari sambungan interkom.
"Tapi--"
"Jangan khawatir. Aku akan melindungi diriku dengan baik." Jacob melompat masuk ke dalam air.
Alih-alih pergi dari sana. Oliver malah masuk ke daerah lokasi ledakan. Ia meminta Kate dan Thomas menunggu mereka di dermaga.
"Aku akan membantu mereka. Tetap di dermaga sampai kami kembali. Jika kondisi disini sudah tidak memungkinkan, kembali ke pondok secepatnya. Bawa pria ini sekalian. Kita membutuhkannya." katanya menatap keduanya sebelum pergi dari sana.
Disisi lain
Marcello bisa merasakan getaran dari kunci besi. Alat yang Ia pasang mulai mengeluarkan asap. Ia menahan nafas dengan perasaan yang tak karuan.
Ia memejamkan kedua matanya, seakan kematiannya sudah ada di depan mata. Ia merasa melihat sosok Arabella disana. Wanita itu tersenyum lembut menatapnya. Tubuhnya seakan terdorong kearah engsel dengan kuat.
Tek
Panel diluar berubah berkedip hijau, pintu besi berhasil terbuka. Marcello buru-buru meraih tangga. Saat Ia akan menggeliat keluar, seseorang tiba-tiba mengulurkan tangannya.
"Marcello! Kau gila!"
Oliver hampir kesulitan berbicara karena asap hitam bercampur api yang semakin tebal.
Dari arah lain, Jacob menarik tangan Marcello dan menyeret mereka kerah lokasi yang lebih aman. Mereka bersembunyi di balik tumpukan kontainer yang sudah hangus.
Mereka menatap pemandangan di depan mereka dengan tatapan tak percaya. Dermaga sudah hancur parah, kobaran api dimana-mana, kapal-kapal yang bertengger di pinggir dermaga juga hancur tak tersisa.
"Sepertinya dokumen yang aku dapatkan tidak banyak. Aku tidak sempat menyalin semua dokumen yang tersimpan di server." kata Marcello menyerahkan sebuah flashdisk kepada Oliver.
"Tidak apa-apa, Marcello. Kita masih punya banyak waktu memikirkan rencana lain. Yang penting kita semua selamat."
Jacob menepuk pundak Marcello dengan wajah tenang.
"Sepertinya William tidak hanya ingin menghilangkan jejak dan bukti. Tapi, dia ingin menutup semua bukti yang tersisa. Termasuk membunuh kita. Dia menyadari rencana kita." ujar Oliver menerima flashdisk yang diberikan Marcello.
"Aku tidak akan menyerah sebelum menghancurkan Nyx Division dan antek-anteknya."
Marcello menunduk beberapa detik, lalu memandang kearah laut. Tiba-tiba muncul sebuah janji di dadanya. Janji yang akan berubah menjadi strategi.
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍