"Astaga, hujannya tidak berhenti," ucap seorang gadis bernama Raina.
Gadis yang tak suka hujan itu, terus saja mengumpat karena ibunya sangat ingin Raina segera pulang ke rumah.
"Kan ada jas hujan?" ucap ibunya bernama Mery.
"Ibu, seperti baru mengenalku saja, aku sangat benci hujan. Bagaimana bisa pulang mengenakan jas hujan? apakah setelah pakai jas hujan, air yang turun dari langit itu, tiba-tiba reda? tidak kan?" jawab Raina dengan seribu alasan.
"Terserah kau saja, ibu tidak mau kau terlalu lama di tempat kerjamu, di sana ada banyak orang yang akan jahil padamu," jelas nyonya Mery yang paham tentang siapa saja teman Raina, ada Ghina dan Anita, dua orang itu sangat menyebalkan karena selalu membuat masalah.
Posisi Raina yang seorang asisten bos, terlihat terlalu cepat, karyawan lama iri dengan Raina.
Bagaimana kisah Raina selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kumi Kimut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SH - Bab 25
Sesampainya di rumah sang gadis ...
Mobil mewah itu terparkir jelas di depan rumah Raina.
Kedua orang turun dari mobil itu, ibunya Raina terkejut karena sang anak gadis membawa pria tampan pulang ke rumah.
"Ibu!"
Sang gadis terlihat sangat senang karena melihat ibunya, tapi sang ibu justru heran.
"Kau bersama siapa?" tanya sang ibu sesaat setelah Raina dan Kim berdiri di depan pintu.
"Dia adalah kekasihku ibu," jawab Raina sambil memeluk lengan Kim.
Kim merasa kaget, sebab selama ini ia tidak pernah mengetahui sisi lain dari seorang Raina.
"Ternyata kau manja juga, aku kira sangat galak," celetuk Kim.
"heh, kenapa kau mengatakan itu kepada anakku? dia memang manja sejak bayi. Biasanya kalau terlihat sok cool, Raina hanya jual mahal. Ayo masuk, ibu kebetulan baru saja membuat bakwan," pinta sang ibu sambil merangkul Kim.
Raina langsung dihempaskan oleh ibunya sendiri.
Di ruang tamu, Raina merasa aneh dengan ibunya yang sangat senang dengan kehadiran Kim.
"Silahkan duduk calon menantu, kenapa kau sangat tampan. Kau luar biasa," ujar nyonya Mery.
Seorang wanita yang telah melahirkan Raina ternyata sangat senang dengan kehadiran Kim.
Sang putri tidak menyangka akan hal ini, dekat dengan pria saja Raina tidak boleh, apalagi membawa pulang? ini sangat aneh.
Raina masih memantau, dia hanya duduk di samping Kim yang berada di pelukan nyonya Mery.
"Raina, buatkan minum dulu. Aku sedang menjaga calon menantu agar tidak diculik oleh penjahat," ucap sang ibu memberikan perintah.
Sang ibu benar-benar membuat ulah saja dari tadi. Rasanya Raina sangat kesal.
JIka bukan ibunya dia pasti sudah mengamuk sejak awal.
Raina memilih untuk segera bergegas membuatkan minum agar sang ibu tidak semakin menjadi dengan segala tingkah konyolnya itu.
Ia kini berada di dapur.
Perlahan Raina membuat satu gelas teh untuk Kim, lalu membuat satu lagi untuk ibunya tapi rasanya asin.
"Haha, rasakan ibu. Kau telah merebut calon suamiku."
Sang putri memang sangat senang membuat ulah sebab nyonya Mery telah mengerjainya lebih dulu.
Dua cangkir teh dengan rasa yang berbeda, manis untuk Kim dan rasa asin untuk nyonya Mery.
Ia berjalan menuju ruang tamu dengan nampan berisi dua cangkir teh itu, sesampainya di ruang tamu, sang anak menempatkan teh rasa manis di depan sang kekasih, sedangkan rasa asin di depan ibunya.
"Silahkan di minum, ini enak sekali," ucap Raina sambil menahan tawa.
"Wah, anak ibu sangat berbakti. Ibu sangat senang dengan pelayanan yang kau berikan."
Sang ibu mulai meraih cangkir yang ada di meja dan perlahan meminumnya.
Namun, rasanya sangat asin.
"Ini teh asin, Raina. Kau mengerjai ibu ya?" ucap nyonya Mery sambil beranjak dari tempat duduknya, ia segera berlari karena sang ibu mulai mengejarnya.
Kim merasa senang dengan keadaan keluarga yang sangat harmonis.
"Ibu Mery sangat lucu, sini duduk bersamaku. Minum teh yang rasanya normal."
Nyonya Mery terlihat sangat senang karena langsung berhenti mengejar Raina.
"Astaga pria ini, seleranya apakah orang tua?"
Raina memilih untuk pergi dari ruang tamu dan berada di teras saja, dia marah.
Kim memahami ini semua lalu ingin menyusul, tapi sebelumnya ingin bekerjasama dengan calon ibu mertuanya.
"Bu, aku sangat mencintai anakmu, dia sangat manis. Aku tidak bisa lepas darinya. Apakah ibu tahu, selama ini aku sudah memberikan cintaku kepadanya, tetapi tak mendapatkan imbalan yang pas. Kini dia memahami perasaanku, Raina memilihku menjadi kekasihnya. Ibu, aku ingin menjadi suaminya, bukan hanya kekasih saja. Ibu bisa bantu?" pinta sang calon menantu.
Nyonya Mery hanya diam saja karena sudah mengetahui sejak lama.
Lalu mulai berkata," Kau dan anakku sangat cocok, aku melarang semua lelaki datang padanya karena aku merasa sangat benci dengan para pria yang begitu mudah mencintai dan meninggalkan. Saat mengetahui kau datang dengan perasaan cinta dan kasih, aku begitu kagum," jawab nyonya Mery.
"Ibu hanya bersandiwara tadi?" sahut Kim merasa bahwa calon ibu mertua sedang menggodanya.
"Iya, aku memang berniat membuat anakku cemburu. Haha, malah dia melawanku dengan garam, dasar anak itu!"
"Ibu, kalau kau sudah mengerjainya, aku juga mau mengerjainya. Aku memiliki alergi terhadap buah apel, ibu pura-pura ambil apel dan aku pingsan. Lalu ibu berteriak, oke?"
Sang calon suami, membuat ide yang cukup konyol, namun bagus juga untuk testing kepedulian seorang Raina.
Beberapa menit kemudian, sang ibu telah mempersiapkan segalanya, dia berteriak.
Namun, semuanya tidak semudah itu.
Raina masih enggan mempercayai teriakan ibunya, pasti ini kerjaannya ibu karena sudah mendapatkan teh rasa garam.
Namun, semakin lama, teriakan itu berubah semakin aneh, Raina masuk ke dalam jebakan.
Raina masuk ke dalam rumah, dia menuju ke arah sumber suara.
"Raina, tolong, Kim ingin makan apel, tapi langsung pingsan."
"Apa? setahuku bos alergi dengan apel. Wah, kenapa ibu memberikan apel ini. Kalau dia tiada bagaimana?"
Sang gadis sudah mulai panik, dia mencari cara agar sang kekasih cepat sadar. Bahkan ia menelepon rumah sakit. Raina menangis tiada henti. Rasanya sangat sakit karena kekasih mendapatkan masalah.
"Sayang, bangunlah! aku sangat mencintaimu, bagaimana bisa kau meninggalkan aku. Aku begitu senang dengan segala hal yang ada padamu, tetapi kenapa kau meninggalkanku secepat ini. Baru juga jadian, huaaa!"
Tangisan Raina membuat sang ibu tertawa.
"Kenapa ibu tertawa, hiks," imbuh Raina yang merasa heran dengan tingkah ibunya, sejak awal begitu peduli, tapi saat sang kekasih berada di dalam masalah, justru diam saja.
"Karena kau kena prank!"
"Ha? Prank apa?"
Sang kekasih membuka mata, dia tersenyum. Ibunya juga sama, namun Raina merasa kesal. Dia pergi dari sana dan masuk ke dalam kamar.
"Wah, dia marah. Kau yang mengurusnya."
"Kenapa aku bu? Ibu saja."
Kedua orang itu justru melemparkan tugas, tapi yang paling penting adalah Kim tahu bahwa Raina tidak mau kehilangannya.
.
.
.
Tiga jam berlalu ...
Waktu makan malam sudah tiba, ibu dan sang ibu sedang membuat masakan yang sangat enak. Keduanya bekerja sama dengan baik.
"Selesai juga, gulai kambing dan nasi kebuli ala Kim," Sang pria yang seorang pemilik restoran korea, ternyata pandai membuat makanan dari negara lain.
"Wah, kau sangat luar biasa calon menantu. Aku merasa kau harus mengajariku memasak. Ibu hanya bisa memasak makanan umumnya saja."
"Ya nanti akan aku ajarkan, tapi lebih baik aku memberikan sepiring nasi dan lauk untuk kekasihku, calon istriku."
"Oke, siap."
Kim tahu jika sang kekasih masih marah, jadi dia akan meminta maaf kepada Raina.
Di depan kamar Raina ...
Sang pria mengetuk pintu, lalu segera memberikan rayuan mautnya.
"Katanya mau menikah? kenapa marah? Ini ada nasi untukmu, aku lho yang memasak."
*****