Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba muntah
Hoek
Hoek
Emila memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya di dalam kamar mandi khusus karyawan. Aroma parfum dari badan salah satu rekan kerjanya yang sangat menyengat membuat perut Emila langsung bergejolak hingga akhirnya muntah.
"Mila, apa kau tak apa?" Terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras dari luar kamar mandi. Dessy pelakunya. Wanita itu nampak panik mendengar Emila yang sedang muntah-muntah saat ini.
Emila tak bisa menjawab karena kini ia fokus mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya.
"Huft..." Emila mengusapkan air ke wajahnya. "Tumben sekali aku muntah begini." Lirihnya. Sudah hampir dua bulan ia tak lagi merasakan gejala mual atau pun muntah. Dan kini di saat ia sudah mau keluar dari pekerjaannya ia justru merasakan kembali efek kehamilan itu.
"Mila... ayo jawab aku. Kau membuatmu cemas!" Suara ketukan pintu itu terdengar semakin keras. Jelas sekali Dessy semakin cemas menunggu Emila menyahut perkataannya.
Ceklek
Akhirnya pintu kamar mandi terbuka. "Dessy..." ucap Emila pelan pada Dessy yang sedang menatap cemas kepadanya.
"Mila? Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu pucat sekali?" Tanya Dessy.
Emila mengusap wajahnya yang masih terasa basah terkena air. "Aku tak apa." Dustanya.
"Tidak apa-apa bagaimana? Kau baru saja muntah dan saat ini wajahmu nampak pucat. Kau pasti tidak baik-baik saja, Mila!" Tekan Dessy.
Kepala Emila menggeleng. "Asam lambungku sedang kumat saja karena terlambat makan. Tadi pagi juga tidak sarapan dulu sebelum berangkat bekerja." Emila kembali berdusta.
"Astaga... apa kau membawa obat?" Tanya Dessy. Belum menyurutkan ekspresi cemas di wajahnya.
Kepala Emila menggeleng. "Obatnya tertinggal di rumah." Jawabnya.
Dessy menghela nafas. "Lalu sekarang bagaimana? Apa kau mau aku mencarikan obat untukmu?" Tawar Dessy.
Kepala Emila menggeleng. "Tidak perlu. Sebentar lagi juga sudah waktunya pulang. Aku bisa memakan obat setelah sampai di rumah saja."
"Apa kau yakin?" Dessy nampak tak yakin.
Emila menganggukkan kepalanya. Melihat anggukan kepala Emila membuat Dessy tak dapat memaksa wanita itu. Akhirnya Dessy pun mengajak Emila kembali ke ruangan karyawan untuk melanjutkan makan siang mereka.
Untung saja saat kembali ke dalam ruangan karyawan, rekan kerjanya yang beraroma tidak mengenakkan itu sudah pergi hingga Emila bisa kembali melanjutkan menghabiskan makanannya. Walau pun merasa tidak selera akibat muntah namun Emila tetap memaksa dirinya untuk makan karena ada dua janin yang membutuhkan nutrisi darinya saat ini.
*
Dua jam berlalu, jam pulang Emila pun akhirnya tiba. Emila segera keluar dari dalam toko untuk pulang ke kediamannya. "Apa kau yakin tidak apa-apa?" Tanya Dessy sebelum Emila naik ke atas motornya.
Emila mengusap lengan wanita yang sudah sangat baik kepadanya. "Aku tak apa." Jawabnya seraya tersenyum meyakinkan.
Dessy menganggukkan kepalanya. Sebelum menaiki motor miliknya Dessy memastikan lebih dulu Emila keluar dari perkarangan toko dengan kondisi baik-baik saja.
Saat hendak menghidupkan mesin motornya, Dessy dikejutkan dengan kedatangan Arkana secara tiba-tiba.
"Tuan Arkana?" Ucap Dessy seraya tersenyum.
Arkana membalas senyuman Dessy dengan senyuman di wajah tampannya. "Ada apa, kenapa kau belum juga pulang?" Tanya Arkana.
"Oh itu, saya ingin memastikan Emila pulang lebih dulu karena tadi dia sakit, Tuan." Jawab Dessy seadanya.
"Apa? Emila sakit?" Ulang Arkana dengan wajah berubah cemas.
***