RUNGKAD

Ru mengedipkan matanya beberapa kali. Imut. Itulah yang ditangkap Maulana hingga lelaki itu tak jemu memandang perempuan di depannya.

"Gimana mbak? Mau?" Ajak Maulana makin mendesak Ru.

"Mas Maulana, pernikahan bukan seperti permainan. Mudah memulai ketika penasaran, gampang mengakhiri saat bosan. Aku pernah gagal mas, bahkan baru beberapa hari yang lalu masa iddah ku berakhir, apa pantas sekarang aku membahas masalah pernikahan dengan mas Maulana?"

Sebuah botol air mineral dibuka tutupnya oleh Maulana, Ru kira juragan itu akan meminumnya tapi ternyata botol itu disodorkan ke hadapan Ru.

"Minum dulu. Biar nggak oleng, kalau kata netijen." Maulana mengatur posisi duduknya menjadi tegak dan tetap menatap Ru tanpa memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku tahu ketakutanmu. Seseorang yang pernah gagal dalam hal apapun di dunia ini pasti akan merasa trauma jika harus mengulang lagi sesuatu yang sama, tapi aku bukan mantan suamimu mbak Ru. Kami berbeda." Tukas Maulana.

Tanpa memperhatikan botol minuman yang tadi disodorkan oleh Maulana, Ru menghela nafas berat. Sepertinya banyak beban yang bertumpuk dalam pundak dan kepalanya.

"Banyak perempuan lain mas, aku cuma janda, lulusan SMA, orang tua juga udah nggak ada, nggak cakep-cakep amat, kerempeng, semua dalam diriku standar dimiliki kebanyakan perempuan di luar sana. Aku nggak punya keahlian khusus, pekerjaan saja dikasih sama mas Maulana, terus apa yang membuat mas ingin memperistri ku? Jangan sampai suatu saat nanti mas bilang menyesal sudah menikahi ku.."

Ru menunduk mengingat perkataan jahat Raden yang selalu digaungkan ketika mereka beradu mulut.

"Hahaha.."

Suara tawa itu membuat Ru mengangkat kepalanya. Ada apa? Ada yang lucu? Dia Napa dah?

"Mas Maulana kenapa? Ada yang lucu?"

"Ya yang lucu itu kamu mbak Ru. Mbak Ru aja udah mikir seandainya nanti jadi istriku, ya Allah.. Ternyata bayangan mu udah sejauh itu ya mbak." Senyum itu tak hilang.

'Kampreto kok dia fokusnya ke kalimat itu aja sih?! Aku udah ngomong panjang lho itu.. Kok si juragan satu ini kayak punya kelainan ya? Ngeri-ngeri sedep deh deket si mas..'

"Silahkan mbak Ru berpikir apapun tentang ku, karena mulai hari ini, aku akan membuktikan kalau aku bersungguh-sungguh, aku ingin menjadikan mbak Ru pendamping hidupku. Ingat ya, mbak Ru sudah aku tandai. Jangan mau kalau dideketin laki-laki lain, kalau ada yang deketin mbak Ru.. Bilang sama mereka... Sainganmu Maulana, gitu ya."

'Apa itu? Tandai, tandai... Dikira aku pohon mau ditebang pake acara ditandai segala? Orang satu ini nggak sehat kayaknya, agak lain cara mikirnya, bukan oleng lagi tapi udah miring parah. Ya Allah... Gini amat hidup hamba mu ini, lepas dari manusia nggak berguna malah kena slepet lelaki kaya gabut ngebet pengen kawin kayak gini..'

Tak ingin ambil pusing, Ru hanya tersenyum sekenanya. Paling juga juragan satu ini abis ngunyah kecubung, yang dia kira duren mini di kebunnya. Jadi mabuk dan berhalusinasi tipis-tipis deh dia. Bentar lagi juga paling si juragan bakalan jempalikan karena merasa dirinya Spiderman nyasar di gudang singkong!

"Kenapa senyum-senyum gitu? Mau godain aku? Nggak usah mbak.. Nggak kamu goda juga dari awal aku udah tergoda sama mbak Ru."

Kan kan...

_____________

Pagi, di rumah Ru.

Semalam Ru pulang diantar mas juragan. Sedikit dipaksa karena dirinya bersikukuh tak mau menaiki mobil Maulana untuk ketiga kalinya. Nggak perlu dihitung ya? Mau gimana lagi.. Ini othornya kelewat gabut!

"Kamu udah denger belum Ru, mantan laki mu semalem digiring ke kantor desa. Niatnya mau dibawa ke kantor polisi sih, tapi mantan laki mu milih nikahin siri gendakannya itu."

Berita hot news disampaikan Desi, istri Andre kepada Ru. Desi bersemangat menceritakan bobroknya Raden yang dibuka oleh warga setempat. Dia bangga menceritakan jika suaminya berhasil melayangkan beberapa kali pukulan ke arah wajah dan tubuh Raden tadi malam.

"Pada tau juga kan akhirnya, tanpa aku koar-koar buka aibnya." Ucap Ru sambil menjemur pakaiannya yang sudah dia cuci sehabis subuh tadi.

Dari cerita Desi, Ru yakin Raden hanya cari aman dengan menikahi Lasmi. Tapi apa pedulinya? Malah bagus kan? Mereka jadi lebih bebas berbuat yang iya-iya mulai sekarang. Ru sungguh tidak peduli pada pasangan yang terpaksa dihalalkan itu.

"Ru, itu bukannya mobil yang semalem nganterin kamu pulang? Punya juragan Maulana kan?" Tanya Andre yang nyebat di dekat mereka.

Andre tahu siapa Maulana karena dia bekerja di pabrik bersebelahan dengan kantor milik juragan tersebut. Maulana humble, pembawaannya yang santai menjadikan dirinya mudah berbaur dengan siapa saja. Orang tidak akan menyangka seorang yang berjalan ke arah Ru setelah menutup pintu mobilnya itu adalah sang juragan muda. Dia si paling tajir melintir tak kiwir-kiwir tapi ngincer mbak janda buat dijadiin calon bininya, Maulana memang menyala tapi Ru lebih berkobar karena bisa menaklukkan Maulana tanpa melakukan apapun juga.

"Buset Ru, hoki mu gede amat.. Nggak kaleng-kaleng elah, di deketin mas juragan lho. Wajib viral sih ini!" Andre langsung mengeluarkan ponsel tak seberapa mahal dari kantong celananya dan mengatur angle foto paling apik saat Maulana berjalan mendekati Ru sambil menyodorkan bungkusan yang entah isinya apa.

"Eh mas, bolak-balik ke sini baru ngeh kalau mas tetangga mbak Ru." Sapa Maulana ke arah Andre.

"Iya mas, lha gimana mau ngeh kalo fokusnya mas Maulana cuma ke Ru aja hahaha.." Asli garing sih. Tapi Andre masih berusaha tertawa.

Penampilan Ru saat ini, memakai daster yang sudah luntur. Rambut belum disisir tapi di cepol asal, menyisakan anak rambut di bagian sana, wajah polos tanpa riasan selalu menarik perhatian Maulana.

Pemuda itu sampai diam di tempat saking terpana dengan maha karya Tuhan yang tertinggal di bumi.

"Mbak Ru.." Panggil Maulana.

"Iya mas," Ru menoleh ke arah Maulana yang duduk di bangku di depan rumahnya. Ru berniat berganti pakaian lebih layak dari pada daster luntur plus dombleh yang dia pakai sekarang.

"Aku pikir mbak Ru itu nyasar lho," Karena Ru diam tak paham Maulana melanjutkan kalimatnya.

'Karena tempatnya bidadari itu kan di kayangan, tapi mbak Ru malah ngadi-ngadi pake ngetem di hatiku, ngaduk-aduk apa yang tadinya diem anteng di dalam sana. Sekarang kalo liat mbak Ru rasanya hati ikut jedag-jedug nggak karuan..'

Hampir saja mulut Maulana mengatakan gombalan receh ala mas Djaduk di novel sebelah, tapi untung remnya pakem. Dia simpan ucapan nggak mendidik itu di dasar hati terdalam. Di kubur bareng kenangan mantan!

"Nggak mbak.. Nggak jadi.. Mendadak aku lupa mau ngomong apa." Maulana sampai salah tingkah di depan Ru yang hanya memakai daster luntur dan dombleh.