CERITA KITA

Satu Minggu berlalu, sejak kejadian di apartemen Lian, Zay tidak pernah lagi menemui wanita itu, meski berkali-kali mamah Moana memintanya untuk membawa Lian ke rumah, "Kali ini saja sayang, bawa Lian kesini, mamah ingin sekali bertemu dengannya," mamah Moana terus membuntuti Zay yang berjalan kearah pintu. 

"Duduk dulu, Zay ingin cerita sama mamah," Zay urung untuk ke kantor, dia lebih memilih menjelaskan sesuatu sama mamahnya, karena pria itu sudah lelah jika harus mendengar rengek,an sang mamah setiap hari.

"Apa Zay, jangan bilang kamu ingin menolak perjodohan ini lagi!" Selidik sang mamah, melihat putranya begitu serius, justru membuat wanita paruh baya itu sedikit takut.

"Lian adalah wanita yang membuat Zay keluar dari sekolah, dan membuat Zay pergi dari rumah mah, dan dia juga yang telah menghina Zay dimasa lalu, Zay tidak akan minta mamah membatalkan perjodohan ini,  hanya ingin mamah tau, kalau Lian bukanlah wanita baik dan dia mencintai pria kaya raya mamah, lebih tepatnya bukan cinta tapi lebih suka kemewahan" 

"Oh,,, kalau soal itu mamah sudah tau Zay" 

"What! Mamah sudah tau dan masih ingin menjodohkan Zay dengan Lian?" Zay tidak Habis pikir dengan cara mamahnya berfikir, kalau sudah tau kenapa wanita paruh baya itu masih mau menjodohkan dirinya.

"Dia sudah menyesal dan meminta maaf kan Zay, bahkan mamah sudah mendengar percakapan kalian di kolam, jadi tidak ada salahnya memaafkan dan mencoba hubungan baru dengan Lian, apa lagi yang mamah lihat kamu masih mencintai dia Zay, lagian itu kejadian di masa lalu cobalah memaafkan Zay, tidak akan rugi memaafkan Lian." 

"Cinta apa, bahkan Zay tidak lagi tertarik padanya, Zay sudah memiliki Jeny mah, jadi restui hubungan kami, dia lebih baik dari Lian," Zay tetap kekeh dengan penolakan ini.

"Sekali tidak ya tidak! Mamah tidak akan merestui hubungan kamu sama wanita itu! Kalau kamu masih sama dia, siap-siap saja karirnya akan mamah hancurkan!" 

"Hentikan mah!" Bentak tuan Darmawangsa yang mendengar perdebatan keduanya sejak tadi hanya karena perjodohan.

"Kenapa? Apa papah ingin mengulang masa lalu, hah sepertinya begitu ya, oh jangan-jangan papah juga ingin Zay seperti papah juga!" Mamah Moana beranjak dan pergi dari sana, hatinya sakit jika mendengar nama Jeny, dan itu membuat amarahnya naik seketika, "Maafkan mamah Zay, ini lebih baik" gumam mamah Moana sambil menghapus air matanya, dia meninggalkan tuan Darmawangsa dan Zay di ruang tengah, hati itu terlalu lelah jika ingat masa lalu.

"Mamah selalu memaksakan kehendak-nya! Ada apa sebenarnya dengan mamah, hanya karena wanita itu dia sampai mau menghancurkan karir orang, mamah Memang selalu begitu, tapi ini sepertinya terlalu berlebihan!" Gumam Zay, pria itu menghembuskan nafasnya kasar.

"Untuk ini saja Zay, turuti keinginan mama mu, ini demi kebaikan kamu juga Zay" ujar sang papah sambil menepuk bahu putranya.

"Ada apa ini pah, apa kalian menyembunyikan sesuatu dari Zay?" 

"Suatu saat kamu akan paham Zay, tapi tidak sekarang, pergilah kekantor dan bekerjalah dengan tenang," pria paruh baya itu pun berlalu dari sana untuk menemui sang istri, dia tidak sengaja membentak istrinya, apa lagi ini juga akibat ulahnya dulu, Zay pun ikut  berlalu untuk pergi ke kantor, karena pria itu sudah terlambat, pikirannya kacau, semua seperti sebuah teka-teki baginya, dan dia merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun.