NovelToon NovelToon
CEO Posesif Untuk Putri Agresif

CEO Posesif Untuk Putri Agresif

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Chicklit
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riri__awrite

MAAF KARYA INI di REVISI. BARU SAMPAI BAB 6

Mauren adalah seorang putri dari keluarga kaya yang sedang tergila-gila menyukai adik dari seorang CEO berhati dingin dan tampan.

Suatu hari dia sengaja mengikuti adik sang CEO ke suatu night club. Maureen bertemu dengan Sean, sang CEO.
Mereka berdua beradu mulut, karena sang CEO tidak menyukai sikap Maureen kepada adiknya.

"Berhenti!" Maureen menghentikan seorang pelayan yang membawa dua gelas wine. "Kalo kamu bisa menghabiskan segelas wine ini, aku akan pergi dari sini tanpa mengganggu adikmu," tantang Maureen.

"Tapi, Nona. Wine ini milik-"

"Nanti saya ganti!"

Sang pelayan meneguk saliva-nya kasar. Tugasnya mengantarkan minuman yang berisi obat perangsang untuk seseorang gagal total.

Mau tau kelanjutan ceritanya? Yuk mampir dulu di cerita aku. Ini hasil karya original.
"CEO Posesif untuk Putri Agresif"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riri__awrite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Datang

Hawa dingin selalu menerjang kulit manusia di pagi hari. Tidak ada yang merasa hangat saat mentari belum menampakkan dirinya. Namun, dinginnya udara di pagi hari rasanya tidak ada apa-apanya dengan tatapan dingin pria yang menyandang marga Erlano itu.

Selama enam hari ini pasangan suami istri yang menikah dengan paksa itu tidak pernah lagi bertatap mata, apalagi sekedar menyapa sebagai suami istri.

Sean sengaja membiarkan sikap Maureen yang berubah menjadi lebih acuh kepadanya. Padahal jika wanita itu tahu, hampir separuh hatinya selalu dipenuhi rasa khawatir terhadap istri cerewetnya itu. Iya, pria itu sudah mulai tertarik dengan Maureen. Setiap wanita itu tertawa, tersenyum, dan berceloteh ria, Sean selalu menatap dalam. Bibirnya selalu berkedut menahan senyum bahkan saat wanita itu mulai perhatian kepadanya.

Tapi satu minggu berlalu. Rumah tangga mereka rasanya hampa. Jujur, Sean sebenarnya dalam keadaan bimbang. Hatinya menginginkan Alice, tapi separuh hatinya tidak ingin kehilangan Maureen. Lidahnya terasa kelu untuk berkata jujur.

Pagi ini Sean memberanikan diri masuk ke dalam kamar Maureen. Pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah wanita itu sedang tidur meringkuk membelakanginya. Bahkan selimut yang Maureen kenakan hanya menyelimuti sampai lutut. Sean tersenyum samar, sangat samar hingga tidak akan ada yang tahu jika ia tersenyum hanya dengan melihat Maureen tidur seperti itu.

Pria itu dengan pelan mendekati Maureen. Tangannya terulur ingin menaikkan selimut yang hanya sebatas lutut itu, tapi matanya terkunci pada sesuatu yang berada di samping Maureen.

"Jaket?"

Sean segera mengambil benda itu. Matanya menelisik mengamati setiap inci jaket sebelum terkunci pada bagian lengannya. Bekas darah. Ada sesuatu yang menyentil jantungnya ketika memegang jaket itu. Matanya beralih menatap Maureen yang sedang tertidur. Mata elangnya terus memerhatikan wajah itu. Kulit putih bersih dengan alis kecil tebal. Satu yang Sean sadari. Wanita ini ... habis menangis.

Cukup. Sean tidak ingin mengetahui urusan Maureen lebih dalam lagi. Cukup sampai di sini atau wanita itu akan semakin mengacuhkannya.

Jaket itu dia lemparkan kan lagi ke ranjang Maureen, kemudian berniat keluar dari kamar itu sebelum matanya tidak sengaja melihat tempat sampah yang dikelilingi kertas di sekitarnya.

"Ck, wanita ini tidak bisa menjaga kebersihan." Sean membungkukkan tubuhnya mengambil satu persatu kertas itu untuk di masukkan di tempat sampah.

GUGURKAN ATAU KAU AKAN TAHU AKIBATNYA.

Tulisan yang tertera di atas kertas membuat Sean memberhentikan gerakannya. Lagi-lagi dia melihat hal seperti ini. Sebelumnya dia pernah menemukan kertas seperti ini di dapur, mungkin wanita itu lupa membuang dan menyembunyikannya dari pandangan Sean.

Tapi pesan sial yang dikirim kali ini membuat hatinya mendidih sekaligus berdecit ngilu. Siapa yang berani mengancam akan membunuh calon anaknya? Cukup dia yang mempunyai niat seperti itu dulu. Tidak ada yang boleh menyentuh Maureen sebelum anaknya lahir di depan mata kepalanya sendiri.

Tangannya dengan cepat segera membuka lembaran kertas lainnya yang sudah di remas. Isinya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Napas Sean langsung menderu. Rahangnya mengeras. Tangan yang tadinya baik-baik saja itu bergetar dan mengepal dengan kuat.

"Ngapain kamu di sini?"

Suara dari belakang membuat laki-laki dengan rambut yang masih acak-acakan itu segera membalikkan badan. Tatapannya dingin mengalahkan dinginnya pagi ini. Tatapannya berubah tajam seperti pedang yang terhunus.

"Apa maksudnya semua ini?" tanyanya. Suara seraknya membuat Maureen tercenung beberapa saat. "KATAKAN!"

Pria itu berteriak membuat Maureen berjingkat dan langsung tersadarkan realita.

"Apa urusan pribadimu itu sungguh dirahasiakan? Jika sudah seperti ini, harusnya kamu menghubungi polisi. Tidak. Kamu bahkan bisa meminta bantuanku yang berstatus sebagai suamimu ini! Tidak perlu membesarkan egomu itu untuk meminta bantuan."

Sean memegang lengan Maureen agar bersuara. Dia sadar dengan apa yang telah dia katakan sangat menohok hati wanita itu.

"Sudah berapa lama?" Tidak ada lagi emosi yang mengalir dalam nada bicaranya. Kembali tenang seperti air yang menggenang.

"Sebelum kita menikah," jawab wanita itu. Dia tidak berani memandang netra hitam Sean.

"Aku tidak akan membiarkan dia menerormu lagi. Keamanan di rumah ini akan diketatkan."

...****************...

Sean menatap satu persatu kerumunan orang yang keluar dari pintu bandara. Dia menyenderkan punggungnya di mobil seraya menyedekapkan tangannya. Menghiraukan tatapan orang-orang yang berada di sekitarnya. Netranya kemudian terkunci pada sosok wanita tinggi yang memakai outfit all white.

Hari ini akhirnya tiba. Di mana setelah sekian lama Alice datang menginjakkan kaki di tanah kelahirannya.

Senyum bahagia tidak bisa lagi dikontrol oleh wanita itu. Langkahnya yang lebar langsung mengantarkannya ke Sean dan menghamburkan tubuhnya di pelukan pria itu.

"Maaf lama," ucapnya seraya menyalurkan rasa senangnya yang entah diterima atau tidak oleh orang yang dipeluknya.

Sean menguraikan pelukan. "Iya, tidak apa-apa."

Risih? Tentu tidak. Masih cinta? Tentu iya. Sean tidak bisa menjabarkan lagi perasaanya saat sang tunangan- ralat, mantan tunangannya tiba di Indonesia. Wanita itu akan melakukan photoshoot di negaranya sendiri setelah sekian lama.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan langsung menancap gas menuju rumah Alice Albertiana Zero. Sang model terkenal yang tengah meniti karirnya di US selama lima tahun belakang ini.

"Malam ini kamu menginap di sini."

Sean menggelengkan kepalanya. Sangat sulit mengabulkan permintaan kekasihnya yang satu ini, karena dia mempunyai istri di rumah. Haha istri? Tidur saja masih pisah ranjang. "Aku tidak bisa-"

"Kenapa?" Alice memotong perkataan Sean. Alisnya menekuk tajam. "Kamu tidak mencintai dia, bukan? Mana mungkin, kalian menikah saja masih satu bulan."

Air wajah Sean langsung berubah menjadi kecut. "Mana mungkin, Sweety. Aku masih mencintaimu," dramanya.

****, aku mencintai kalian berdua! Aku tidak bisa melepaskan salah satu dari kalian begitu saja.

"Bagus. Kapan-kapan kita harus main di club Exela. Sudah lama sekali kita berdua tidak ke sana." Alice lega mendengarnya, dia yakin tunangannya itu akan tetap sama seperti dulu. Pria yang sangat mencintai dirinya.

Bohong jika Sean tidak menaruh hati pada Maureen, benih cinta itu tumbuh perlahan di hatinya.

^^^Me: Ke rmh nnti mlm. Jg Maureen.^^^

Devan: Tidak.

Sean menatap layar ponselnya dengan geram.

^^^Me: Dtg atau kau akn tau akbtny!^^^

Sean segera memencet tombol hijau. Sedetik kemudian panggilannya langsung dijawab.

"Halo, Kak. Kamu jangan-"

"Siapa?"

Sean segera mematikan ponselnya yang baru terhubung ketika Alice tiba-tiba datang membawa segelas jus di tangannya.

"Oh, Devan."

"Kenapa dimatikan?" Alice menggeser jus itu, kode agar Sean segera meminumnya.

"Tidak terlalu penting," jawabnya.

Alice hanya menganggukkan kepala. Mata wanita itu terus menyorot Sean yang sedang meneguk jus pemberiannya. Sudut bibirnya terangkat sebelah. Malam ini akan menjadi malam yang panjang antara dia dan Sean.

"Bagaimana? Tidak terlalu manis, kan?"

Sean mengangguk kemudian melanjutkan meminum jus itu dan menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Kenapa tersenyum?"

"Aku? Tidak, aku sama sekali tidak tersenyum," elak Alice.

Bohong. Jelas-jelas tadi sudut mata Sean menangkap Alice yang berada di samping sedang mengeluarkan smirknya.

1
YouTube: hofi_03
aku mampir thor 🥰 mampir juga yuk ke novelku judulnya Sahabatku Berkhianat
Cokies🐇
jangan galak" bang
Cokies🐇
kelakuan
El
loh kok berhenti mendadak
padahal aku udah sayang sama Sean 😭
El: wkwkwk
maaf yaa baru bisa mampir 🤗🤗🤗
Riri_awrite: hai kak El...
eh knp aku kangen ya sm kamu 😭
nanti mampir deh di karyamu biar ilang nih kangennya😭
total 2 replies
El
aku udah tegang padahal😭
El
si kampret
El
nah kan rasain
El
nanti nyesel
El
akan aku tunggu kebucinanmu Sean 🤨
El
gak Sean, gak Devan kelakuannya bikin pengen nonjok 😤
El
aku senang saat Sean menderitaaaa 🤣
El
hajar aja
hajarr aku dukung 😤
meilin
seru bgt ka..... semangat up nya
raazhr_
ada loh Van, kmu aja yg blum rasain😔
raazhr_
aku mampir kak, aku baca pelan-pelan ya ceritanya bgus auto ku save 😉🌷
raazhr_
waduh, Maureen are you gwenchana?🥺
raazhr_
to the point bgt ya Maureen🤣
〈⎳ FT. Zira
setangkai 🌹mendarat untukmu thor.. buruan update yaa
〈⎳ FT. Zira
mau ketawa takut dosa.. tpi aku gak tahan🤣🤣🤣
Silvi Aulia
ceritanya makin seru 🤗

aku mampir lagi nih bawa like and subscribe 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!