Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Pujian
Operasi pada pasien Lea akhirnya berhasil. Dokter Eca keluar dari ruang operasi dengan hati lega. Tapi wajah dokter Renata masih menyimpan dendam pada ibu angkat si kembar ini.
"Kau kira dengan memberinya sedikit otoritas, dia akan membereskannya lalu kau akan diselesaikan dengannya dan denganku?''
Umpat dokter Renata saat menghubungi dokter Gaes melalui ponselnya.
Dokter Gaes tidak menanggapi ocehan dokter Renata. Ia langsung mematikan ponselnya.
Keesokan paginya, ketika dokter Eca mau pulang, ia melihat keadaan pasiennya Lea yang sedang bicara dengan kedua orangtuanya melalu kaca pintu.
Dokter Gaes yang melihat itu, menghampiri dokter Eca.
"Masuklah! Terimalah penghormatan. Kamu pantas mendapatkannya." Ucap dokter Gaes.
"Apakah itu penting untuk menerima sebuah pujian?"
"Itu sangat penting. Jika tidak di ketahui bahwa kau adalah pahlawannya, maka orang lain yang akan mendapatkan pujian itu.
Mereka yang seharusnya melakukan kerja kasar sepertimu. Memeriksakan setiap detail yang di rasakan oleh pasien dari tubuhnya hingga bisa mendiagnosa suatu penyakit.
Bukan prediksi buta tanpa melewati itu semua yang mengakibatkan hal fatal bagi pasien."
"Tapi, itu bukan aku yang melakukannya dokter Gaes." Imbuh Eca.
"Maksudmu..?"
"Itu adalah hasil penelitian salah satu anak kembarku, Ciky. Ia mengetahui temannya menderita penyakit itu berdasarkan diagnosanya.
Aku hanya meneruskan apa yang sudah ia lakukan. Kami berdua menguji lagi tes dan hasilnya menunjukkan keadaan Lea diambang kematian."
"Bagaimana bisa putrimu mengetahuinya, apakah mereka sudah besar?"
"Sejak usia mereka tiga tahun, keduanya sering membaca buku-buku kedokteran milikku. Menonton video hasil rekaman medis para pasien dan mengurai dengan baik apa yang dialami pasien itu dengan ilmu anatomi bagian organ tubuh manusia dengan memberikan solusinya."
"Wow! Kedengarannya sangat menarik kehebatan si kembar, apakah aku bisa berjumpa dengan keduanya?"
"Insya Allah dokter. Aku akan mengajak mereka menemui anda."
"Dan aku ingin mengetahui berapa hebatnya si kembar melihat langsung kasus yang dialami pasien dengan berbagai keluhan penyakit yang terdapat di tubuh pasien."
"Siap dokter! Kalau begitu aku permisi dulu, mau visit ke pasien Lea."
"Silahkan dokter Eca! Anda adalah salah satu dokter hebat di rumah sakit ini."
"Terimakasih dokter Gaes!"
Dokter Gaes kembali ke ruang kerjanya. Sementara Eca sudah berdiri di hadapan kedua orangtuanya Lea yang langsung bangun memeluk dokter Eca
"Terimakasih dokter Eca! Karena perjuanganmu yang memaksa kami untuk melihat kondisi Lea, hingga kami baru menyadari satu hal, bahwa lebih baik memberikan kesempatan untuk memastikan sesuatu agar tidak menyesal di kemudian hari."
Ucap Nyonya Luna sambil menangis haru.
"Satu-satunya yang tidak bisa ditawarkan di dunia ini adalah kematian. Jika sudah berakhir, maka semuanya menjadi sia-sia."
Ucap Eca mengingatkan kedua orangtuanya Lea.
Ia pun pamit pulang karena tugasnya sudah berakhir.
Dokter Eca mengambil tasnya lalu berjalan menuju tempat parkiran. Tanpa sengaja ia melihat sosok wanita yang sangat ia kenal dan sampai saat ini wajah itu tidak ia lupakan.
"Bukankah itu adalah ibu kandungnya si kembar?"
Eca kebingungan untuk mencari tempat persembunyian agar tidak berpapasan dengan Alin. Ia terpaksa masuk ke kamar pasien.
Beruntunglah, pasien itu tidur membuatnya bernafas lega. Eca keluar lagi ketika melihat Alin sudah menghilang dari pandangannya.
"Apa yang dilakukan wanita ini di sini?"
Tanya Eca sambil menyalakan mesin mobilnya.
"Apakah dia sedang sakit? atau mengunjungi salah satu kerabat atau sahabatnya yang sakit?"
Eca kembali diserang rasa panik dan cemas.
"Ya Allah semoga dia tidak sakit dan tidak perlu dirawat di rumah sakit itu. Jika dia sakit akulah yang akan berhubungan langsung dengan dirinya dan ini tidak baik untukku. Aku tidak mau dia mengambil si kembar dariku."
Eca bergegas pulang karena mau mengantar si kembar ke sekolah.
...----------------...
"Bunda..!"
"Hmm!"
"Bagaimana dengan keadaan Lea bunda?"
Tanya Ciky saat mereka menuju ke sekolah.
"Alhamdulillah, semalam bunda sudah melakukan operasi kepadanya dan sekarang dia sudah terlepas dari penderitaannya."
"Alhamdulillah. Akhirnya aku bisa tenang bunda. Semoga Lea cepat pulih dan kembali ke sekolah lagi seperti biasa."
Ujar Ciky sambil tersenyum puas menatap wajah ibunya yang terlihat murung.
"Kenapa ibu terlihat murung? apakah ibu sakit? atau ada pasien bermasalah lagi?"
"Ah, tidak sayang! bunda hanya lelah dan mau buru-buru tidur. Sekolah kalian sudah sampai. Turunlah dan belajar yang pintar. Bunda tidak bisa mengantarkan kalian sampai ke kelas ya."
"Iya bunda, nggak apa. Hati-hati pulangnya." Ucap Chiko.
Eca kembali ke rumahnya. Tubuhnya begitu gemetar membayangkan kalau takdir tidak akan berpihak kepadanya. Ingin rasanya dia menangis tapi ia begitu takut untuk mengeluh kepada Allah karena si kembar bukan miliknya dan suatu saat mereka akan berpisah.
"Apakah aku harus jujur saja pada Delvin tentang si kembar? Lebih baik jujur padanya karena kami sudah mendapatkan surat adopsi si kembar, jadi ibunya tidak berhak lagi untuk mengambil si kembar."
Eca berusaha memejamkan matanya melupakan sejenak tentang ibu si kembar.
Sementara di rumah sakit, Alea yang merupakan saudara kembar Alin sedang menunggu abangnya yang masih melakukan meeting dengan para dokter karena suatu kasus besar yang terjadi pada bayi kembar siam dempet kepala. Eca salah mengira kalau ibu si kembar itu adalah Alea.
Tidak lama kemudian, dokter Gaes masuk ke ruangannya dan bersalaman dengan adiknya Alea.
"Hai! Kapan pulang dari Australia..?"
"Baru tadi pagi bang!"
"Bagaimana kabar Alin?"
"Seperti biasa meratapi kebodohannya yang telah meninggalkan bayi kembarnya."
"Bukankah dia yang meninggalkan si kembar? Kenapa dia menyesalinya."
"Mungkin saat itu ia sedang panik dan bingung. Apa lagi mendapat tekanan dari kedua orangtua kita membuat ia tidak leluasa untuk berpikir jernih saat itu."
"Apakah dia berniat mengambil lagi si kembar jika bertemu?"
"Entahlah. Tapi kelihatannya seperti itu. Rencananya dia mau bekerja di rumah sakit ini untuk membantu Abang."
"Kenapa harus di rumah sakit ini, padahal perusahaan ayah membutuhkan kalian. Rumah sakit ini milik ibu kita yang sudah di serahkan kepadaku. Jadi kalian yang mengurus dua perusahaan ayah."
"Baiklah bos. Aku ke sini mau melakukan CT scan. Apakah ada dokter yang bisa Abang rekomendasikan untukku?"
"Apakah ada keluhan di tubuhmu?"
"Aku akhir-akhir ini merasakan sangat pusing dan itu terjadi terus menerus. Gerakan motorik ku jadi lemah dan nafasku pendek."
"Sebenarnya ada dokter kami yang sangat handal untuk membaca setiap gejala penyakit. Sayangnya dia sedang off paling nanti malam sampai besok pagi, ia baru masuk."
"Kalau begitu aku mau dengan dia saja. Aku tidak mau dengan yang lain. Dan jangan katakan aku adiknya Abang, supaya dia tidak sungkan padaku."
"Apakah kamu mau datang sekitar jam enam pagi ke sini?"
"Baiklah. Besok pagi-pagi aku akan kembali ke sini. Tolong buat jadwal konsul aku dengannya bang."
"Ok siap!"
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/