Mason pewaris konglomerat terbesar di Swiss, terjebak dalam dilema ketika kekasihnya, Aimee, sakit parah dan tidak memiliki harapan untuk hidup lama. Di saat yang sama, Mason tanpa sengaja bertemu Chiara, seorang mahasiswi sederhana yang wajahnya mirip dengan Aimee. Putus asa ingin memiliki seorang anak, Mason menawarkan kesepakatan mengejutkan pada Chiara: melahirkan anak untuknya dengan imbalan sejumlah besar uang.
Chiara, yang terjepit oleh keadaan karena ayah angkatnya membutuhkan operasi transplantasi hati dengan biaya selangit, akhirnya menerima tawaran itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 🩵
Mungkin karena hubungan mereka yang kini berubah, keduanya merasa sedikit canggung. Mason bahkan tidak sarapan, mandi sebentar, lalu bergegas meninggalkan rumah menuju rumah sakit.
Ketika tubuhnya mengkhianati Aimee, satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah mencintai wanita itu dengan sepenuh hati.
Mengenai kejadian semalam, tentu saja dia tidak akan membahasnya lagi.
Di ruang rawat, sinar matahari hangat memenuhi seluruh ruangan. Meski kondisi Aimee cukup serius, beberapa hari belakangan ini wajahnya tampak sangat baik. Pipinya berangsur-angsur merona dan terlihat berseri-seri.
Mungkin karena kebohongan itu!
Mason tahu betapa Aimee mendambakan anak ini.
Dia hanya bisa berharap agar perut Chiara lebih kuat dan segera mengandung bayi, sehingga Aimee bisa merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu sebelum dia meninggal.
"Mason? Kenapa kening kamu berkerut? Ada yang mengkhawatirkan?" Aimee melihat keningnya mengernyit dan tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menghaluskan kerutan di antara alisnya.
Bertahun-tahun ini pasti sangat melelahkan untuk Mason, bolak-balik antara perusahaan dan rumah sakit. Apakah ada hal yang tidak berjalan lancar belakangan ini?
Atau... apakah ada masalah dengan tubuhnya sehingga tidak bisa hamil?
"Apakah dokter mengatakan sesuatu kepadamu? Ada masalah dengan bayinya?" Aimee tidak bisa menahan pikirannya yang melayang kemana-mana. Dia memegang erat pakaian Mason dengan kedua tangannya, matanya penuh permohonan dan kerinduan.
Mason semakin merasa sakit hati melihatnya seperti ini. Dia menenangkan emosinya, mengangkat sudut bibirnya sedikit, dan menunjukkan senyum hangat, "Bodoh, jangan berpikir yang aneh-aneh. Kondisi tubuhmu sudah membaik belakangan ini, aku yakin kita akan segera memiliki bayi. Aku hanya sedang berpikir, haruskah aku pergi membeli baju bayi di toko perlengkapan bayi."
Mason khawatir Aimee terlalu sensitif dan berpikir sembarangan, jadi dia harus mengarang alasan untuk menenangkannya.
Untungnya, Aimee berhati polos, jadi dia tidak terlalu memikirkan kata-kata Mason tadi.
Aimee dengan penuh rasa syukur memegang tangan Mason, menyandarkan kepalanya di bahu tegapnya dan bergumam, "Kamu yang bodoh. Meski sudah hamil, bayi tidak akan lahir sampai sepuluh bulan! Kenapa kamu sudah ingin membeli baju sekarang? Bagaimana kamu tahu apakah yang akan aku kandung nanti laki-laki atau perempuan?"
Aimee tidak bisa menahan diri untuk mengeluh kepada Mason dengan senyum manja. Mereka berdua adalah orang tua untuk pertama kalinya dan sama sekali tidak mengerti banyak hal. Mason sudah gugup sekarang, bisa dibayangkan setelah bayi lahir, mereka pasti akan lebih panik lagi menghadapi si kecil.
Tapi bukankah itu juga keseruan membesarkan anak?
Melihat si kecil tumbuh hari demi hari, mengoceh dalam pelukan. Aimee semakin menantikan kedatangan anak ini. Hanya saja... dia mungkin tidak bisa menemani anak itu terlalu lama...
"Aimee, seperti yang sudah kukatakan, aku suka baik laki-laki maupun perempuan," Mason merespons dengan lembut, menundukkan kepala untuk memberikan ciuman lembut di rambut Aimee. Namun, senyum yang biasa terukir di sudut bibirnya menghilang.
***
Di villa Mason, waktu makan siang sudah lewat, tapi Chiara masih bersembunyi di kamarnya dan menolak keluar.
Dia terbaring lemah di tempat tidur, dan meski sudah tidur siang, masih merasakan sakit seperti dirobek-robek.
Dia ingin turun dari tempat tidur untuk mencari makan, tapi begitu kakinya menyentuh lantai, setelah berjalan beberapa langkah dia langsung berbaring lagi di tempat tidur karena kesakitan.
Bisa dibayangkan betapa gilanya Mason semalam.
Chiara bersandar lemah di kepala tempat tidur. Dia ingin menjadi wanita seutuhnya, tapi harus melewati rasa sakit seperti ini. Namun dia juga tahu bahwa setelah semalam, dia benar-benar telah menjadi seorang wanita.