"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ampun Ra
Dengan sigap Den mengumpulkan bukti dan saksi untuk membantu Tiara mendapatkan keadilan. Lelaki yang diakui Tiara sebagai pacar juga pelaku penganiayaan atas Tiara ternyata adalah anak pemilik hotel ternama di kota ini. Hasil visum serta pengakuan Tiara saja tak akan bisa menjadi bukti kuat untuk menjadikan Rizal sebagai tersangka. Apalagi yang dihadapi adalah anak orang kaya! Abot Ndan!
Namun Den nggak nyerah gitu aja. Dari hasil wawancaranya dengan Tiara, dia menemukan empat pria yang katanya pernah membeli Tiara dari Rizal. Dan sialnya, keempat pria itu juga bukan orang sembarangan. Anak polisi, anak pejabat, anak pemilik restoran besar, dan satu lagi yutuber mayan terkenal, eleh eleh.. Den menggeleng kepala meredakan nyut-nyutan yang menghantam tanpa diminta.
"Generasi bobrok! Cuma nurutin kebutuhan selangkangan aja. Syu.. Asyu!" Den misuh sendiri.
Den bergerak menuju hotel yang disebutkan Tiara sebagai satu-satunya tempat dirinya melayani para lelaki hidung kudisan. Den tak mau bertindak bodoh dengan datang seorang diri seperti polisi prindapan. Dia mengajak geng Lowo Ireng, yang kebetulan diketuai oleh dirinya sendiri. Bukan geng motor, bukan anggota preman atau mafia seperti yang dibayangkan para reader budiman dan budiwati. Tapi, Lowo Ireng adalah kumpulan pemuda jarang tidur yang suka nongkrong di pos ronda, sambil ngabisin rokok lintingan. Hobi mancing dan ngabisin nasi di mejikom para emak mereka adalah kesamaan yang makin mengakrabkan tali persahabatan mereka. Sama-sama gragas, lebih tepatnya!
"Mau kemana kita Den?" Tanya Yagsa yang sudah ada di dalam mobil Den, entah sejak kapan dia di situ.
"Ke hotel." Jawab Den singkat.
"Astagfirullah hal adzim Deeeen.. Kurang apa jatah dari binimu, nyampe ngajak kita-kita main di hotel? Anjir lah, makin nggak waras kamu mah!"
Yagsa terlihat tak terima dirinya akan digiring ke tempat yang jarang dia kunjungi. Bukan jarang tapi emag nggak pernah! Yagsa anak rumahan yang patuh pada aturan emak bapaknya, telat pulang aja bakal kena slepet wajan pamungkas milik emaknya. Ditambah hantaman caping gunung kepunyaan bapaknya jika dia berani menangkis jurus wajan melayang yang diarahkan padanya. Jadi, bisa dikatakan Yagsa ini anak baik-baik.. Baik kalo nggak ketauan bejatnya!
"Muluut. Otakmu mikir apa'an sih? Kita ke sana mau cek cctv dan memastikan sesuatu. Jadi gini ceritanya......"
Den mengendarai mobil sambil mendongeng dan didengar oleh Slamet, Yagsa dan Cireng. Mereka menunjukkan ekspresi berbeda-beda. Yagsa sepertinya lumayan pintar dari pada yang lain, dia manggut-manggut mencermati setiap detail kata tersusun jadi kalimat yang disampaikan Den. Sedangkan Slamet dan Cireng cuma numpang napas aja di dalam mobil. Ada tidaknya mereka seperti nggak ada artinya.
"Udah intinya aja, kita disuruh ngapain ini? Tuh si Slamet sama si Cireng cuma dlongap-dlongop nggak ngerti arah omongan mu yang mbulet itu." Yagsa menikmati semburan udara dari ac mobil pertahan-lahan menerpa wajahnya.
"Mungkin maksud Den, kita disuruh ngalihin perhatian petugas dan satpam yang ada di hotel itu sedangkan salah satu dari kita nyewa kamar yang dipake kliennya Den buat ngecek adanya cctv apa nggak di kamar bekas adegan ah uh ah uh itu." Cireng berkata sambil ngelap ingusnya yang netes perlahan-lahan melewati bibirnya.
"Nah tuh Cireng pinter bener! Tumben otakmu encer Ci. Smart lho kamu!" Den memuji Cireng.
"Aslinya aku emang pinter. Cuma aku nggak mau nyombong aja. Seperti langit, dia nggak pernah bilang kalo dia itu tinggi." Jelas Cireng bangga.
"Anjaaaaiii.. Sumpah keren banget lu anaknya bulek Sri Rezeki! Slamet mana suara mu Met? Masih idup kan?"
Den tertawa lepas menanyakan kondisi temannya yang meringkuk tak bersuara karena tak tahan dengan ac mobil. Mabok dia! Di tangannya sudah ada kantong plastik hitam untuk jaga-jaga agar dia nggak muntah di dalam mobil Den. Dia terbiasa pergi naik motor. Misal harus banget naik mobil, Slamet milih mobil bak terbuka misal pickup atau truk, odong-odong dan tosa juga bisa dijadiin pilihan bijak selain mobil tentunya.
"Diem lu semua." Slamet merem-merem bukan menikmati perjalanan tapi mengutuk Den dalam hati karena caranya berkendara membuat Slamet serasa makin dekat dengan malaikat maut!
Dan akhirnya mereka sampai di hotel itu. Den langsung masuk ke dalam sana. Memesan satu kamar bareng Yagsa. Sedangkan Slamet dan Cireng ditugaskan berjaga di lapangan! Mereka ada di lobi, tugasnya tak kalah berat.. Mereka harus SKSD dengan mbak resepsionis dan juga satpam demi mengorek informasi sekecil apapun tentang kejadian yang bersinggungan dengan Tiara.
Tiba di kamar yang dipesan, Den bisa menyimpulkan jika di dalam kamar hotel itu memang ada cctv nya. Ada di dua. Yang pertama mengarah ke ranjang. Satunya lagi ada di dekat pintu. Wah.. Jika acara hohohehe Tiara dilakukan di kamar mandi ya udah.. ucapkan selamat tinggal pada usahanya kali ini. Satu lagi, hotel ini bukan milik orang tua Rizal tapi bisa saja Rizal sudah membayar siapapun untuk menghapus atau merusak rekaman dari cctv di kamar ini. Den menghela nafas pelan. Dia melihat Yagsa yang malah rebahan di kasur.
"Setan! Ngapain malah mode pasrah kayak gitu?"
"Mumpung di sini lah Den. Lagian kasur nya empuk banget ya elaah. Di bawa pulang boleh kali?"
Baru mau menjawab ucapan nyeleneh Yagsa, Den mendapat pesan dari Cireng jika satpam yang berjaga hari ini bisa membantunya. Senyum Den terbit.
"Kira-kira kalo kita minta baik-baik rekaman cctv dari kamar ini, pemilik hotel bakal ngasih apa kagak ya Sa?" Tanya Den pada Yagsa yang masih rebahan anggun.
"Ya kagak lah. Situ siapa? Anak pejabat? Anak presiden? Punya koneksi jalur dalem buat mudahin niat mulia mu itu? Kagak kan?"
"Terus?!"
"Bukti nggak harus rekaman cctv kan Den? Ada cara lain."
"Apa?"
"Kamu abis kawin kayaknya otakmu kesumpelan sempak binimu ya Den? Jadi blo'on gini rasa-rasanya. Saran ku, buat si Rijal Rijal itu ngaku dengan sendirinya kalo dia adalah mucikari yang jual pacarnya sendiri. Bisa minta tolong klienmu itu kan? Caranya? Ya dipancing lah, gimana biar dia mau ngaku. Kasih tau klienmu biar setiap obrolan dan chat yang nyerempet ke arah itu bisa direkam. Yang banyak jangan satu dua bijik. Lakuin hal yang sama untuk keempat pemuda pemuja selangkangan temen mainnya si Rijal. Kalo bukan klienmu sendiri yang bertindak, nggak bakal bisa Den. Kamu kan mudeng hal-hal kayak gitu, apalagi udah kantongin hasil visum. Gampang lah pastinya. Kita kasih kamu perlindungan aja dari jarak jauh." Yagsa berucap panjang kali lebar.
"Perlindungan jarak jauh?" Tanya Den mengernyitkan keningnya.
"Doa! Kita bantu doa!"
"Bajingaaan!"
Yagsa tertawa. Den mengambil ponselnya yang bergetar. Panggilan dari biniknya.
"Ya Ra. Kangen?"
"Ngapain kamu di hotel??? Sama siapa?? Ku rajang Kepin nyampe tak berbentuk, maoo??" Suara Tisya terdengar menggelegar. Den sampai merinding.
"A--ampuun Ra..."
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂