Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Happy Reading
####
Sejak kejadian semalam, Alicah merasa Pandu sedikit menghindarinya, seperti tadi saat subuh, Biasanya Pandu akan membangunkannya dengan paksa untuk Shalat, ya walaupun tidak pernah berhasil, tapi kali ini Pandu sama sekali tidak membangun kannya. Pandu pergi ke sawah tampa berpamitan padanya, tapi Alicah mah bodoh amat gak peduli.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi tapi Alicah masih asik rebahan dikasur empuknya. ia sedang memainkan game offline di handphonenya. sedang asik-asiknya ia mendengar teriakan Simbok dari luar.
"Alicah,"
"Alicah," Teriak simbo semakin kuat.
Alicah membuang nafas kasar dan beranjak dari posisi nyamannya. Ia membuka pintu kamar dan disuguhi wajah Simbok yang terlihat kesal.
"Kamu ini, udah jam berapa ini Alicah? Kamu enak-enakan tidur saat suamimu panas-panasan di luar," Dumel Simbok yang sudah capek dengan kelakuan perempuan muda dihadapannya ini.
"Ada apa Simbok manggil-manggil ?" Tanya Alicah mengalihkan pembicaraan. kupingnya sudah panas mendengar omelan wanita paru baya yang sayangnya adalah mertuanya.
"Kalau dikasih tau malah ngeyel, Nih antar Makanan untuk pandu, tadi ia belum sempat sarapan." Simbok menyodorkan Rantang berisi sarapan.
"Kenapa gak simbok aja sih yang antar, Aku lagi sibuk simbok," Sibuk tidur sih sambung Alicah dalam Hati.
"Sibuk tidur maksudku," Simbok melotot geram pada Alicah. "Gak ada alasan, syukur lagi saya suruh kamu dari pada saya suruh nari," Mendengar hal itu Alicah melototi mertuanya, tampa mengatakan apapun lagi ia segera mengambil rantang dan menutup pintu kamar.
"Anak gak ada sopan santunnya sama orang tua, Dosa apa saya punya menantu kaya dia huh," Simbok membuang napas kasar dan beranjak dari sana.
Sedangkan Alicah mendumel tidak jelas didalam kamar. Dengan terpaksa ia mulai bersiap-siap untuk pergi ketempat kerja Pandu. Alicah malas mandi karena airnya yang sangat dingin kaya es. jadi ia memilih mandi sehabis mengantar makanan nanti.
####
Terlihat seorang pemuda yang sedang menanam padi di sawah yang baru dibajak oleh kerbau itu. dibawah panas matahari yang terik tak membuat Pria itu merasa terganggu, Pria itu adalah Pandu. Ia menanam padi di sawah mereka yang baru panen dua minggu yang lalu. Pandu berangkat kerja, ia memang menghindari Alicah, entah mengapa ia merasa ada sesuatu di hatinya. Sejak memarahi Alicah malam itu ia sedikit merasa bersalah dan memilih menghindar dari istrinya. Pandu belum sempat sarapan tadi, ia memang kepagian berangkat sebelum Alicah bangun dari tidurnya. Pandu yang sedang fokus-fokusnya merasa terganggu dengan teriakan seorang Pria muda di dekatnya. Memang Sawah Pandu berdampingan dengan sawah milik warga lain
"Bang Pandu," Teriak pemuda yang terlihat berusia belasan tahun, Pandu menoleh ke arahnya dan bertanya lewat gerakan bibir.
"Itu istri abang datang," beritahu pemuda itu.
Pandu seketika menoleh kearah jalan dan betul ia melihat istrinya datang dengan menenteng Rantang makanan. Melihat Alicah mengangkat rantang seolah ditangannya Pandu yang paham berhenti dari aktifitasnya, Meletakkan kembali bibit padi dan melangkahkan kakinya mendekati Alicah. Alicah setia ditempatnya dan menunggu Pandu menghampirinya.
"Nih makanan buat lo," Alicah menyodorkan Rantang itu ke Pandu. "Cepetan ambil, gue mau balik," Alicah mulai kesal karena tak mendapat tanggapan dari Pandu. Ia ingin memberikannya sendiri dengan memegang tangan pria itu tapi tak jadi setelah melihat tangan Pandu yang penuh lumpur.
"Kamu temani saya makan," Titah Pandu tak mau dibantah. Pandu berjalan mendekati pondok yang dibuat disana. Pandu sudah duduk, dan ia menatap Alicah yang masih berdiri ditempatnya yang tadi dengan cemberut.
"Cepetan Alicah, kerjaan saya masih banyak, atau mau saya gendong," Alicah melangkah dengan cepat sebelum Pandu benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Ia duduk di samping Pandu. "tolong suapi saya, tangan saya penuh lumpur," Ujar Pandu mengankat tangannya yang penuh lumpur.
"Lo itu dikasih hati minta jantung," ketua Alicah sebal. Ia memilih mengalah dari pada semakin lama terjebak ditempat seperti ini. Alicah membuka tutup Rantang yang berisi nasi, Ikan dan Sayur asam. Alicah menatap bingung karena tidak menemukan sendok.
"Cari apa?"
"kok gak ada sendoknya sih, jadi gimana cara nyuapinnya." Bingung Alicah.
"Kalau gak ada sendok pake tangan kamu dong," ujar Pandu santai.
"Ogah," Alicah mendelik tak suka, dih ogah banget nyuapin pake tangan. membayangkannya saja sudah membuat ia geli.
"Kalau kamu gak mau ya udah, Saya gak jadi sarapan," Pandu berdiri dari duduknya ingin melanjutkan pekerjaanya yang tertunda. sebelum Pandu melangkah Alicah mencegat Pandu dengan memegang lengan Pandu.
"Ya udah, buruan sebelum gue berubah pikiran," Alicah mengalah kali ini, sebenci apapun ia pada Pandu tapai ia tidak tega membiarkan Pandu kelaparan.
"Gue gak pernah make tangan buat makan tau," Dumel Alicah sambil mencuci tangannya dengan air yang di bawa oleh Pandu tadi. Merasa tangannya sudah bersih, Alica mulai mengambil Ia dengan kaku mencampurkan Nasi dan sayur, mengambil sedikit ikan dan dan nasi ditangannya. hanya sedikit yang dapat Alicah Ambil.
"Buka mulutnya," Titah Alicah menyodorkan nasi ditangannya.
"Bismillah," Pandu membuka mulut menerima suapan dari tangan lentik Alicah. Alicah merasa geli saat tangannya masuk kedalam mulut pandu. Selesai mengunyah makanan di mulutnya Pandu menatap intens Wanita yang duduk dihadapanya itu.
"Kamu udah makan?" Tanya Pandu lembut.
"Hmm," Dehem Alicah sebagai balasan.
"Saya butuh jawaban yang jelas Alicah," Pandu kembali menerima suapan dari Alicah.
"Gak sempat," Singkat Alicah, ia masih pokus memilah Daging ikan dari tulangnya.
"Kamu makan juga kalau gitu," Pandu sedikit kaget mendengar jawaban istrinya yang mengatakan belum makan.
Apa uangnya sudah habis makanya ia belum membeli makanan? Semalam setelah Alicah meminta uang padanya, akhirnya Pandu memberikan uang juga. Ia baru tau bahwa Alicah tidak bisa makan makanan sembarangan. walaupun ia yakin makanan yang mereka masak higienis tapi ia tidak mau ngambil resiko
"Habis dari sini nanti gue beli makanan," Alicah memang berniat membeli makanan setelah mengantarkan Makanan Pandu.
Pandu tak mengatakan apapun dan pokus mengunyah makanan di mulutnya agar cepat habis. Ia tidak mau Alicah terlalu lama menunda makannya. beberapa menit berlalu Pandu selesai dengan Sesi makan, Alicah mencuci tangannya dengan bersih. walaupun tak dapat menghilangkan bau ikan ditangannya.
Selesai membereskan rantang Alicah berpamitan Pulang. "Gue pulang dulu mau beli makanan," Pamit Alicah tampa menatap lawan bicaranya.
"Tunggu, Uang mu masih ada?" Pandu memastikan apakah uang istrinya masih cukup untuk membeli makanan.
"Cukup untuk sekarang. gak tau kalau nanti," Alicah melangkah menjauh dari sana tampa menoleh ke belakang lagi. Ia merasa ada sedikit gelayar aneh di hatinya. Sedangkan Pandu tersenyum menatap Tubuh Alicah yang mulai menghilang dari pandangan. Tapi senyumnya hilang saat mengingat sesuatu.
Bersambung....
"Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklum ya,. Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share.
Salam manis dari author. Lijaloverrr. *** 😊🥰🥰