NovelToon NovelToon
Pesona Wanita Penggoda

Pesona Wanita Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintamanis / Duda / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

USG

Semenjak kehamilan Melisa yang masih terbilang muda dan rentan, Lusi yang tidak ingin calon bakal anaknya juga milik Rudy menyuruh orang kepercayaan dari pihak keluarganya untuk menjaga dirinya.

Bukan hanya itu saja, Melisa pun tidak diperkenankan untuk memasak atau terlalu letih dalam mengurus pekerjaan rumah. Lusi mempekerjakan orang untuk bersih-bersih dan memasak juga.

Walau pun tidak boleh terlalu letih pun tetap saja setiap malam Melisa dibuat kelelahan oleh suaminya, hampir setiap hari mereka mereguk k3n!km*t4n dir4nj 4ng.

Terlebih kini Lusi menyuruh Rudy, selama hamil suaminya itu harus tidur bersama Melisa. Otomatis itu menjadi hal yang tidak akan Rudy sia-siakan.

Selama sebulan kehamilannya, tetap saja Melisa selalu pandai menyenangkan otong ayahnya, ia piawai jika sudah menari.

Sedangkan Rudy makin mencintai isteri mudanya itu, ia selalu memanjakan Melisa mulai dari menuruti keinginan maupun selalu memijat isterinya yang mudah lelah.

Walaupun itu berakhir dengan Rudy yang menjenguk dedek bayi mereka di dalam perut Melisa. Setiap malam Lusi sampai geleng-geleng kepala jika mendengar suara meresahkan yang berasal dari kamar Melisa.

Sungguh walau Melisa sedang hamil pun, Rudy tidak akan absen untuk memasuki wilayah sah istri mudanya itu.

"Kamu lelah sayang.....?" Tanya Rudy melirik Melisa yang sedang menghirup oksigen setelah bermain dengan Rudy.

"Tentu saja, ayah selalu bisa buat Melisa sangat capek" Jawab Melisa yang mulai menormalkan deru nafasnya.

"Tidurlah, besok kita ke rumah sakit untuk melihat calon anak kita?"

"Benarkah ayah? Tapi ibu diajak tidak?" Tanya Melisa.

"Tergantung ibu kamu mau tidak ikut melihat anak kita. Tapi kalo berdua saja sama ayah malah bagus."

"Kenapa bisa begitu yah?" Tanya Melisa memicing pada Rudy.

"Karena kita bisa berduaan seperti dulu, main di mobil saat di pantai." Ucap Rudy mengingatkan peristiwa nani-nu.

"Nakal ayah ini." Tawa Melisa.

"Sudah ayo kita tidur." Titah Rudy dan langsung menarik selimut untuk menutupi tvbvh p0l0s keduanya.

Sementara di pagi hari yang sangat terik, karena sinar matahari telah keluar awal untuk menyinari. Terlihat pasangan suami isteri yang masih tertidur pulas, padahal sinar matahari telah memasuki celah-celah di kamar Melisa.

Melisa terbangun lebih awal, ia lalu duduk di sandaran r4n j4ng dan meregangkan badannya yang terasa lesu.

Rudy yang saat itu masih tertidur terlihat begitu tampan bagi Melisa di usianya yang sudah tidak muda lagi itu.

Walaupun sudah keluar rambut putih sebagian pada rambut Rudy, namun tidak mengurangi ketampanan suami sirinya itu.

Sementara di luar makanan telah siap, dan Lusi tengah menunggu suaminya dan anak angkatnya, mereka malah tidak pedulikan yang sedang menunggu.

Karena hari telah siang, Rudy mengendong Melisa hingga ke kamar mandi. Keduanya kini mandi bersama di bawah kucuran air.

Namun kali ini Melisa tidak mau di m4 5uki lagi, dengan alasan ia merasa kasihan pada ibunya yang sudah menunggu diluar untuk makan malam.

Setelah selesai mandi, dan berpakaian. Keduanya keluar dari kamar dan pergi dengan Rudy mengandeng tangan Melisa.

Melisa bahkan duduk disamping Rudy, Lusi yang melihat kemesr*an keduanya. Terlebih anak angkatnya itu di depannya minta disuapi oleh suaminya.

Entah apakah Melisa sengaja atau tidak, yang jelas ia sebagai isteri pertama cukup gerah melihatnya.

"Sayang, apakah kamu mau ikut ke rumah sakit? Kita mau USG anaknya Melisa." Tawar Rudy pada isteri tuanya itu.

"Tidak usah, lebih baik kalian saja. Lagian aku cepat letih kalo sering bepergian. Aku di rumah saja." Jawab Lusi.

"Ya sudah kalo begitu biar kami berdua saja yang pergi."

"Oiya Mel ini untuk kamu." Ucap Lusi menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna hitam.

"Apa ini Bu?" Tanya Melisa seraya mengambil kotak hitam itu dari tangan ibunya.

"Ini hadiah ulang tahun kamu, selamat ulang tahun yang ke 19 tahun ya Mel." Ucap Lusi dan menyalami Melisa.

Melisa yang melupakan hari jadi kelahirannya cukup terkejut, ia tak menyangka akan mendapat kejutan dari ibu angkatnya.

Selama ini Melisa mengira bahwa ibunya acuh padanya, karena masih marah sebab ia bermain api dengan Rudy.

"Terima kasih ibu." Seru Melisa penuh kebahagiaan.

Sedangkan Rudy tersenyum melihat kerukunan keduanya, Melisa sempat melirik ayahnya dengan tangan mengatung pada suaminya itu.

"Lalu kado ayah mana?" Tanya Melisa mengerucutkan alat ucapnya.

"Nanti, ayah sudah siapkan koq."

"Oke." Jawab Melisa senang.

Dasar si Melisa nya mata duitan, ia begitu senang akan pemberian hadiah dari siapapun. Tak lama mereka kembali sarapan dengan nyaman.

Setelah sarapan Rudy pun mengantar Melisa ke rumah sakit pusat, disana mereka menempuh perjalanan hampir 1 jam. Karena rumah samlkit itu khusus ibu dan anak, dan Rudy ingin memberikan fasilitas terbaik untuk Melisa yang sudah bersedia mengandung buah hatinya.

Sesampai disana Melisa masuk kedalam ruangan dokter kandungan yang saat itu dokternya wanita, sedangkan Rudy mengekori isterinya yang baru saja masuk ke ruangan praktek dokter kandungan.

"Silahkan duduk." Titah dokter wanita itu menatap Melisa dan suaminya yang kemudian duduk berdampingan.

"Mbak Melisa, maaf jika saya memanggil anda dengan sebutan itu karena saya melihat di data usia anda baru 19 tahun." Lirih dokter itu.

"Tidak apa Bu dokter, saya memang masih muda."

"Lalu dimana suami kamu mbak? Ini ayah kamu bukan?" Tebak dokter itu yang melihat usia keduanya yang terlalu mencolok.

"Hem bukan dokter, disebelah saya itu suami saya. Ayah dari bayi yang saya kandung." Jawab Melisa dengan wajah tersipu.

Mata dokter wanita itu membulat dengan mulut terbuka membentuk huruf O, sang dokter cukup terkejut bahwa pria tua yang masuk adalah suaminya, yang ia kira ayah kandung dari pasien yang bernama Melisa, yang sedang hamil muda itu.

"Wow, maaf kalo saya salah mengira anda sebagai ayah kandung mbak Melisa." Jawab dokter itu yang merasa tidak enak karena asal menebak.

"Tidak apa dokter, lagian Melisa ini isteri kedua saya. Kebetulan saya menikahi dia karena saya membutuhkan seorang anak dari Melisa. Sedangkan isteri saya tidak bisa memberikannya karena sudah terlalu tertua dan tidak subur." Terang Rudy yang menjelaskan semuanya.

"Kalo begitu usia bapak berapa? Lalu usia isteri anda berapa?"

"Saya 42 tahun dokter, sedangkan isteri pertama saya usianya lebih tua lima tahun dari saya." Jawab Rudy.

"Pantes saja, Melisa terlihat masih sangat muda dan saya kira anak anda. Tapi gimana pak 3n4k gak punya isteri yang jauh lebih muda?" Goda dokter wanita itu yang malah kepo.

Rudy menyengir mendengar pertanyaan dokter wanita itu, lalu ia menoleh pada Melisa yang malah tertunduk malu.

"Tentu saja yahud dokter, serabinya lebih gurih. Lagi pula istri saya ini kan sangat cantik bukan? Yang pasti dia lebih keren m4!nny4 ketimbang isteri pertama saya." Jelas Rudy yang malah membandingkan urusan kasurnya dengan isteri pertamanya yaitu Lusi.

"Ayah, jangan dibuka gitu dong, Mel kan malu."

"Tidak apa Bu, itu berarti suami mbak betah ngandon punya mbak Melisa terus." Canda dokter itu yang memiliki selera humor tinggi.

"Ya sudah kita langsung USG mbak Melisa saja. Ayo naik ke atas dulu." Titah dokter itu.

Melisa pun menaiki brankar dengan dibantu Rudy, llau perawat memberikan gel yang terasa dingin dirasakan oleh Melissa.

Tak lama setelah diberikan gel itu, dokter pun menaruh alat USG pada perut Melisa untuk melihat kondisi janin Melisa.

Rudy dan Melisa melihat pada layar monitor di mana ia hanya melihat gambar tak jelas.

"Mana dedek bayinya Bu?" Tanya Melisa dengan kepolosannya.

"Ya belum kelihatan mbak, nanti kalo sudah 5 bulan baru kelihatan jelas. Ini baru kantong rahim mbaknya saja yang kelihatan. Lihat!!" Tunjuk dokter wanita itu pada layar lcd.

"Kecil sekali ya dok ukurannya. Gak sebesar punya suami saya." Cetus Melisa nyaring, di iringi tawanya.

"Mel jangan bikin ayah malu."

"Tapi kan emang bener malah besar punya ayah gitu kok. Maaf ya Bu saya sukanya kalo ngomong rada rusuh." Canda Melisa.

"Tidak apa mbak, santai saja." Balas dokter itu dan melanjutkan kegiatan USGnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!