Siapa yang menyangka cinta berlebih yang dilimpahkan seorang suami ternyata hanya satu cara untuk menutupi perselingkuhannya dengan wanita lain? Egalita Sangpa, seorang hairstylist yang menikah dengan CEO berusia 27 tahun bernama Evandy Sjahreza. Pernikahan yang mereka jalani begitu penuh cinta, dan Evan selalu memberi kejutan yang membuat istrinya bahagia. Siapa sangka, kejutan dan limpahan cinta yang diberikan ternyata hanya alasan untuk menutupi perselingkuhannya dengan wanita lain! Iko Bhagaskara, sahabat Ega semasa SMA yang mengetahui perselingkuhan tersebut, berusaha keras untuk membuktikannya pada Ega. Apakah Iko berhasil membuka tabir kebusukan sang CEO? Simak cerita selengkapnya disini ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MissJuju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24: AWAL KEHANCURAN EVAN
Perempuan itu membuka matanya perlahan dan seketika terhenyak dari pembaringan begitu menyadari dirinya tengah berada di tempat yang berbeda dari tidurnya semalam. Pandangannya ia lemparkan ke segala sudut kamar yang hampir dipenuhi dengan action figure Marvell terpajang di dalam lemari kaca, namun tak didapatinya sosok laki- laki yang ia cari. Perempuan itu kemudian berjalan keluar kamar, masih dengan kaus lengan panjang yang terlalu besar di tubuhnya. Langkahnya lunglai menuju ke luar kamar berusaha menemukan sosok yang ia cari, namun tetap tak ia jumpai. Mata perempuan itu lantas tertumpu pada sebuah rak terbuka yang menjulang tinggi, hampir sebagian besar ruangnya terisi piala dan tropi dari berbagai jenis penghargaan musik bergengsi di tanah air. Tangan perempuan itu menggamit salah satu di antaranya dan mengamati dengan seksama setiap detail bagian tropi itu.
“Karena kamu, aku mendapatkan semua itu,” ucap seorang laki- laki yang tiba- tiba muncul dari balik kamar mandi begitu melihat Ega tengah mengamati jajaran piala penghargaan yang ada di hadapannya. Mendengar itu, Ega lantas mengembalikan tropi yang ada di tangannya ke tempat semula. Perempuan itu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.
“Karena aku juga, kini karirmu terancam,” pungkas perempuan itu penuh penyesalan. Seketika Iko berjalan mendekati Ega, perlahan membalikkan badan perempuan itu menghadap dirinya. Iko mengunci pandangan mata cokelat itu lekat- lekat, berusaha mengirimkan isyarat cinta yang selama ini ia pendam.
“Aku akan selalu menjagamu. Bahkan jika aku kehilangan karirku atau apapun itu, aku tak peduli,” pungkas Iko meyakinkan perempuan yang masih terpaku di hadapannya. Ega tertunduk menyesal.
“Seandainya kamu mendengarkanku untuk tidak mencampuri urusan rumah tanggaku, pasti kamu tengah bertemu penggemarmu saat ini. Maafkan aku, Ko. Sekali lagi aku minta maaf,” pungkas Ega penuh sesal yang seraya membuat Iko menarik tubuh perempuan itu perlahan dan memeluknya erat.
“Kamu tidak perlu meminta maaf atas apapun. Aku memukul suamimu waktu itu, karena aku memang ingin melakukannya. Tak ada penyesalan sedikitpun dalam diriku, kamu mengerti?” ujar Iko sembari membelai rambut Ega dengan lembut. Merasa canggung, Ega perlahan melepaskan pelukan itu.
“Aku harus pergi sekarang, Ko. Aku akan menyelesaikan semuanya,” tutur Ega.
“Makanlah dulu, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu,” Iko berusaha menahan, namun perempuan itu menggelengkan kepalanya.
“Ayolah. Kamu belum makan apapun sejak semalam. Tubuhmu menggigil, apa kamu tidak merasakan itu? Duduklah.” Kali ini Iko setengah memaksa sehingga Ega memutuskan untuk menuruti saja perkataan sahabatnya. Dua insan dewasa itu akhirnya duduk menghabiskan sarapan dalam satu meja yang sama. Sesekali laki- laki itu terdiam mengamati perempuan yang ada di hadapannya menyuap sarapan perlahan.
“Mengapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Ega yang kemudian hanya dibalas senyum tipis oleh Iko. Laki- laki itu lantas mendaratkan telapak tangannya pada kepala Ega lalu mengacak rambutnya pelan, seperti yang dulu sering ia lakukan semasa SMA.
“Apakah kamu akan pulang ke rumah hari ini?” tanya Iko kemudian. Perempuan itu mengangguk.
“Bertemu dia lagi?” lanjut Iko. Perempuan itu kemudian meletakkan sendoknya pertanda ia menyelesaikan sarapannya.
“Aku yakin dia tidak akan pulang. Laki- laki pengecut itu tak punya cukup nyali untuk menemuiku setelah kejadian semalam. Aku yakin itu,” pungkas Ega. Iko lantas menggenggam tangan Ega perlahan, menguatkan sahabatnya.
“Panggil aku jika kamu membutuhkanku. Aku akan selalu ada di belakangmu, Ga,” tutur Iko yang seketika disambut dengan senyum tipis Ega.
“Terima kasih,” ucap Ega singkat.
...***...
Ega tampak serius menatap layar komputer yang ada di hadapannya. Dengan seksama perempuan itu mengamati semua laporan aliran keuangan La Lemonada dari kantor sang ayah, peruahaan yang mengakuisisi enam puluh persen asset La Lemonada sehingga ayahnya memiliki kekuasaan penuh atas pengendalian seluruh aset yang berada di bawah naungan perusahaan yang diprakarsai oleh The Five Hunters.
“Tolong urus semua yang berkaitan dengan Evandy Sjahreza. Alihkan semuanya atas nama saya,” perintah Ega sembari menyerahkan beberapa bundle dokumen penting cukup tebal pada salah satu auditor keuangan kepercayaan ayahnya yang ditugaskan untuk mengaudit seluruh aliran dana perusahaan La Lemonada. Laki-laki dengan setelan jas hitam itu mengangguk patuh, menerima bundle tebal itu dan mohon diri untuk segera menyelesaikan semuanya. Telapak tangan Ega mengepal penuh dendam begitu teringat kembali akan suaminya yang memilih berjalan mendekati gadis muda yang tersungkur di hadapannya dan tak menghiraukan dirinya sama sekali.
“Aku terima cintamu, satu- satunya hal yang kamu bawa saat meminangku dan aku berikan semuanya sebagai balasan atas cintaku. Maaf aku harus mengambil kembali semuanya karena ulahmu sendiri, Evan. Tanpa sisa,” geramnya sembari menelan ludahnya yang tercekat di tenggorokan. Mata sembab perempuan itu kini menajam penuh dendam mengingat pengkhianatan menjijikkan yang dilakukan secara sadar oleh suaminya.
...***...
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Sayang?” ucap gadis muda yang tengah bersandar manja di pelukan Evan. Kening laki- laki itu tampak mengerut memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah istrinya mengetahui semua perbuatannya semalam. Seketika Evan beranjak dari peraduannya, mengambil ponsel pintar yang ia simpan dalam saku jas nya. Dengan segera ia mencari nama seseorang yang ingin ia hubungi.
“Pasti perempuan licik itu yang telah membocorkan semuanya pada Ega,” gerutunya. Alis gadis muda itu mengernyit, kemudian ia beranjak mendekat ke arah Evan yang masih menunggu jawaban dari panggilan itu.
“Maksudmu, Amora?” tanya Aluna sembari membelai rambut Evan yang mulai menutupi sebagian keningnya.
“Siapa lagi yang tahu apartemen ini jika bukan dia? Hanya kita bertiga yang mengetahuinya,” pungkas laki- laki itu kesal. Mendapati kekesalan itu, Aluna lantas mendaratkan kecupan di bibir Evan untuk menenangkannya, namun Evan sedikit menghindar karena pikirannya yang tengah kacau.
“Sial! Ke mana perempuan licik itu pergi!?” gerutunya begitu mendapati nomor Amora yang tak bisa dihubungi.
“Lantas bagaimana selanjutnya?” gadis itu kembali bertanya.
“Kita ke Australia. Aku akan mengurus semuanya. Kamu, urus semuanya yang kamu bisa untuk berjaga- jaga jika ada yang merekam kejadian semalam. Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?” pinta laki- laki itu pada gadis yang masih bergulat manja padanya. Aluna mengangguk sebelum akhirnya laki- laki itu beranjak pergi meninggalkan apartemen yang belum lama ini ia belikan untuk gadis muda yang tengah bersamanya saat ini.
...***...
“Ke mana Amora!?” sergah Evan begitu sampai di kantor La Lemonada dan menjumpai Lukas .
“Amora tak dapat dihubungi sejak kemarin sore. Kamu tahu? Tim audit dari perusahaan papa Ega datang dan mengirimkan ini padaku!” tutur Lukas tak kalah kesal begitu menerima dokumen dari tim audit papa Ega.
“Bagaimana bisa Amora menggembungkan dana sebanyak ini dari divisiku? Aku bahkan tidak pernah melakukan pengeluaran- pengeluaran tak masuk akal seperti ini kau tahu! Perempuan itu benar- benar sudah gila!” gerutu Lukas panik begitu mendapati laporan keuangan miliknya yang tidak sesuai dengan apa yang dilaporkan Amora pada tim audit pusat perusahaan papa Ega. Evan yang menyadari betul bahwa semua kekacauan itu terjadi atas perintahnya, berpura- pura terkejut.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Aku juga mendapatkan ini!” Nindy yang datang dengan langkah kesalnya menghampiri dua laki- laki itu seraya melemparkan dokumen di hadapan dua sahabatnya.
“Untuk apa sebenarnya Amora melakukan penggembungan dana segila ini? Ega pasti salah paham padaku jika melihat ini!” gerutu Nindy tak kalah kesal sembari berjalan mondar- mandir karena panik.
“Aku akan memberi pelajaran pada perempuan licik itu!” sergah Evan sembari meninggalkan dua sahabatnya menuju ruang kerjanya.
Dalam ruang kerja itu, Evan semakin tersudut karena satu per satu kecurangannya terkuak. Ia berencana untuk segera melarikan diri dan mengamankan asetnya sebelum terbongkar. Dibukanya semua akun yang berhubungan dengan asset perusahaan atas nama dirinya, namun semua usahanya sia- sia. Ia tak mampu menyelamatkan apapun karena semuanya telah dipindah namakan atas nama istrinya, Egalita Sangpa. Gigi laki- laki itu mengerat karena geram, tangannya mengepal penuh amarah.
“Kurang ajar! Arrrghh!” kutuknya sembari menyapu segala sesuatu yang ada di atas meja dengan kedua tangannya hingga apapun yang sebelumnya berada di sana kini jatuh berserak di lantai. Laki- laki itu perlahan- lahan mulai menemui kehancuran yang ia ciptakan sendiri.
...****************...
Halo readers kesayangan, sambil nunggu update episode author selanjutnya, boleh banget baca karya keren di bawah ini yaaa. Pecinta horor pasti ketagihan!! 🥰🥰